(27)

8 2 2
                                    

Entah mengapa sedari tadi perasaan Rachel tidak enak, seperti ada yang mengganjal dihatinya tapi ia tak tahu apa. Bukan hanya perasaannya, pikiran nya juga bercampur aduk. Tiba-tiba saja ia kepikiran Arsen, biasanya ia tak pernah kepikiran sejauh ini apalagi tentang Arsen.

Melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 11.30 namun matanya enggan mengantuk. Sedari tadi ia berguling-guling tidak jelas diatas kasurnya, agar ia kelelahan lalu ia bisa tertidur. Tapi nyatanya itu sangat tidak berpengaruh walaupun hanya sedikit, ia juga berusaha untuk memejamkan kedua matanya dengan paksa, lagi-lagi yang muncul di bayangan nya adalah Arsen.

Ia berjalan menghampiri laci meja belajar nya, membukanya lalu mengambil benda pipih yang sudah ia taro di dalam laci tersebut.

Satu notifikasi pesan yang muncul di lockscreen ponsel nya, juga notifikasi WhatsApp dari Arsen yang belum sempat ia baca.

Bruk! Ponsel yang Rachel genggam terjatuh begitu saja mengenai jempol kakinya, pikiran kalut begitu saja saat melihat pesan yang baru saja ia buka, kedua matanya tiba-tiba memanas, kedua lengannya terkepal kuat untuk menahan air matanya, kaki juga tubuhnya bergetar hebat.

"Jahat," Gumamnya sambil berlari ke atas kasur, menjatuhkan tubuhnya dengan kencang, menumpukkan kepalanya diatas bantal dengan sedikit segukan yang ia keluarkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jahat," Gumamnya sambil berlari ke atas kasur, menjatuhkan tubuhnya dengan kencang, menumpukkan kepalanya diatas bantal dengan sedikit segukan yang ia keluarkan.

Berulang kali ia mengatakan jahat sambil menangis tidak ada suara, memukul kencang dadanya agar rasa sesak nya berkurang namun sayang, rasa sesaknya semakin bertambah.

Ting. Satu notifikasi yang terdengar di telinga Rachel membuat nya kembali bangun.

'Kenapa disaat gue udah percaya sama lo, Sen?' monolognya sambil mengusap dadanya pelan.

Membuka WhatsApp Arsen, lalu mengetikkan sesuatu disana. Rachel mengetik sambil mengeluarkan tangisnya yang sama sekali tidak bersuara, ia hanya takut kedua orang tuanya mengetuk pintu kamarnya dan menanyakan tentang apa yang sebenarnya terjadi kepada Rachel.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Menjatuhkan tubuhnya di lantai, memeluk kedua dengkul nya sambil menumpukan kepalanya diatas dengkul yang ia peluk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Menjatuhkan tubuhnya di lantai, memeluk kedua dengkul nya sambil menumpukan kepalanya diatas dengkul yang ia peluk. Menangis dengan segukan kecil yang ia keluarkan membuat siapapun yang mendengar nya pasti merasa tersentuh, semakin kecil segukan yang Rachel keluarkan, semakin sakit rasa yang muncul di hatinya. Dua kali ia harus menangis pilu seperti ini, keduanya sama-sama tentang lelaki yang menyakitinya dengan cara yang berbeda.

Ting.

Ting.

Ting.

Ting.

Drttt..

Drttt..

Ting..

Drttt..

Notifikasi yang terus muncul di ponsel nya membuat ia menutup telinganya kuat sambil menangis dengan segukan.

Mengambil ponsel nya kembali, berlari menuju kamar mandi dan Byur! Mengguyur nya dengan gayung membuat benda pipih itu mengeluarkan gambar putih yang bercampur dengan garis garis berwarna abu.

Kembali ke atas kasurnya sambil memeluk guling kesayangannya, tak lupa menutup semua tubuhnya menggunakan selimutnya.

Segukan kecil itu masih menghiasi kamar bernuansa putih ini, entah bagaimana caranya untuk berhenti menangis. Ia sudah tak tahan dengan semua ini, menagis membuat dadanya semakin sesak.

SCHOOL CHILDRENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang