(7)

20 9 4
                                    

Rumah minimalis bertingkat satu bernuansa putih abu, disini lah Rachel dan kedua orang tua nya. Tempat dimana sang nenek dan kakeknya tinggal, lontaran Rachel yang membuat semua anggota keluarga nya menjadi ricuh, tawaan serta candaan yang menghiasi rumah minimalis ini.

"Berapa hari disini Chel?" Ujar sang nenek sambil mengusap surai panjang milik Rachel dengan lembut.

"Seminggu,"

"Sabtu pulang Chel" Ujar sang ayah membuat Rachel mengerutkan keningnya bingung.

"Katanya seminggu Yah?" Ujar Rachel "Gabisa Chel, Ayah hari minggu harus pergi ke luar Negeri" Jawab sang ayah membuat senyuman Rachel luntur seketika.

"Kapan-kapan Rachel bisa ke rumah nenek lagi ko, sayang" Ujar sang nenek sambil mengusap pelan punggung tangan kanan Rachel.

"Yaudah, ayah sama bunda pulang aja. Biar aku disini" Ujar Rachel membuat sang bunda menatapnya tak percaya "Kamu sekolah Rachel" Ujar sang bunda membuat Rachel menatap manik nenek nya "Gapapa sayang," Ujar sang nenek.

...

Hari berlalu begitu cepat, sekarang ia sudah kembali ke kamarnya yang bernuansa putih ini, helaan nafas pelan yang ia keluar kan dari mulutnya. Apapun yang terjadi dihari Senin atau bahkan di hari-hari selanjutnya semoga Rachel siap menerimanya dengan lapang dada, seharusnya ia senang kan? Kala melihat gelang yang bertengker manis di lengan Mauren.

Rachel memilih untuk pergi ke minimarket dekat rumahnya.

"Neng Rachel" Ujar satpam yang baru saja melihat Rachel ke luar dari rumahnya.

"Iya pak?"

"Ini ada titipan dari nak Gio"

"Buang aja Pak"

...

Rachel hanya butuh waktunya sendiri. Ia memilih berjalan kaki, angin yang menerpa membuat rambut panjang pirang itu berhamburan kesana-kemari. Sejuk rasanya.

Ia berjalan sambil memejamkan kedua matanya menandakan bahwa ia benar-benar sedang menikmati sejuknya angin malam.

Tin!

"AWAS!" 

Cit..

Rachel memekik kaget saat mendengar suara klakson serta teriakan yang menggelegar di indra pendengaran nya.

"Udah bosen hidup lo!?" Ujar lelaki yang baru saja turun dari motor sport nya.

Rachel menenggakkan kepalanya, melihat lelaki yang baru saja teriak kepadanya.

"Enak aja! Gue lagi merasakan semeriwing angin"

"Bodoamat!" Sarkas nya.

"Untung gue rem, kalo engga lo udah mati" Sambungnya sambil menatap manik hitam milik Rachel.

Rachel menatap nya sinis "Anak mana sih lo!? Ngomong nya sompral banget"

"Anak anakan,"

"Gajelas!"

"Pinjem hp lo" Ujar lelaki itu.

Rachel menatap nya tak percaya, "Gue bukan tukang colong" Sambungnya.

"Mana buruan, lama"

Rachel memberikan ponsel nya, lalu lelaki itu mengetikkan sesuatu disana.

Setelahnya ia berikan lagi ponsel itu kepada Rachel. "Nih, gue balik. Jangan lupa kabarin"

"Makin lama makin muncul orang-orang gajelas" Ujar Rachel menatap punggung lelaki itu yang sudah menjauh.

Rachel melanjutkan perjalanan nya menuju minimarket, sambil mengecek ponsel nya.

Saat melihat kontak, betapa terkejutnya ia kala melihat nama kontak yang berada di paling atas chat nya.

"WHAT THE FUCK!?"

"Dasar orang gila,"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dasar orang gila,"

...

Setelah dari minimarket tadi Rachel merebahkan dirinya diatas kasur sambil memainkan ponsel miliknya.

Tok. Tok. "Chel, ada Gio" Ujar diluar sana.

'Gio?' monolog nya.

Rachel membuka pintu kamarnya menampilkan sang bunda yang setia berdiri tepat depan pintu tersebut.

"Ada diluar. Disuruh masuk, gamau" Ujar nya lagi.

Rachel hanya mengangguk pasrah, lalu  berjalan keluar untuk menghampiri Gio.

'Ada apa-apa kayanya' monolog sang bunda. Melihat Rachel yang biasanya selalu excited saat ingin bertemu dengan Gio, banyak cerita yang ia sampaikan kepada sang bunda mengenai Gio. Tapi pada saat ini ia melihat Rachel yang tak excited saat bertemu Gio.

Disisi lain, Rachel berdehem pelan membuat Gio menengok ke arahnya. Gio tersenyum lebar seperti biasanya, sekarang Rachel membenci senyuman itu.

"Chel, gimana Band--"

"Langsung tudep aja, gue ngantuk" Ucapan memotong ucapan Gio.

"Maaf," Ujarnya lagi sambil menatap mata hitam pekat milih Rachel.

"Untuk?"

"Lo berubah, Chel"

SCHOOL CHILDRENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang