The Burning Flower
Author PovMalam itu seperti biasa, bar dipenuhi musik berderu keras layaknya guntur dan menciptakan deretan gelas di atas meja bar berdetak kencang. Lampu sorot warna-warni melintas dimana-mana seperti sirene polisi, tetapi jauh lebih berwarna. Suasana di dalam bar itu seperti menari di tengah kota.
Perempuan bernama Rebecca itu memberanikan diri mendekati sang artis, setelah lima belas menit lalu dia bergosip dengan kedua temannya Jim dan Cassie mengenai kehidupan orang yang sekarang berada di depannya ini.
"Kehidupan orang kaya pun tidak berjalan mulus seperti yang kita lihat."
"Tapi setidaknya dia kaya." Kata Becca menimpali dan disetujui oleh anggukan kepala Cassie.
Becca mendekati meja dimana sang artis duduk menikmati suasana bar.
"Boleh aku duduk di sini?" Tanya Becca dengan telunjuk menunjuk ke kursi di samping sang artis.
Sang artis mendongak, memincingkan matanya melihat perempuan itu. Becca tersenyum manis, dia duduk sebelum si empunya mengizinkan.
"Apa anda sendirian?" Tanya Becca dengan mendekatkan mulutnya ke telinga sang artis agar terdengar karena suara musik bar yang sangat bising.
Sang artis melihatnya dengan tatapan mabuk, dia memegang dagu Becca. "Kamu mau apa? Aku tidak tertarik. Pergi saja." Suruhnya dengan melepas dagu Becca kemudian menjauhkan badannya beberapa senti dari Becca, tanpa menjawab pertanyaan awal dari Becca. Matanya merah, mulutnya bau alkohol yang sangat menyengat. Dia mabuk berat.
Becca mengibas-ibaskan tangannya menghalau bau alkohol yang menyeruak keluar dari mulut sang artis.
"Anda mabuk berat, nona..." Kata Becca dengan suara yang sedikit berteriak.
Sanga artis tidak menghiraukan, dia kembali mengisi gelas kosongnya dengan vodka lalu meneguknya sampai habis.
Becca menatap iba sang artis, dia menepikan botol vodka menjauh dari jangkauan artis itu. "Berhenti minum anda sudah mabuk berat." Kata Becca berusaha menasehati.
"Hey! Kamu siapa berani melarangku! Aku sudah membayar minuman ini." Hardik sang artis merebut kembali botol vodka yang disisihkan Becca.
"Iya, tapi anda sudah mabuk berat..."
"Ah ya! Aku ingat, kamu yang tadi disana itu kan?" Artis itu menunjuk ke arah panggung. "Si penyanyi bar! Kkk- berani sekali kamu melarangku. Kamu hanya penyanyi bar. Bukankah kamu mendapatkan uang karena aku mengunjungi bar tempatmu bekerja?! Diam saja! Tidak usah ikut campur urusan pelangganmu!" Ceracau sang artis dengan wajah yang memerah karena mabuk.
Becca menatap sang artis yang berbicara tanpa henti dengan gaya mabuknya. Sesekali dia menggeleng-gelengkan kepalanya dan matanya terkadang terpejam.
"Kamu..." Sang artis menunjuk wajah Becca. "Pergi dari...si-- ni." Katanya mengusir Becca sebelum matanya terpejam penuh.
Bruk.
Tubuh itu lemah lunglai jatuh tepat ke pelukan Becca. Becca kaget, dengan sigap memeluk tubuh itu agar tidak jatuh ke lantai.
"Lily, dia pingsan?" Jim tiba-tiba datang menghampiri Becca.
"Sepertinya..."
"Apa dia benar-benar sendirian?"
"Sepertinya..."
"Kamu lihat ponselnya, kali saja ada yang bisa dihubungi. Aku pergi dulu, Madam Lim menyuruhku untuk menyiapkan wine kepada para tamu. Kamu urus artis itu..."
Becca mengangguk pasrah.
Becca Pov
Ternyata benar apa kata Cassie, dia Freen Sarocha, aktris sekaligus penyanyi itu sedang minum di bar sendirian. Aku memang mengidolakannya, selain cantik dan berkharisma dia memiliki bakat akting dan suara yang sangat indah. Hidupnya benar-benar sempurna.
Aku mencoba untuk mendekatinya, setidaknya sekali seumur hidup bertemu dengannya secara langsung. Tapi, hey! Dia sangat arogan dan angkuh. Kata-kata yang keluar dari mulutnya sangat kejam meski memang itu benar. Aku jadi berpikir kembali, apa yang diinfokan oleh akun-akun yang membencinya itu benar bahwa penampilan dia di depan publik sangat berbeda jauh dengan aslinya? Padahal aku hanya ingin menyapa dan menemaninya minum. Menyebalkan sekali!
Aku hanya diam tidak menghiraukan perkataannya sampai dia pingsan karena mabuk berat.
Aku terlonjak kaget ketika dia ambruk dalam dadaku. Aku menggoyang-goyangkan bahunya, tak ada respon. Aku mencium bau samponya, sangat wangi. Mungkin ini sampo mahal, aromanya sangat berbeda dengan punyaku. Bahkan rambutnya terasa sangat lembut. Aku menelan ludahku, jantungku berdegup kencang. Aku harap dia tidak mendengarkan detakan jantungku.
Astaga... Bagaimana ini? aku dengan cepat menyandarkan tubuhnya ke sofa pelan-pelan. Kalau aku tidak ingat bahwa aku mengidolakannya sudah aku tinggalkan saja dia di sofa dengan keadaan seperti itu karena perkataannya yang menyebalkan barusan.
Aku menghela nafas, berusaha mencari sesuatu dalam tas miliknya, sebuah ponsel. Ada notif panggilan tak terjawab tapi aku tidak bisa membuka ponselnya. Terkunci.
Aku memandangi wajah itu, wajah yang terlihat sangat lelah namun menyebalkan seketika."Kalau aku tidak menyukaimu, aku sudah meninggalkamu begitu saja karena meremehkan pekerjaanku." Gumamku pelan masih memandangi wajahnya, dia menggeliat sebentar.
"Ternyata anda masih hidup." Aku mendengus.
Aku terus memandangi ponselnya berharap orang yang menghubunginya menelepon kembali.
Drrrttt!
[ Freen! Kamu dimana? Kenapa panggilanku tidak di angkat? ]
"Hallo... Maaf pemilik ponsel ini pingsan karena mabuk berat."
[ Eh.. pingsan? Dia dimana? Tolong beritahu alamatnya. ]
"Hm, dia ada di The Burning Flower Night Club."
[Oh ya aku tahu, baiklah. Setengah jam aku akan sampai. Tolong jaga dia sampai aku datang. ]
"Hm baik."
[ Terima kasih ]
Tut.
Author Pov
Becca memberikan tas milik sang artis kepada orang yang berbicara dengannya di telepon sebelumnya. Dia tersenyum ramah kepada Becca. Seorang perempuan bertubuh tinggi dan berambut panjang sama seperti sang artis namun dengan kulit seputih susu dan tahi lalat di atas bibirnya menambah manis senyumnya.
"Maaf sudah merepotkanmu nona..." Ucap perempuan itu dengan nada sopan. Mereka kini sudah berada di depan pintu masuk club dan sang artis sudah berada di dalam maserati ghibli, mobil mewah berwarna hitam yang terparkir di depan club.
"Ah tidak apa! Aku hanya kebetulan melihatnya tidak sadarkan diri." Becca tersenyum kaku.
Perempuan itu terkekeh. "Karena itu dia merepotkanmu." Katanya sembari melirik sang artis yang tertidur di dalam mobil. "Apa anda tahu siapa dia nona?"
Becca mengangguk. "Freen Sarocha, salah satu aktris papan atas Thailand." Jawab Becca membuat perempuan itu terkekeh lagi.
"Anda benar sekali nona, tapi maaf sebelumnya, apa anda kebetulan memotret dia saat mabuk tadi?" katanya dengan suara berbisik pada Becca takut kalau-kalau orang yang berlalu lalang di depan mereka mendengar.
"Ah tidak tidak!" Becca menggeleng "Jangan khawatir aku tidak melakukan apapun meski aku mengidolakannya." Kata Becca dengan tersipu malu. "Setidaknya sebelum dia meremehkan pekerjaanku." Imbuh Becca dalam hatinya.
"Benarkah? Wah suatu kebetulan kamu bertemu dengannya kkk- aku hanya mengkhawatirkan agar tidak ada skandal lagi tentangnya pada portal berita nanti karena masa istirahat dia dari dunia hiburan." Terang perempuan itu.
Becca tersenyum. "Tenang saja, aku tidak melakukan apapun."
"Ah baiklah kalau begitu. Sekali lagi aku berterima kasih. Selamat malam."
"Selamat malam." Ucap Becca
Semenit kemudian mobil mewah itu menghilang dari pandangannya.
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
THE HOSTESS (freenbecky)
FanfictionATTENTION❗Banyak adegan dewasa 21+ ... Bercerita tentang seorang hostess club malam yang mengidolakan artis papan atas yang angkuh dan arogan.