The Burning Flower
Author PovDua minggu berlalu setelah skandal kencan Freen dan Becca muncul, keadaan lebih tenang meski komentar-komentar pada media sosial tentang mereka tidak pernah berhenti. Ditambah, beberapa pasang mata terkadang melihat Becca dengan tatapan tidak suka ketika tidak sengaja berpapasan di dalam club.
"Aku yakin, hostess itu hanya menumpang tenar saja melalui Freen."
"Menjijikan! Bagaimana bisa Freen menyukai perempuan nakal itu. Apa otaknya benar-benar terganggu."
"Freen sakit jiwa kalau benar mengencani hostess sialan itu!"
"Bagaimana kalau kita boikot club malamnya? Hahaha!"
Tapi, tidak sedikit dari mereka juga yang tidak terpengaruh oleh komentar sengit netizen.
"Sudah terlalu sering menjadi orang yang menyakitkan. Hanya keadaan memaksa untuk tetap tenang." Kata Becca saat itu pada teman-teman hostess yang mengkhawatirkan mentalnya.
....
"Sedang apa kamu di sini?" Tanya Madam Lim yang melihat Becca tiduran di sofa ketika dia masuk ke ruangannya sendiri.
Becca tidak menjawab, matanya terpejam dengan lengan menutupi wajahnya. Namun Madam Lim tahu bahwa anak kesayangannya itu tidak tidur.
"Kalau kamu masih tidak mood untuk bekerja. Kamu boleh mengambil libur dulu. Istirahatkan pikiranmu sampai benar-benar membaik." Usul bosnya itu dengan rasa khawatir.
"Kalau aku tidak bekerja, aku tidak bisa makan. Bagaimana aku harus membayar uang sewa apartemen? Aku tidak apa-apa." Ujar Becca masih dengan mata terpejam.
"Sebenarnya apa yang kamu pikirkan?" Madam Lim menyesap kopinya yang terletak di meja tidak jauh dari Becca tidur, dia menunggu jawaban dari Becca.
Becca hanya terdiam, tidak berniat menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Madam Lim. Becca malah mengubah posisi tidurannya menjadi menyamping menghindari tatapan Madam Lim.
"Kamu masih memikirkan komentar-komentar netizen? Apa itu sangat mengganggumu? Atau kamu mau aku menyuruh orang untuk memblokir situs web tersebut?" Madam Lim semakin khawatir dengan sikap anak kesayangannya itu.
"Tidak, jangan berlebihan. Lagi pula perkataan mereka benar. Aku seorang hostess dan latarbelakang kehidupanku tidak baik."
Madam Lim menyalakan rokoknya. Menyesapnya dalam-dalam lalu mengepulkan asapnya. "Apa kamu merindukan artis itu?"
Perkataan Madam Lim suskes membuat Becca membalik badannya melihat bosnya tersebut. "Hah? Apa yang anda katakan, tidak masuk akal. Aku tidak merindukan Freen Sarocha." Katanya penuh keyakinan.
"Aku tidak mengatakan bahwa artis yang aku maksud adalah Freen Sarocha.." Madam Lim menaikan satu alisnya menahan tawa.
"Madam...." Becca merajuk sadar bahwa dia terjebak oleh kata-kata Madam Lim. Becca mendengus kesal, kembali memunggungi bosnya itu.
Madam Lim tertawa, dia duduk di sofa memperhatikan tubuh mungil yang berbaring di depannya.
"Lily, jangan merendahkan dirimu hanya karena kamu bekerja sebagai hostess dan latarbelakang keluargamu tidak baik. Orang-orang tidak tahu seberapa berat hidup yang kamu hadapi. Seberapa berjuangnya kamu menjadi lebih baik."
Becca terdiam mendengar penuturan dari Madam Lim.
"Lily, katakan dengan jujur. Kamu memikirkannya sampai kamu malas untuk melakukan kegiatanmu?"
Becca masih terdiam. Dia enggan menjawab. Tidak, sebenarnya dia bingung menanggapi perkataan Madam Lim yang terlalu jujur itu.
"Perasaanmu jelas terlihat pada sikapmu, Li. Tetap berusaha meyakinkan diri sendiri, bahwa takdir terbaik adalah apa yang sedang dijalani saat ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
THE HOSTESS (freenbecky)
FanfictionATTENTION❗Banyak adegan dewasa 21+ ... Bercerita tentang seorang hostess club malam yang mengidolakan artis papan atas yang angkuh dan arogan.