9. Seorang penggemar

1.6K 250 34
                                    

Freen Pov

Aku berdebat dengan CEO agensiku, Mrs. Ai perihal artikel yang memuat tentangku lagi. Tentang sisi burukku. Tapi aku tidak terima, itu terlalu berlebihan. Aku hanya minum tidak memesan hostess seperti yang diberitakan. Aku hanya minum untuk menghilangkan rasa penat dan bosanku.

Perkataanku sepertinya sangat keterlaluan kepada Mrs. Ai, terlihat dari dia yang memilih diam tidak menanggapi perkataanku. Itu pun aku lakukan karena dia terlalu melarangku. Aku tidak menyukainya. Bukankah itu kehidupan pribadiku? Aku benar-benar lelah menjadi publik figur.

Sedari kecil aku selalu menuruti orang tuaku, terutama ibuku. Aku seperti ini karena keinginannya. Aku seperti boneka baginya, aku harus terlihat sempurna dimatanya.

"Kamu harus menjadi artis yang sangat luar biasa. Harus lebih dari diriku. Harus lebih bersinar. Jangan pernah perlihatkan kelemahanmu sedikitpun. Kamu harus terlihat sempurna dimata orang lain, terutama penggemarmu. Harus pintar mencari atensi mereka, jika kamu tidak bisa, setidaknya berpura-pura baiklah di depan mereka."

Begitulah petuah ibuku. Dia akan memarahiku kalau aku melakukan kesalahan sedikitpun. Tapi dia lupa, aku adalah anaknya. Asli keturunanya. Sifat buruknya pun diwariskan padaku, salah satunya angkuh dan arogan. Aku harus pandai-pandai menyembunyikannya di depan penggemarku, aku harus terlihat seperti putri tanpa dosa sedikitpun.

Di dukung bakatku, ternyata aku pintar berpura-pura. Bahkan lebih pandai dari ibuku. Usahaku memasang topeng di wajahku bertahun-tahun tidaklah sia-sia. Namun orang-orang yang membenci kesuksesanku mengkulik sisi burukku, bahkan seksualitasku pun diperbincangkan. Konyol sekali! Apa salahnya jika aku menyukai seorang perempuan? Masalah untuk mereka? Jangan mengkritikku hanya karena aku seorang publik figur. Atau jangan mengkritikku kalau kamu tidak sesukses diriku di usia yang sama denganku saat ini, 32 tahun. Bahkan ayahku saja tidak pernah mempermasalahkannya.

Ah, kembali lagi ke perdebatanku dengan Mrs. Ai. Aku mengalah, Panly sahabatku menasehatiku agar aku menyelesaikan masalahku sendiri karena aku sudah terlalu banyak menimbulkan masalah bagi agensi dan itu membuat saham agensi menurun.

"Bagaimana kalau kita temui perempuan itu? Dia mengidolakanmu tapi dia mengatakan tidak memotretmu sama sekali. Kita cari kebenarannya." Kata Panly mengusulkan idenya padaku.

Tanpa butuh waktu lama aku mengiyakan idenya. Mencoba mencari perempuan dalam foto tersebut.

Namun nihil. Aku mencarinya di club tempat dia bekerja tapi tak ketemu juga. Sampai pada akhirnya Panly turun tangan membantuku, dia berpura-pura memesan hostess di club itu. Sungguh, akting dia lebih pintar dariku. Jangankan untuk mengelabuhi wartawan, hubungannya dengan Lovveruk selama dua tahun pun tidak terendus media sama sekali. Dia pantas masuk ke dalam jajaran artis muda papan atas sama sepertiku.

Namanya Lily.

Ya, hostess itu namanya Lily. Akhirnya aku bertemu dengannya. Aku memperhatikan dia berbicara dengan Panly. Wajah yang ku lihat secara samar waktu itu karena aku mabuk, sekarang terlihat jelas. Bahkan sangat jelas. Dia berada di depanku. Rambutnya terurai panjang, bibirnya ranum, matanya berlensa biru, lehernya jenjang dengan kulitnya yang putih seputih porselen semakin cantik dengan balutan dress mini warna merah yang melekat pada tubuhnya. Aku menelan ludahku ada rasa mendesir mengalir di dadaku.

Aku terlibat pembicaraan dengannya, tentunya masalah artikel tersebut. Dia tetap tidak mengakui bahwa itu foto yang dia atau temannya ambil untuk kemudian sengaja disebarkan pada media untuk keuntungannya sendiri.

Semakin aku terlibat pembicaraan dengannya, semakin aku tertarik. Aku mencoba mendekat padanya saat dia terlihat sangat kikuk. Katanya, dia mengidolakanku. Sepertinya benar dari sikapnya padaku.

THE HOSTESS (freenbecky)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang