(28)

9 1 2
                                    

Seorang lelaki yang sedang sibuk dengan ponselnya siapa lagi jika bukan Arsenio, mencoba menelfon, mengirim pesan, namun tidak ada jawaban disana. Pikirannya menjadi tak karuan, perasaannya berkecamuk, sama seperti yang Rachel rasakan.

'Apa gue samperin ke rumahnya?' monolognya, namun ia menggelengkan kepalanya pelan "Udah malem, pasti Rachel udah tidur," Gumamnya pelan.

Ia memegang kepalanya yang terasa nyeri, mencoba memejamkan kedua matanya namun tidak bisa. Pikirannya saat ini hanya tertuju kepada Rachel, Arsen takut jika hubungan mereka berdua akan kembali renggang seperti dahulu, atau mungkin lebih renggang dari dahulu?

Ia pastikan setelah ini, kejadian yang seperti ini tidak akan ia ulangi.

'Ternyata gini rasanya keciduk sama kejadian yang ga pasti' monolognya sambil berusaha memejamkan kedua matanya yang sedari tidak mengantuk sama sekali.

Ia bangun kembali dari tidurnya, mengambil ponsel yang tergeletak di meja televisi kamarnya. Membuka semua pesan yang ia kirim kepada Rachel, tidak ada tanda-tanda dijawab yang Arsen lihat. "Positif aja Sen, Rachel udah tidur" Ujarnya kepada dirinya sendiri.

...

Tring.... Nyaring bunyi alarm membuat Rachel terpaksa harus membuka kedua matanya yang terasa masih sangat berat, berjalan ke kamar mandi dengan kedua mata yang masih setia menutup.

Melihat pantulan wajahnya dari cermin kamar mandi nya, membuat Rachel tersenyum simpul. Betapa menyedihkan nya penampilan nya saat ini, kedua matanya merah, kantung mata yang hitam, dan bengkak di sekitar kelopak matanya.

Kembali melihat ponsel yang masih tergeletak di wastafel kamar mandinya, membuat ia menatapnya dengan kedua mata yang kosong.

Kembali ke luar untuk mengambil dua sendok juga air dingin, untuk mengompres kedua matanya agar tidak terlalu terlihat jika ia habis menangis.

Tepat pada pukul 06.34

Rachel setia berdiri didepan pagar, untuk menunggu ojol yang baru saja ia pesan diponsel bundanya. Menunggu sambil memainkan jarinya dengan tatapan kosong.

Brum. Deru motor membuat Rachel ingin kembali masuk ke dalam rumahnya, sebisa mungkin ia menahan agar kepalanya tak menengok kepada seseorang yang baru saja datang ini.

"Chel," Ujarnya. Rachel hanya melirik nya sekilas lalu kembali menatap ke depan dengan sorot mata yang sulit diartikan.

Berjalan menghampiri Rachel "Chel," Ujarnya lagi sambil memegang pergelangan tangan kanan milik Rachel.

Rachel menepis pelan "Tangan lo abis pegang orang, jauh-jauh" Ujarnya tanpa menatap lawan bicara nya.

Tin! Suara klakson membuat mereka berdua tersentak kaget "Rachel ya?"

Rachel mengangguk, menerima helm yang bapak ojol itu berikan, lalu Rachel naik ke atas motor scoopy dengan hati-hati.

Melihat punggung mungil Rachel yang semakin menjauh membuat nya merasa bersalah, apalagi saat ia melihat kedua matanya yang sedikit bengkak membuat Arsen ingin memeluknya dengan sangat erat.

"Gabisa dibiarin, gue harus dapet maafnya Rachel" Ujarnya sambil menaiki motor sport nya, melajukan motor itu dengan kecepatan di atas rata-rata. Ia hanya ingin membuktikan kepada Rachel bahwa kejadian tersebut betul-betul salah, yang Rachel lihat difoto itu tidak sebetul kenyataan yang ada.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SCHOOL CHILDRENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang