"Tae..." Ucap Singto sehingga membuat Tae menatap ke arah Singto yang baru saja datang.
Apa dia bermimpi sekarang? Singto ada di hadapannya.
"S-sing... B-bagaimana kabar mu?" Tanya Tae, tatapan matanya terarah pada perut Singto yang terlihat datar. Apa Singto sudah melahirkan? Rasanya tak mungkin mengingat usia kandungannya masih sangat muda waktu itu.
"Aku baik-baik saja" Ucap Singto.
Tae beranjak dari duduknya dan berjalan menghampiri Singto, dia memeluk tubuh Singto namun Singto tak membalas pelukannya.
"Maafkan aku" Ucap Tae.
"Kenapa harus minta maaf?" Tanya Singto.
"Huh... T-tidak"
"Ayo ikut aku" Ucap Singto.
"Kemana?" Tanya Tae.
"Suatu tempat" Ucap Singto sambil tersenyum.
Tae mengangguk patuh, mereka berjalan keluar dari ruangan Tae, berjalan menelusuri koridor kantor dalam diam.Sudah satu bulan semenjak kejadian itu, itu sebabnya Tae sedikit terkejut melihat Singto datang menemuinya, apa lagi dengan perutnya yang sudah kembali datar, rasanya mustahil Krist mengijinkan Singto pergi, dan apa Singto tak tahu siapa penyebab dia keguguran? Apa Singto lupa ingatan? Apa Singto melarikan diri dari Krist itu sebabnya Singto bisa menemuinya sekarang?
"Ayo masuk" Ucap Singto menyadarkan Tae dari lamunannya.
Sekarang mereka sudah berada di tempat parkir, di samping sebuah mobil berwarna silver.
"Mobil siapa ini?" Tanya Tae.
"Yang pasti bukan mobil Krist 'kan?" Ucap Singto.
Tae mengangguk, ada apa dengan Singto? Apa benar dia melarikan diri dari Krist sekarang? Apa Singto ingin mengajaknya lari bersama lalu melanjutkan pernikahan mereka?
Singto mengemudikan mobilnya membelah jalanan, sedangkan Tae sibuk dengan pikirannya sejak tadi.
"Kemana kita akan pergi?" Tanya Tae.
"Suatu tempat" Ucap Singto.
"Sing... Aku... Maafkan aku" Gumam Tae dengan perasaan bersalah.
"Maaf untuk apa?" Ucap Singto tanpa mengalihkan pandanganya, dia tetap fokus menatap ke depan.
"Maaf sudah menjual mu pada Krist, maaf karna membuat rumah tangga kita berantakan, maaf untuk semuanya" Lirih Tae.
"Semua sudah terjadi" Ucap Singto dengan nada datar. Terlihat jika Singto sepertinya masih benci mengingat hal itu.
"Maaf karna aku, kamu keguguran" Ucap Tae sembari menatap perut Singto.
"Tak perlu minta maaf untuk itu. Aku bahagia anak yang tidak ku inginkan pergi" Ucap Singto.
"Yeah, tapi bayinya tak salah" Gumam Tae.
"Bayinya memang tak salah, tapi dia hadir karna kesalahan" Ucap Singto.
"Apa kamu melarikan diri dari Krist?" Ucap Tae memberanikan diri untuk bertanya, dia sangat penasaran, rasanya mustahil Krist membiarkan Singto bertemu dengannya sekarang.
"Tidak" Ucap Singto singkat.
"Huh, rasanya tak mungkin Krist membiarkan mu pergi begitu saja" Ucap Tae.
"Kita sudah tiba, Tae" Ucap Singto sembari mematikan mesin mobilnya.
Singto keluar dari mobil lebih dulu, lalu di susul oleh Tae. Tae terkejut saat menyadari jika sekarang mereka berada di kantor polisi. Beberapa polisi menghampiri Tae dan langsung memborgol tangannya.
"Sing... Apa maksudnya!? Kenapa kamu membawa ku kesini!!" Ucap Tae marah.
"Tuan Tae, anda di tahan karna percobaan pembunuhan, anda mencelakai tuan Singto sehingga membuatnya sempat koma selama satu minggu, dan satu bulan yang lalu, anda kembali mencelakai tuan Singto sehingga membuat tuan Singto keguguran" Ucap seorang polisi, lalu mereka menyeret Tae membawanya masuk ke dalam kantor polisi.
"Sing... Tunggu aku" Ucap Krist yang kini keluar dari mobilnya.
Krist memang mengikuti mobil Singto sejak kantor Tae tadi hanya untuk memastikan jika Tae tak akan berbuat macam-macam pada Singto hingga mereka tiba di kantor polisi.
"Pergi, Krist! Aku bisa mengurus semuanya sendiri!" Ucap Singto.
"T-tapi..." Ucap Krist.
"Apa perlu aku menambah kasus Tae dengan mengatakan jika Tae menjual aku ke kamu lalu kamu ikut masuk penjara karna membeli manusia!!" Ucap Singto.
"Sing... Kita harus bicara" Ucap Krist.
"Tak ada yang perlu di bicarakan lagi, Krist. Semua selesai hari ini, dan anggap kita tak pernah bertemu sebelumnya!" Ucap Singto.
Krist dan Singto memang sudah bicara sebelumnya, Krist meminta Singto untuk kembali padanya namun Singto menolak, Krist meminta maaf untuk semua masa lalu mereka dan termasuk tentang dia yang membeli Singto pada Tae.
Singto mengatakan akan memaafkan Krist jika Krist mau membantunya memasukkan Tae ke penjara, bukan atas tuduhan perdagangan manusia karna jika atas tuduhan itu, Krist sebagai pembeli juga akan ikut terseret, tapi dengan tuduhan mencelakai Singto sehingga membuat Singto koma, di tambah Tae juga mencelakainya hingga dia keguguran.
Krist menyetujui permintaan Singto, dia membantu Singto melaporkan Tae ke polisi, dan tadi Singto sengaja menjemput Tae sendiri agar tak ada drama Tae menolak di bawa ke kantor polisi.
Setelah urusan Singto dan Tae selesai, Singto akan pergi meninggalkan negara Thailand melupakan semua kenangan pahitnya.
"Sing... Tapi aku masih sangat mencintai mu, apa kamu benar-benar tak mau memberiku kesempatan kedua" Ucap Krist yang masih berusaha mengajak Singto bicara.
"Aku membenci mu, Krist!" Ucap Singto.
Air mata menetes membasahi pipi Krist, rasanya benar-benar menyakitkan saat mendengar kata-kata itu keluar dari bibir Singto.
Sekarang Singto sudah masuk ke dalam kantor polisi, Krist tak lagi berusaha mengejar Singto, dia memilih untuk pergi dari sana membiarkan Singto menyelesaikan urusannya sendiri.
Tbc.
YOU ARE READING
Ex Boyfriend ✓
FanfictionSingto di jual oleh suaminya sendiri kepada pria lain hanya untuk menyelamatkan perusahaan suaminya dari ambang kebangkrutan. Harga diri singto benar-benar jatuh, apa lagi pria yang membelinya ternyata adalah mantan kekasihnya, singto di perlakukan...