"Daddy, dimana papa sing?" Tanya Caroline sehingga membuat Krist menatap anaknya.
"Papa Sing sudah pergi" Ucap Krist singkat.
"Membawa adik ku?" Ucap Caroline.
"Selesaikan makan mu secepatnya, Carl, setelah itu ke kamar" Ucap Krist.
"Aku hanya bertanya, kenapa daddy harus marah" Ucap Caroline sambil memakan makan malamnya.
Ya, saat ini Krist dan Caroline sedang makan malam bersama. Tak biasanya Caroline menanyakan tentang Singto, mungkin Carl bingung karna tak lagi melihat Singto akhir-akhir ini. Terakhir yang Carl tahu Krist mengatakan jika Singto sedang sakit dan harus di rawat di rumah sakit, tapi sudah beberapa bulan berlalu tak mungkin Singto masih di rawat 'kan?
Krist makan dalam diam, dia juga tak tahu keberadaan Singto sekarang, yang Krist tahu Tae sudah masuk penjara karna berita itu tersebar di berbagai saluran televisi. Krist sudah berusaha mencari keberadaan Singto namun itu tak membuahkan hasil. Apa Singto benar-benar ingin pergi darinya? Apa benar dia sudah tak memiliki kesempatan lagi untuk bersama dengan Singto?
Setelah makan malamnya habis, Carl memutuskan untuk pergi dari meja makan, dia ke kamarnya, sengaja tak ingin mengganggu daddynya karna Carl tahu daddynya sedang bersedih sekarang.
Makanan yang di makan Krist terasa hambar, dia melepas sendok dan garpu yang di pegangnya dan memilih untuk pergi dari sana.
Krist duduk di tepi ranjang, dia mengambil bingkai foto yang berada di atas nakas dan memeluk bingkai foto tersebut dengan erat.
"Aku merindukan mu, maafkan aku, Sing. Dimana kamu sekarang" gumam Krist.
Krist menatap foto Singto, foto yang di ambilnya saat dia berkencan dengan Singto, saat Singto masih lupa ingatan, Singto tertawa lepas di foto itu seperti tak menyimpan dendam padanya.
"Apa kita memang tak di takdirkan untuk bersama?" Lirih Krist sedih.
****
Di tempat lain saat ini, Singto tersenyum sambil memainkan banyak salju yang berjatuhan. Dia membuat banyak bola dari salju yang ada di sekitarnya. Di tempat Singto memang masih pagi, sekarang Singto berada di Amerika menenangkan pikirannya, membuang bayang-bayang masa lalunya."Apa sedih mu sudah hilang sekarang?" Ucap teman Singto sehingga membuat Singto menatap temannya.
Ya, dia tak mungkin ke Amerika jika tak ada tujuan kan? Singto mempunyai teman yang ada di amerika, itu sebabnya Singto berani pergi ke Amerika sendiri.
"Ya, kenapa kamu tak mengatakan jika disini sedang musim dingin, huh! Aku tak membawa banyak jaket tebal" ucap Singto.
"Kamu bisa memakai semua jaket ku, jangan bersikap seakan aku tak mau meminjami mu jaket" Ucap teman Singto.
"Baiklah, aku akan memakai semua jaket mu nanti! Disini benar-benar dingin" Ucap Singto.
Tay tersenyum kecil melihat Singto, dia mengatakan jika sekarang sangat dingin namun sejak satu jam yang lalu Singto betah memainkan salju di depan rumah Tay.
"Bukankah disini tempat yang pas untuk honeymoon? Harusnya kamu mengajak pacar mu" ucap Tay sambil terkekeh kecil.
"Huh?"
"Disini sangat dingin 'kan? Berarti ini tempat yang pas untuk berduaan dengan kekasih" ucap tay.
"A-aku tak punya pacar" Ucap Singto.
"Lalu, siapa pria yang membuat mu melarikan diri kesini?" Tanya Tay.
"Aku hanya ingin liburan, bukan melarikan diri" Ucap Singto.
"Cih, kamu tak mungkin mau pergi ke tempat jauh dengan perbedaan waktu yang begitu besar dari negara asal mu jika bukan karna ingin menenangkan pikiran mu" Ucap Tay.
Singto hanya tersenyum kecil menanggapinya. Tay memang tak banyak tahu tentang Singto, mereka hanya sesekali bertukar kabar, bahkan Tay tak tahu jika Singto pernah menikah, Singto belum sempat menceritakan itu.
"Apa kamu tak bekerja?" Tanya Singto.
"Jam 9 nanti aku akan berangkat bekerja, sekarang aku ingin menelepon kekasih ku, mungkin dia belum tidur" Ucap Tay.
"Belum tidur?" Ucap Singto.
"Apa aku belum menceritakannya pada mu? Aku mempunyai kekasih di Thailand" ucap Tay sambil terkekeh kecil.
"Bukankah kamu lama menetap disini? Kenapa mencari kekasih orang Thailand! Bahkan perbedaan waktu kalian begitu jauh, disini masih pagi, disana pasti sudah malam!" Ucap Singto.
"Aku lahir di Thailand, itu artinya aku akan tetap pulang ke Thailand nanti, jadi wajar jika aku mencari kekasih orang Thailand" ucap tay dengan nada mengejek.
"Kapan kamu pulang?" Tanya Singto.
"Satu minggu lagi" ucap Tay.
"Bagaimana dengan aku?"
"Huh? Kamu boleh tinggal di rumah ku, kapanpun yang kamu mau. Aku hanya akan satu bulan di Thailand"
"Oh, apa tak masalah?"
"Tentu"
"Terima kasih sudah mengijinkan ku menginap di rumah mu" Ucap Singto.
"Ya... Ayo masuk, disini benar-benar dingin" Ucap Tay sambil mengusap rambut Singto membuang banyak salju yang berjatuhan di kepalanya.
"Aku masih ingin bermain disini" Ucap Singto sambil tersenyum.
Tbc.
YOU ARE READING
Ex Boyfriend ✓
FanfictionSingto di jual oleh suaminya sendiri kepada pria lain hanya untuk menyelamatkan perusahaan suaminya dari ambang kebangkrutan. Harga diri singto benar-benar jatuh, apa lagi pria yang membelinya ternyata adalah mantan kekasihnya, singto di perlakukan...