04. Dua Rasa Yang Saling Meragukan

20 3 0
                                    

Selamat membaca❤️❤️

Dua buah kutub magnet yang sama jika disatukan akan saling tolak-menolak. Pertanyaannya, apakah kita adalah dua kutub magnet itu? Atau ... kita adalah kutub magnet yang berbeda, tapi memiliki rasa yang saling meragukan?

 ***

RK KAFE adalah pusat bagi orang-orang patah hati untuk menenangkan diri, baik itu para remaja SMA maupun mahasiswa di kota Paris Van Java.

Kafe dengan nuansa klasik yang didominasikan dengan nuansa milenial zaman sekarang. Di dalamnya banyak spot foto Instagramable. Latar tembok yang dicat warna hitam penuh berbagai lukisan manual yang dibuat sang pemilik kafe, Raya Elmira dan Hamalaska Dargawana. Baik itu lukisan pemandangan kota Paris, London, Italia, dan beberapa kota terkenal lain di Indonesia, semua itu dipercantik dengan berbagai tulisan quotes yang mereka buat sendiri.

Seperti sekarang, usai pulang sekolah di meja paling pojok dekat jendela, adalah tempat paling nyaman menurut Bianca yang tengah menulis sesuatu di memo sticky notes. Kafe itu menyediakan bebagai macam memo aesthetic di setiap mejanya, di tengah meja pun ada cangkir plastik berisi bolpoin berbagai warna yang disediakan untuk pengunjung. Selama Bianca fokus menulis, di depannya ada Raya yang diam-diam mengambil fotonya. Perempuan itu tersenyum menatap hasil foto candid sahabat BMKG-nya ini, berlatar lukisan menara Big Ben London favorit Bianca.

You don’t have to take my picture!” ketus Bianca tanpa menoleh.

Raya tertawa, lalu menunjukkan foto hasil jepretannya pada Bianca. “Gue lagi baik lho, kali ini. Liat fotonya, bagus, kan?”

Bianca menelisik foto itu lamat-lamat. Dia beranjak lalu berkata, “Send!

“Dih, tadi aja lo—”

“Udah, nggak usah banyak bacot! Buruan kirim, di situ gue cantik soalnya.”

“Mata lo cantik!” cibir Raya tapi tetap mengirimkan foto itu pada Bianca. “Anyway, tumben masih di sini? Nggak ikut sama temen-temen lo main?” katanya menatap gerak-gerik Bianca.

“Males, mending ngadem.” Bianca tersenyum tipis menatap memo miliknya yang sudah terpasang cantik di papan kayu yang penuh dengan memo lainnya.

‘Bagaimana pun caranya, alam punya jalan tersendiri menyatukan yang terpisah.
 Dan seberapa kuat pun yang tidak boleh menyatu, bersama alam akan memisahkan mereka.’

Perempuan itu kembali duduk di kursinya, meraih ponsel di atas meja dan mengabaikan Raya yang terus menatapnya. Sembari mengaduk-aduk milkshake cokelat yang dibuat oleh pacarnya, dia bertanya, “Kenapa lo? Bete banget keliatannya?”

Sebelum Bianca menjawab, seorang laki-laki dengan model rambut comma haircut datang dan duduk di samping Raya. Bianca mendengus pelan, lihatlah sekarang musuh terbaiknya tengah bermanja-manja dengan laki-laki yang katanya mirip salah satu member Astro, Cha Eun Woo.

“Mulai lagi lo berdua!” komentar Bianca sembari mengibas-ngibaskan kerah jaket denim yang dipakainya.

Hamalaska Dargawana—atau Aska—menoleh, dan tersenyum pada Bianca. “Nggak usah ngambek! Nih, gue buatin cappuccino kesukaan lo.” Disodorkannya gelas cup berisi minuman rasa cappuccino favorit Bianca, Aska kembali bersuara, “Heran, lo itu cewek tapi kok suka kopi, sih?”

“Gue juga heran, lo tuh cowok tapi kok suka susu stroberi, sih?” balas Bianca sinis.

Aska hendak membalas, tapi rekannya yang berada di kasir terlebih dahulu memanggil. Dia menghela napas pelan, dilemparnya tatapan tajam pada Bianca kemudian berpamitan kepada dua perempuan di meja itu. Raya terkekeh, sudah biasa melihat pacar dan sahabat kecilnya beradu mulut seperti ini. Suasana di meja itu kembali hening, Raya sibuk dengan ponselnya sedangkan Bianca terlarut dalam pikiran. Tatapan matanya teramat kosong mengarah ke buku novel di permukaan meja. Saat di sekolah tadi, Devanya memberi tahu kalau novel itu tertinggal kemarin dan Bara sempat membawanya pulang karena takut jika buku koleksi Bianca itu hilang atau kotor.

Antara Cinta dan Pendidikan [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang