Part 13

590 71 20
                                    

Seharian ini Krist dan Singto tak keluar dari kamar sedikitpun, Singto menemani Krist di kamar walau sebenarnya Krist lebih banyak tidur.

Setidaknya Singto ada saat Krist bangun karna pusing yang luar biasa dan tiba-tiba muntah.

"Apa kamu yakin tak mau ke rumah sakit, Krist?" Tanya Singto.

Saat ini Singto tengah menemani Krist di dalam toilet memuntahkan isi perutnya. Padahal Krist tak banyak makan hari ini namun ada saja yang di muntahkannya membuat Singto merasa khawatir pada Krist.

"Tidak, aku hanya demam biasa" Ucap Krist.

Kini Krist dan Singto berjalan keluar dari toilet, Krist merebahkan tubuhnya di ranjang sambil memeluk tangan Singto.

"Sing, saliva ku terasa pahit, aku ingin menyusu lagi dengan mu" Ucap Krist.

"Cih, itu pasti hanya akal-akalan mu! Apa kamu tak lihat puting ku memerah karna kamu hisap seharian ini!" Ucap Singto marah.

Dadanya bahkan tak sebesar dada wanita, bahkan terkesan rata, tak ada yang menonjol yang bisa di remas, juga tak ada airnya namun seharian ini dadanya seperti mainan menyenangkan bagi Krist.

"Kamu tega pada ku" Lirih Krist.

Terdengar suara pintu kamar di ketuk sehingga membuat Singto beranjak dari duduknya. Singto membuka pintu kamar, Carl berjalan masuk kesana.

"Apa daddy masih demam?" Tanya Carl pada Krist.

Carl memang tahu daddynya sedang demam dari Singto, tadi dia makan siang bersama Singto dan menanyakan keberadaan daddynya karena Carl melihat mobil daddynya ada di rumah, itu artinya daddynya tak bekerja, dan Singto mengatakan jika Krist sedang demam.

Sekarang sudah jam 7 malam, sudah saatnya makan malam, Carl ke kamar daddynya karna ingin mengajak daddynya makan bersama.

"Masih sedikit demam" Ucap Krist sambil tersenyum.

"Ayo ke rumah sakit, dad" Ucap Carl.

"Daddy baik-baik saja, sayang. Jangan khawatir"

"Huh, baiklah. Jika besok masih demam daddy harus ke rumah sakit" Ucap Caroline.

"Iya, apa kamu sudah makan malam?" Ucap Krist.

"Belum, dad"

"Sebaiknya kamu makan sekarang"

"Sebentar lagi, dad" ucap Carl sambil duduk di tepi ranjang.

"Apa ada tugas dari sekolah?" Tanya Krist.

"Tak ada, aku bebas malam ini" ucap Caroline sambil tersenyum manis.

Singto melihat Caroline, wajah dan senyumnya sama persis dengan Krist. Kenapa dia tiba-tiba menginginkan seorang anak sekarang? Jika dia memiliki anak, dia pasti akan kompak dan sangat mirip dengan anaknya, sama seperti Caroline dan Krist.

"Beristirahatlah, dad. Aku keluar dulu" Ucap Caroline.

"Ya, kamu juga, jangan tidur terlalu larut" Ucap Krist pada anaknya.

"Apa kepala mu masih pusing?" Ucap Singto, setelah Caroline keluar dari kamar mereka.

"Ya" ucap Krist.

Singto memijat kening Krist, mencoba untuk meredakan rasa pusingnya.

"Aku tak butuh pijatan dari mu, Sing. Aku hanya mau dada mu" Ucap Krist sambil memainkan jari telunjuknya di dada Singto.

"Kenapa kamu masih mesum, Krist!" Ucap Singto kesal.

"Apa? Aku tak mesum, kenapa kamu mengatakan itu, huh? Aku sedang demam sekarang, kenapa kamu tega memarahi ku disaat aku sedang demam!" Ucap Krist.

"Itu mesum! Kamu menghisap dada ku seharian ini!" Ucap Singto.

"Tak ada yang bisa ku makan selain dada mu, jadi biarkan aku menghisap dadamu" ucap Krist.

"Cih, orang gila!" Ucap Singto kesal.
.
.
.
.
.
.
.
.
Sudah tiga hari ini Krist demam, karna belum juga sembuh akhirnya hari ini Krist mau ke rumah sakit memeriksa keadaannya.

Ini kali pertama dia demam selama ini, biasanya hanya satu hari setelahnya langsung sembuh.

"Tuan Krist hanya kelelahan dan demam biasa, lebih banyak beristirahat, tuan. Semoga tuan segera sembuh" Ucap dokter yang baru saja memeriksa keadaan Krist.

Selama 3 hari ini Singto menjaga Krist dengan sangat baik, bahkan dia sendiri yang memasak untuk Krist walau setelahnya Krist memuntahkan apa yang di makannya. Entah kenapa Singto mulai khawatir pada Krist sekarang.




****
"Sekarang saatnya minum obat" Ucap Singto pada Krist.

"Aku bosan minum obat" keluh Krist.

"Bagaimana kamu bisa sembuh jika kamu tak mau minum obat?" Ucap Singto.

Krist terpaksa menerima obat dari Singto dan meminumnya, setelah itu dia merebahkan tubuhnya di ranjang sambil menarik tangan Singto agar berbaring di sampingnya.

Krist membuka baju Singto dan menyusu pada Singto melakukan kegiatan setiap harinya selama demam, Singto hanya membiarkan Krist melakukan itu, tak lagi protes seperti awal Krist meminta ingin menghisap dadanya.

Saat Krist tidur, Singto mengompres kening Krist, jika Krist bangun dia tak bisa melakukan itu karna Krist pasti akan menolak dengan alasan tak suka keningnya basah.

Keringat mulai membasahi kening Krist, mungkin Krist kepanasan, Singto membuka selimut yang menutup tubuh Krist, dia juga membuka tiga kancing teratas kemeja yang Krist kenakan agar Krist tak kepanasan.

"Cepat sembuh" gumam Singto sambil menggenggam tangan Krist. Singto mengecup punggung tangan Krist dan meletakan tangan Krist di pipinya.













Tbc.

Ex Boyfriend ✓Where stories live. Discover now