"Kamu ingin membawa ku kemana, Krist?" Ucap Singto.
Krist memang mengajak Singto bicara dan pergi ke tempat yang sedikit jauh dari Tay, tapi rasanya mereka sudah terlalu jauh berjalan namun Krist belum juga menghentikan langkahnya.
Krist menatap perut Singto sehingga membuat Singto langsung menutup perutnya dengan jaket tebal yang di gunakannya.
"Aku minta maaf, Sing" itu kalimat pertama yang keluar dari bibir Krist.
"Untuk apa?" Ucap Singto.
"Untuk semuanya, apa kamu masih membenci ku?" Ucap Krist sembari menatap wajah Singto.
"Aku sudah melupakan semuanya" Ucap Singto.
"Benarkah?" Ucap Krist.
"Hmm" Gumam Singto.
"Apa kamu mau menikah dengan ku?" Ucap Krist sehingga membuat Singto sedikit terkejut mendengarnya.
Bagaimana bisa Krist mengatakan itu padahal mereka baru bertemu beberapa menit yang lalu.
"Tidak" Ucap Singto cepat.
"Bukankah kamu mengatakan jika kamu sudah memaafkan ku tadi" Ucap Krist.
"Ya, aku memang sudah memaafkan mu dan melupakan semuanya" Ucap Singto.
"Lalu apa alasanmu menolak ku?" Tanya Krist.
Singto membuka jaket yang di gunakannya dan memperlihatkan perut besarnya pada Krist.
"Aku sedang hamil sekarang dan pria yang bersama ku tadi suami ku, rasanya tak mungkin kamu tidak melihat perut besar ku 'kan?" Ucap Singto.
"Aku tahu kamu sedang hamil" Ucap Krist sambil menatap perut Singto.
"Lalu kenapa kamu masih mengajak ku menikah!" Ucap Singto.
"Karena anak yang kamu kandung sekarang adalah anak ku" Ucap Krist.
"Huh?" Ucap Singto.
"7 bulan yang lalu, aku melihat mu di club, kamu di goda oleh pria asing, kamu mabuk, lalu aku mengikuti mu dan menculik mu, aku--"
"JADI KAMU PRIA ITU!!" potong Singto.
"M-maafkan aku, Sing" Ucap Krist, Singto terlihat sangat marah padanya sehingga membuat Krist merasa sedikit takut pada Singto.
*Plak... Satu tamparan mendarat di pipi Krist dari Singto.
"Aku... Aku bingung harus melakukan apa, sebenarnya aku bisa saja menunggu mu sadar lalu meminta maaf padamu, tapi kamu belum tentu memaafkan ku, jadi aku memanfaatkan keadaan dengan menghamili mu, dengan cara itu, aku pasti akan memiliki mu lagi" ucap Krist.
"Bodoh! Kamu benar-benar bodoh!!" Ucap Singto marah sambil memukul tubuh Krist.
*Bughh... Bughhh... Bughhhhh... Pukulan Singto memang tidak terlalu menyakitkan, tapi tetap saja itu bisa membuat Krist meringis kecil karna mendapatkan banyak pukulan bertubi-tubi, Krist berusaha melepaskan diri dari Singto.
"Itu ku lakukan karna aku sangat mencintaimu" Ucap Krist, dia memeluk tubuh Singto sekarang sehingga Singto berhenti memukulnya.
Tubuh Singto terasa bergetar hebat, dia benar-benar kesal pada Krist sekarang, Singto memejamkan matanya dan menarik nafas dalam, berusaha menurunkan emosinya.
"Baiklah, apa buktinya jika itu benar-benar kamu?" Tanya Singto.
"Sebentar" Ucap Krist sembari mengambil ponselnya.
Krist membuka galeri, dia memperlihatkan foto Singto saat di club, lalu di hotel saat Singto telanjang dengan tubuh yang di hiasi banyak sperma, pipi Singto memerah melihat tubuh polosnya sendiri.
"K-kamu benar-benar mesum!! Hapus foto itu, Krist!!" Ucap Singto sambil berusaha merebut ponsel Krist.
Dari sekian banyak foto kenapa Krist harus memperlihatkan fotonya saat telanjang.
"Tidak, ini milik ku!" Ucap Krist sambil mengangkat tinggi tangannya agar Singto tidak merebut ponselnya
Singto memukul tangan Krist dan masih berusaha merebut ponsel Krist, sedangkan Krist kini melompat kecil agar Singto tak bisa menjangkau ponselnya. Di saat Singto mulai lengah Krist memasukan ponselnya dalam kantong celananya, kini Krist memeluk tubuh Singto dengan erat agar Singto berhenti ingin merebut ponselnya.
"Apa sekarang kamu percaya jika pria malam itu adalah aku?" Ucap Krist.
"Baiklah, pertanyaan terakhir. Kenapa kamu bisa yakin jika ini bayi mu? Bukankah kita jauh? Aku juga tinggal bersama teman ku tadi, apa kamu tak mencurigainya?" Tanya Singto.
"Aku percaya padamu, meskipun aku memang tak pernah percaya pada teman mu, tapi apa kamu menyadari jika banyak orang yang memperhatikan mu, orang-orang suruhan ku bahkan menjaga rumah teman mu selama 24 jam" Ucap Krist.
"Aku hanya ingin memastikan jika orang yang ku cintai dan calon anak ku baik-baik saja, itu sebabnya aku melakukan itu" Ucap Krist sambil mengusap pipi Singto.
"Jadi pertemuan kita disini juga sudah kamu rencanakan?" Tanya Singto.
"Tidak, aku memang kebetulan ada pekerjaan disini, sebenarnya aku ingin menemui mu nanti jika anak kita sudah benar-benar kuat, aku takut dia semakin lemah dan pergi lagi" ucap krist.
Krist mengusap perut Singto, walau dia jauh setelah Singto memeriksa kandungannya anak buah Krist selalu meminta hasil periksa Singto dengan membayar mahal tentunya agar dokter mau mengatakan hasilnya.
Tiba-tiba Krist berjongkok di bawah Singto, dia memegang tangan Singto sambil menatap wajah Singto.
"Apa kamu mau menikah dengan ku? Aku berjanji akan berubah, aku akan menjaga mu dengan baik, aku tak akan membuat mu menangis lagi" ucap Krist.
"Carl juga masih sering bertanya bagaimana kabar mu, dia masih berharap bisa bertemu dengan mu lagi"
Singto terdiam mendengar itu sehingga membuat Krist sedikit takut.
"Ku mohon jangan tolak cinta ku, Sing" Ucap Krist.
"Ya, aku mau" Ucap Singto sehingga membuat Krist tersenyum bahagia mendengarnya, Krist mencium punggung tangan Singto setelah itu memeluk tubuh Singto.
Jauh di lubuk hati Singto meskipun cara Krist salah, dia juga bersyukur ternyata Krist adalah pria malam itu, setidaknya dia mengandung anak Krist bukan anak pria asing.
"Ayo temui Tay" ucap Singto.
"Ikut bersama ku mulai sekarang, jika pekerjaan ku selesai kita sama-sama pulang. Aku akan menyiapkan pernikahan kita secepatnya" ucap Krist.
"Ya, setidaknya ijin dengan Tay dulu 'kan?" Ucap Singto.
Krist mengangguk, dia menggandeng tangan Singto dan mereka berjalan masuk kembali ke dalam mini market.
Tbc.
YOU ARE READING
Ex Boyfriend ✓
FanfictionSingto di jual oleh suaminya sendiri kepada pria lain hanya untuk menyelamatkan perusahaan suaminya dari ambang kebangkrutan. Harga diri singto benar-benar jatuh, apa lagi pria yang membelinya ternyata adalah mantan kekasihnya, singto di perlakukan...