"Kalo boleh tau, buat siapa Kak?"
"Mauren,"
.
.
.
.
.Deg. Rasa sakit yang menjalar dihatinya saat mendengar nama sahabatnya disebut oleh lelaki yang dicintainya. Hati Rachel remuk, seperti teriris pisau secara perlahan. Ia gigit erat bibir bawahnya untuk menahan tangis nya, berusaha untuk tidak berteriak padahal hatinya sudah merasakan perih yang begitu hebatnya.
"Menurut lo gimana Chel?"
Rachel kembali menatap manik mata indah milik Gio, ia mengangguk juga tersenyum. "Kakak ga salah pilih Mauren dihati Kakak, dia anak baik"
Gio hanya menghela nafas lega, sambil mengangguk, juga terseyum.
"Dari kapan Kak? Suka sama Mauren"
"Sekitar 2 tahun yang lalu,"
Jawaban Gio yang membuat Rachel membungkam kaget, pada tahun itulah Rachel pun menyukai Gio. Rachel tak sadar ternyata satu tetes air mata muncul dimata sebelah kiri nya dan membasahi sedikit pipinya kiri nya.
"Chel, lo nangis?" Ujar Gio sambil menatap khawatir ke arah Rachel.
Rachel menggeleng kepalanya pelan sambil tersenyum menandakan bahwa ia sedang baik-baik saja, "Kelilipan," Ujarnya. Mendengar itu Gio dengan sigap menarik ceruk leher Rachel agar mendekat, lalu ia meniupnya pelan.
Entah mengapa semakin ditiup, air matanya semakin deras. "Chel, perih banget ya?", Rachel hanya mengangguk sambil mengucek matanya "Jangan di kucek, tangan lo kotor" Ujarnya sambil memberikan Rachel tissue, Rachel menjauhkan kepalanya membuat lengan kanan Gio ikut terlepas dari ceruk lehernya.
"Makanan nya di makan kak, sayang masih banyak"
Gio mengangguk, lalu menurut.
Manik Rachel menatap lelaki yang sedang makan di depannya ini, rasanya sangat sesak. Rachel ingin sekali menangis di hadapan lelaki ini, rasanya ia ingin mengungkapkan tentang perasaannya juga tentang rasa sakit yang ada didalam hatinya saat ini. Namun, Rachel tetaplah Rachel, tak mungkin ia berbicara apa yang sebenarnya terjadi.
Dirinya harus mengubur rasanya yang sudah terbentuk sejak dua tahun lamanya. Rachel hancur, begitu juga kisah cinta nya. Kisah cinta di masa-masa SMA nya tidak seindah dan semulus orang-orang diluaran sana.
...
Sejak diperjalanan pulang tadi entah mengapa rasanya sungguh berbeda, setelah mengetahui bahwa lelaki yang ia cintai selama dua tahun ini menyukai sahabatnya. Rasa penyesalan tumbuh begitu saja di dalam hati Rachel saat ini, seharusnya selama ini dia peka dan tidak memikirkan hati nya sendiri tanpa melihat orang lain.
Jika Gio menyukai Mauren mengapa ia bersikap manis seolah-olah menyukai Rachel juga?
Ia tatap bingkai foto berukuran kecil yang setia bertengker manis di atas meja belajar nya, terlihat difoto itu jika mereka berdua benar-benar terlihat bahagia seakan-akan dunia hanya milik mereka berdua. Lagi-lagi Rachel hanya menatapnya miris, kedutan pipi yang tiba-tiba membentuk senyuman, tetapi kali ini senyumannya bukan mengartikan bahwa ia sedang baik-baik saja.
Tanpa permisi bening air mata membasahi kedua pipinya, segukan kecil yang ia keluarkan semakin mengartikan bahwa ia sedang merasakan sakit yang luar biasa di dalam hati nya.
“mengapa harus sahabatnya?” pertanyaan yang terus muncul dalam benak Rachel. Tapi lagi-lagi pertanyaan yang muncul didalam dibenak nya membuat kepalanya menggeleng pelan, karena ia tau, perasaan tidak mungkin bisa dipaksakan. Cinta datang di waktu yang tak tepat, ia bisa datang kapan saja dan pergi kapan saja.
Ia menghapus air matanya. Lalu ia mengambil foto yang tadi ia pandang, turun ke bawah dengan tergesa-gesa, untungnya orang rumah sudah tertidur karena ini sudah cukup larut malam.
Membuka knop pintu, lalu berjalan menuju tempat sampah? Bruk. Rachel membuang foto tersebut 'Jangan sampe gue nangis lagi karena foto itu, sialan!' Monolog Rachel, lalu kembali masuk ke dalam kamarnya.
Ia menaiki kasur queen size nya, merebahkan diri sambil menghela nafasnya agar rasa sakit ini bisa berkurang. Tapi lagi-lagi wajah jelas Gio terbayang-bayang dipikiran Rachel, membuat nya sedikit berkaca-kaca. Sungguh, ia benci pada saat situasi seperti ini.
Mencoba menguatkan hatinya, tapi ia gagal. Semakin ia memejamkan matanya, semakin nampak jelas wajah Gio yang sedang tersenyum ke arahnya.
Lagi-lagi tanpa permisi bening air mata muncul membasahi kedua pipinya, ia cepat-cepat menghapus nya dengan kasar, tapi air mata itu malah semakin deras membasahi kedua pipinya. Terdengar segukan kecil yang menghiasi kamar bernuansa putih ini, segukan nya makin lama, makin terdengar menyedihkan.
Anehnya ia tak merasa mengantuk, padahal jam sudah menunjukkan pukul 01.30.
Ia menangis sejadi-jadinya, meluapkan semua yang ada dihati nya dengan cara menangis. Sungguh, kali ini ia merasakan patah hati yang sebenar-benarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCHOOL CHILDREN
Teen FictionFOLLOW SEBELUM BACA❗ Menceritakan tentang seorang gadis SMA yang bernama Rachel Asyila Djuarna yang mencintai seorang lelaki yang bernama Gio Alvaro Gerdapati, sikap manis yang Gio berikan kepada Rachel membuat antensinya meningkat bahwa ia pasti ak...