"Makasi," Ujar Rachel sambil membuka helm yang Arsen tadi beri.
Arsen hanya tersenyum manis "Sama-sama," Ujarnya, membuat Rachel bergidik ngeri.
"Terus?" Ujar Rachel saat melihat Arsen yang sedang celingak-celinguk.
"Gue ga disuruh masuk?" Ujarnya, "Engga!" Sentak Rachel.
"Bercanda kali neng,"
"Liat hp lo," Sambung Arsen, membuat Rachel menatapnya bingung "Cepet elah," Ujar Arsen.
Rachek hanya menatapnya jengah "Nih! Buruan gausa buka yang macem-macem"
"Engga sayang," Ujar Arsen membuat Rachel tersentak kaget.
Arsen mengotak-ngatik ponsel Rachel, entah apa yang dilakukannya "Siapa suruh ganti nama kontak gue?" Ujarnya.
"Ga ada yang suruh," Ujar Rachel sambil mengambil paksa ponsel nya dari tangan Arsen.
"Yaudah, ganti lagi kaya awal"
"Gila! Engga mau"
"Ganti sekarang, atau gue ciu--"
"Iya gue ganti!"
...
Tepat pada pukul 20.00 Rachel pergi menuju minimarket terdekat, ia hanya ingin menaiki moodnya dengan memakan es krim. Berjalan sendirian tanpa membawa ponsel miliknya, sejuk angin malam membuat hatinya tenang.
Kebiasaan baru setelah ia merasakan patah hati yang sesungguhnya.
Setelah beberapa menit Rachel berjalan akhirnya ia sampai, dari kejauhan ia melihat lelaki yang melambaikan kedua lengannya, kedua matanya memicing "Arsen?" Ujar Rachel pelan.
Ia lanjut berjalan, tepat di hadapan Arsen "Ngikutin ya lo?" Ujarnya, membuat Rachel menatapnya jengah "Ogah banget!" Ujarnya sambil berjalan memasuki minimarket tersebut.
Bruk. "Chel!" Teriak Arsen dan lelaki yang lain kala melihat Rachel yang sudah tersungkur di lantai minimarket, kakinya tak sengaja menginjak sampah kantong plastik.
Arsen dan lelaki itu menghampiri Rachel yang masih duduk dibawah yang menampilkan ekspresi datar nya, Arsen dan lelaki itu membantu Rachel berdiri. Saat melihat ke samping kanan nya, Gio? Mauren? Ia langsung menepis pelan lengannya dari lengan Gio.
"Thanks," Ujarnya pelan sambil menatap Arsen juga Gio secara bergantian.
Mereka berdua hanya mengangguk paham, Rachel sedikit menggeserkan badannya yang menutupi pintu masuk minimarket. Mempersilahkan Gio juga Mauren masuk, Mauren tersenyum kaku, Rachel hanya memasang wajah datar nya.
'Kok kek asing? Bukannya temen deket?' monolog Arsen saat melihat interaksi keduanya.
Rachel menatap kedua punggung itu yang perlahan mulai tak terlihat, badannya tiba-tiba saja mendadak kaku. Matanya kembali memanas, Rachel menggigit bibir bawahnya untuk menahan tangisnya.
"Chel?" Ujar Arsen sambil menepuk pelan bahu kanan Rachel.
Rachel menatapnya dengan kedua mata yang berkaca-kaca, "Gue mau balik," Ujarnya dengan nada yang sedikit bergetar. Arsen tau itu, Rachel sedang menahan tangis nya.
"Nangis aja gapapa" Ucapan Arsen mampu membuat Rachel mengeluarkan air matanya, Arsen membawa Rachel duduk, menarik lengan kanannya dengan pelan.
Rachel menangis, tidak ada segukan yang terdengar, namun ia memukul beberapa kali dadanya dengan kencang yang terasa sesak, "Jangan dipukul" Arsen membawa lengannya ke dalam genggaman nya, mengusap pelan punggung tangannya "Keluarin, biar ga sesek"
Rachel menagis sejadi-jadinya, segukan yang Arsen dengar membuat nya ingin sekali memeluk nya, namun Arsen sadar ia bukanlah siapa-siapa. Dep. Seakan-akan Rachel tau isi hati Arsen, ia memeluk Arsen dengan erat sambil mengeluarkan tangis nya dengan segukan yang mengisyaratkan bahwa ia betul-betul sedang terluka. Arsen membalas pelukan Rachel sambil mengusap kepalanya pelan.
Tak lama Gio juga Mauren keluar, mereka berdua tidak sengaja melihat kejadian tersebut. Mauren merasa bersalah saat ia melihat Rachel yang sedang menangis sesegukan di dalam pelukan Arsen, Gio yang menatapnya dengan tatapan yang tak suka saat Rachel menagis didalam pelukan Arsen.
Gio menarik lengan Mauren untuk menghampiri Rachel juga Arsen, Gio berjongkok di hadapan Rachel. "Chel" Ujar Gio membuat Rachel melepaskan pelukan Arsen, sekarang ia menatap Gio yang sedang berjongkok di hadapan nya ini, Arsen hanya menatapnya jengkel.
"Kena--,"
"Kaki gue sakit," Ujar Rachel memotong ucapan Gio.
'Sampe sesegukan? Kayanya lebih dari sakit kaki doang' monolog Arsen, ia tak berani untuk menanyakan tentang apa yang sebenarnya terjadi kepada Rachel.
Mauren tau bahwa sebetulnya Rachel menangis bukan karena kaki, tapi karena melihat mereka berdua.
Mauren tak mengeluarkan sepatah katapun untuk salah satu sahabatnya ini, ia mendadak bisu jika berhadapan langsung dengan Rachel. Mauren ingin bersikap seperti biasa kepada Rachel, ingin berada pada posisi Arsen saat ini. Mauren ingin memeluk Rachel sekencang-kencangnya, namun tak mungkin ia lakukan karena Mauren lah sadar bahwa air mata yang Rachel keluarkan itu adalah ulahnya.
...
Sampai depan rumah Rachel "Makasi," Ujarnya kepada Arsen dengan mata yang sembab.
"Untuk?"
"Udah mau nampung sedihnya gue,"
"Kirain mau makasi karena udah dipeluk balik"
Bugh. "Lupain itu! Namanya orang lagi sedih ya pasti reflek,"
"Kalo lagi sedih telepon gue aja ya Chel, siapa tau dipeluk lagi"
"Engga!" Sarkas Rachel lalu masuk ke dalam meninggalkan Arsen yang sedang tersenyum tidak jelas membuat Rachel bergidik ngeri.
...
Rachel merebahkan dirinya di atas kasur, sambil memikirkan kejadian yang baru saja ia lalui. Pikiran nya teringat oleh Rachel tentang ia dengan spontan memeluk Arsen, membuat nya geli setengah mati.
'Kenapa harus meluk Arsen sih Chel!?' monolog Rachel sambil menggulingkan badannya yang terasa merinding karena geli.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCHOOL CHILDREN
Teen FictionFOLLOW SEBELUM BACA❗ Menceritakan tentang seorang gadis SMA yang bernama Rachel Asyila Djuarna yang mencintai seorang lelaki yang bernama Gio Alvaro Gerdapati, sikap manis yang Gio berikan kepada Rachel membuat antensinya meningkat bahwa ia pasti ak...