18. Sekeras Batu

3 1 0
                                    

HALOOO!!!!
HOW ARE YOU TODAY?
Happy reading all!!

***

Semua hancur hanya karena ego yang sekeras batu.

 ***

BANDUNG, DESEMBER 2025

“Ck, tadi gue nyimpen HP di mana sih?!”

Di dalam kamar yang keadaannya jauh dari kata rapi dan bersih, ada Bara yang tengah mencari-cari ponselnya sembari menggerutu kesal. Sudah berkali-kali dia mencari benda berbentuk pipih itu di tiap sudut kamarnya, bahkan sampai ke kamar mandi pun dia cari. Pun mengobrak-abrik pakaiannya yang sudah tersusun rapi dalam koper.

Lagi dan lagi, laki-laki Argantha itu hanya bisa mengembuskan napasnya kasar sembari mengacak-acak gondrongnya yang diikat asal. Kesal karena tak kunjung menemukan benda kesayangannya. Dia lantas merebahkan tubuhnya di atas tumpukkan pakaian yang berserakan di lantai, Bara sudah tak peduli dengan keadaan kamarnya yang bagai kapal pecah itu. Bahkan beberapa cangkir bekas cat yang sudah mengering pun turut dia abaikan sekalipun benda itu terjatuh di atas selimut putih yang menjuntai ke lantai.

“Bar, lo di ma—BUSET KAMAR LO ABIS DISERANG PUTING BELIUNG APA GIMANA, DAH?!!”

Laki-laki yang masih merebahkan diri itu mengerutkan dahinya sedikit, merasa terganggu oleh teriakan heboh dari manusia yang tak diundang kehadirannya. “Berisik lo!”

“Gue tau lo itu banyak tekanan sebagai anak FSRD, tapi nggak kayak gini juga anj—”

“Berisik, gobl*k!!” Bara akhirnya beranjak dari posisi rebahannya. Tatapan tajam nan menusuk lantas dia lemparkan pada temannya yang sudah mengusik ketenangannya. “Ngapain sih, kalian datang ke sini?!”

Cakra—si biang kerok perusak ketenangan seorang Bara Argantha tadi, lantas memasang wajah datarnya usai mendapatkan pertanyaan sarkas dari teman senimannya itu. “Yang nyuruh kita ke sini itu elo ya, anj*ng!” balasnya tak kalah sarkas.

“Kapan gue bilang gi—”

“BANGS*T TOLONGIN GUE PACKING HARI INI DONG!! GUE TRAKTIR MIE AYAM MANG JOJO DEH ENTAR!!” Cakra kembali bersuara dengan volume lebih keras membacakan pesan yang dikirim Bara beberapa menit lalu sebelum ponselnya hilang.

Tanpa rasa bersalah Bara memperlihatkan cengiran tak berdosa hingga membuat Cakra dan Marcho ingin muntah rasanya. Namun meski begitu, mereka berdua tetap menuruti Bara ketika laki-laki itu menyuruh mereka untuk mencari ponselnya yang entah ada di mana sekarang. Sembari mencari, tak lupa pula mulut Cakra terus mengeluarkan omelan-omelan pedas sebagai bentuk rasa kesalnya kepada Bara. Pun dengan Marcho yang tidak banyak berbicara, tapi terus menendang cangkir beserta beberapa barang yang menurutnya mengganggu pandangan mata di lantai.

“SI GOBL*K JANC*K!!!” Teriakan itu cukup membuat bulu kuduk Bara dan Marcho merinding, ditambah dengan tatapan nyalang yang Cakra tunjukkan kepada laki-laki di samping Marcho Alaska.

“Kenapa si—”

“INI HP KENAPA BISA NYAMPE TOILET SIH KAMPR*T?!! HABIS HAJATAN YA LO, NY*T?! JANGAN BILANG KALO LO LUPA CE—”

“Eh itu ada yang nelepon, Cak!”

Cakra lantas berhenti mengomel usai Marcho melontar kalimat demikian. Matanya memperhatikan nomor tanpa nama yang tertera di layar ponsel Bara. Laki-laki itu berjalan dengan tergesa-gesa keluar dari toilet sembali menggeser ikon hijau pada layar. Ketika panggilan itu tersambung ....

“Gue nggak mau basa-basi lagi, berengs*k! Udah gue kasih warning buat nggak cari tau tentang sepupu kesayangan gue, bangs*t!! Lo udah nggak pantes buat dia!!”

Antara Cinta dan Pendidikan [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang