2. Teman serumah

3.5K 270 11
                                    

Residen Bangkok
Author Pov

Becca menggeliat malas di atas tempat tidurnya, rasa kantuknya masih melekat sedangkan alarm ponselnya berdering tiada henti memanggil si empunya untuk cepat bangun.

Pukul 11.12 waktu Bangkok, Becca mengucek matanya, kaget melihat matahari sudah berada di atas.

"Selamat siang mentari yang bulat sempurna! Selamat siang untukku yang bersiap menjejaki hari dengan penuh tantangan. Mari tersenyum! Meski faktanya berat menghadapi kenyataan setelah membuka matamu. Hahaha." Ucapnya pada dirinya sendiri di depan cermin kamar mandi.

Dia keluar kamar mandi lalu menuju dapur, mengambil gelas dan teko air minum. Menuangkan teko air minum tersebut ke dalam gelas lalu meneguknya. Kepalanya masih terasa nyut-nyutan meski semalam dia tidak sampai mabuk benar. Dia selalu menghindari hal tersebut.

"Aku membuatkanmu sup ayam, makanlah agar mabukmu hilang"

Becca membaca sebuat note yang menempel pada lemari pendingin, dari teman satu rumahnya, Irin. Dia melihat panci yang bertengger di atas kompor dan penanak nasi yang menyala. Makanan sudah tersedia tanpa repot-repot membuatnya.

Irin Urassaya.

Perempuan itu, sahabat sekaligus teman satu rumahnya. Mereka tinggal bersama hampir lima tahun sejak Becca bekerja di Terra Blues Caffe. Mereka bertemu di sana. Menjadi dekat dan memutuskan tinggal bersama demi mengirit pengeluaran di tengah mahalnya biaya hidup di Kota Bangkok. Sedangkan pendapatan mereka tidak seberapa.

Irin masih bertahan di tempat lamanya sedangkan Becca memilih untuk resign karena memerlukan banyak uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya serta ingin mencari pengalaman baru, katanya.

"Sampai saat ini, bagiku support sistem terbaik selain diriku sendiri adalah uang selebihnya omong kosong belaka. Buktinya, ibuku saja memilih mengkhianati ayahku disebabkan uang. Setiap hari yang diributkan selalu tentang uang. Aku bersyukur selesai menamatkan sekolah menengah atas berkat program biaya siswa." Tutur Becca kepada Irin ketika memberitahukan rencana resignnya dari tempatnya bekerja.

Becca menyebarkan pandangannya melihat sekeliling rumahnya. Terlihat suasana rumahnya yang rapih dan bersih berbeda jauh ketika dia datang dini hari tadi.

"Ah, pasti Irin membersihkannya lagi..." Gumam Becca merasa tidak enak dengan kesibukannya selama ini karena tidak sempat membantu Irin mengurus rumah. Bahkan Irin malah mengurus dirinya bukan hanya rumah saja.

Becca Pov

Aku berterima kasih kepada Irin, dia selalu mengurusku dengan baik padahal dia pun harus bekerja dari pagi sampai sore hari. Dia terlalu baik, makanya aku tidak heran kalau nasibnya pun tidak buruk sepertiku. Dia masih memiliki keluarga yang menyayanginya. Seorang ibu. Terkadang dia mengajakku mengunjungi ibunya di sebuah desa kecil di pinggiran Kota Bangkok. Bahkan terkadang ibunya mengunjungi tempat tinggal kami dengan membawa hasil ladangnya, entah itu sayuran atau pun buah-buahan segar kemudian sebelum pulang beliau memasakan kami makan makanan enak. Kehadiran Ibu Irin cukup membuatku tidak merindukan ibuku, meski terkadang aku sangat iri melihat kedekatan Irin dengan ibunya. Selain masih memiliki cinta dari seorang ibu, nasib percintaannya pun terbilang sangat mulus. Dia tengah menjalin hubungan dengan pemilik caffe tempat dia bekerja saat ini, bisa dikatakan dengan bosnya sendiri.

Sedangkan aku? Tidak tahu, aku tidak tertarik menjalin hubungan dengan siapapun. Meski ya... Banyak dari tamuku atau pun staff club yang menyukaiku, aku hanya menganggapnya candaan. Bagiku, di dunia ini selain uang tidak ada yang lebih penting.

Melihat hidupku yang seperti ini, Irin selalu mengkhawatirkanku. Mungkin dia merasa, aku tidak memiliki tujuan hidup yang jelas. Meski memang benar kenyataannya seperti itu. Irin sebagai sahabat yang baik, selalu memberikanku nasehat namun tidak pernah menuntutku untuk melakukan hal di luar keinginanku.

THE HOSTESS (freenbecky)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang