23. Cuma Taruhan

4 1 0
                                    

HAPPY READING!!!!!

***
Di antara tempat yang selalu dijajah oleh luka, mengapa harus hati yang menderita paling lama?
***

SMANDAINFO
@smandafess
smanda! Bara dan Hazara 12 Bahasa 1 serius pacaran?? 

KEJADIAN HARI KEMARIN di kelas 10 IPS 3 tak akan pernah Bianca lupakan begitu saja.

Pada mata pelajaran terakhir hari ini, di dalam ruangan kelas 10 IPS 3, hanya ada Bianca yang sibuk merapikan mejanya tanpa gairah. Gerak tubuhnya dia seret dengan paksa, matanya pun berpusat entah ke mana. Dengan pikiran yang berkecamuk, Bianca ingin segera pulang dan merebahkan tubuhnya yang sudah terlampau letih meski tak tahu apa alasannya.

Sejak kejadian kemarin, perempuan Dirgantara itu tak banyak bicara. Dia dan pikirannya terus berargumen; tentang Bara Argantha yang menjalin hubungan dengan Hazara Saphire Cassandra, sahabatnya. Sebenarnya bukan apa-apa, hanya saja … bukankah Hazara tahu tentang dirinya yang mencintai laki-laki itu dalam diam, lantas apa alasan perempuan itu menerima ajakan Bara untuk berpacaran kemarin? Hati manusia memang bisa berubah kapan saja, Bianca tahu itu. Tapi mengapa harus sahabatnya?

Bianca tak mengerti apa yang sedang terjadi sekarang dalam hidupnya. Dia sampai melupakan segala hal di sekitarnya demi fokus menghadapi ujian sekolah, bahkan eksistensi Hazara di depan kelas pun tak begitu dia indahkan. Karena demi apa pun, Bianca enggan bersitatap dengan Hazara untuk saat ini.

“Bianca!” Panggilan Hazara tak Bianca jawab, untuk itu si perempuan Cassandra kembali berucap, “Gue tau lo nggak tuli!”

Dengan sangat terpaksa, Bianca menghentikan gerakan kakinya yang hendak melangkah. Mata sipit perempuan itu menyambut tanpa gairah, tak ada lagi binar hangat dan menyenangkan bila eksistensi sahabatnya terlihat. Kini, binar itu lenyap entah ke mana, hanyut dengan apik layaknya air sungai yang mengalir dari hulu ke hilir tempat air bermuara.

Melihat Bianca yang masih betah membungkam mulut, Hazara tersenyum tipis—penuh kemenangan di baliknya. “Gue … pengen ngomong sesuatu, sama lo,” katanya berusaha dibuat selembut mungkin. “Gu-gue minta—”

I’m busy, so another time!” Perempuan Dirgantara itu dengan santai berjalan melewati sahabatnya, tanpa sadar membuat kekesalan seorang Hazara Saphire Cassandra terpancing.

“Tolong jauhin Bara!”

Spontan langkah Bianca berhenti. Dia berbalik, menatap sahabatnya tak percaya. “Lo serius?!”

“Bara … is mine!”

Suasana di dalam ruangan itu hening sesaat, tak lama tawa hambar Bianca Dirgantara menguar. Tawa meremehkan yang teramat Hazara Saphire Cassandra benci. “Lo nggak salah ngomong? Apa lagi ngelantur?” tanya Bianca dengan sebelah alis yang terangkat. “Emang lo siapanya dia, sih? Lagian kalo pun lo minta gue buat ngejauh, dia masih bisa ketemu gue di sini. Harusnya—”

“Bara pacar gue sekarang kalo lo lupa!” sela Hazara dengan seringai tipis yang terpahat di wajah cantiknya, yang mana kecantikannya bisa memanipulasi orang-orang.

Jelas Bianca dibuat bungkam. Kalimat yang seharusnya dia hindari malah menjadi sebuah jebakan untuknya. Tatapan mata sipit itu di lemparkan ke arah lain, perbincangan ini membuatnya kalah telak dari Hazara Saphire Cassandra. Perempuan berambut panjang bergelombang di bagian bawah itu merasa sudah menang melihat Bianca yang tak lagi melontarkan kata tanpa tahu rasa sakit yang menghimpit hati sahabat—oh, mantan sahabatnya itu. Atau justru, Hazara tahu bahwa percakapan mereka tadi, dia telah menyerang titik lemah seorang Bianca Dirgantara, si Sekretaris OSIS yang mencintai Bara Argantha dalam diam.

“Lo kenapa sih, Za?” Tatapan Bianca kini sedikit melunak dari pada sebelumnya, sorot mata yang paling Bianca benci ini mengarah tepat pada manik indah milik Hazara. Kedua kakinya berjalan mendekat dan menyisakan sedikit jarak dari perempuan itu. “Kenapa … harus Bara, Za? Lo tau sendiri, kalo gue … udah suka sama dia udah lama? Dan—” Suaranya tercekat dalam tenggorokan, Bianca tak mampu lagi bertutur kata. Bukan karena kehabisan kosa katanya, melainkan ada sesuatu yang menahan semua perkataan yang telah disusun untuk tidak dilontarkan sekarang.

Entah apa yang terjadi, yang diingat Bianca hanya dirinya yang sedang bicara berhadapan dengan Hazara, kemudian sesuatu menariknya mundur hingga tote bag yang tersampir di bahu kanannya terjatuh begitu saja. Bahkan sesuatu menghantam wajahnya, sampai membuat pipi kanannya terasa panas. Di balik helaian rambut pendek yang menghalangi pandangan, kedua mata sipit perempuan itu memelotot terkejut.

Maka ketika Bianca menolehkan kepalanya—menatap orang yang baru saja melayangkan tamparan kepadanya—perempuan itu mematung, terkejut bukan main kala mengetahui jika ….

Antara Cinta dan Pendidikan [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang