moonlight | 01. Beacon Hill

127 11 0
                                        

Claire pernah berandai untuk menghabiskan waktu liburan dengan melakukan sebuah perjalanan menyenangkan. Merilekskan fisik serta pikiran dari tetek bengkek sekolah yang menumpuk. Melakukan perjalanan sendirian ke tempat di mana dia bisa bebas melakukan apa pun tanpa seorangpun mengenalinya. Rencana itu hanya tinggal dalam angan-angan selama bertahun-tahun. Berkat orang tuanya yang terlalu sibuk dengan segala urusan pekerjaan, nihil baginya untuk bisa merasakan waktu liburan menyenangkan sebab selalu tinggal di rumah. Party yang di adakan teman-temannya bisa menolong, tapi tidak bisa mengusir kebosanannya terhadap kota yang dia tinggali.

Sampai dua minggu lalu, Claire akhirnya mendapatkan kesempatan itu. Melakukan perjalanan yang diandaikannya, hanya saja tidak terasa menyenangkan sama sekali, sebab, kesempatan itu datang bersama tragedi.

Orang tuanya meninggal dalam sebuah kecelakan. Meninggalkan dirinya sendiri tanpa kerabat dekat. Tragis. Dia hanya seorang remaja 17 tahun. Usianya bahkan belum legal untuk bisa tinggal sendirian tanpa wali. Dia nyaris akan menghabiskan beberapa tahun masa mudanya di panti asuhan atau pusat yatim piatu lainnya, kalau saja dia tidak mengingat bahwa dirinya masih memiliki satu kerabat yang mungkin bisa diandalkan. Maka, Claire meninggalkan Virgina dengan duka, berharap bahwa perjalanannya berakhir tidak mengecewakan.

Beacon Hills, Claire menghabiskan waktu liburan musim panasnya untuk tiba di kota kecil itu. Maka dia seharusnya sudah tiba di rumah kerabatnya, sedang mencoba mengambil hati agar dia diizinkan tinggal. Tapi dalam perjalanan, terjadi kecelakaan kecil. Alih-alih menuju rumah kerabatnya, Claire justru berakhir di rumah sakit.

Rumah sakit Beacon Hills tampak sibuk karena ada lebih banyak pasien akibat kecelakaan. Cuaca pada malam itu memang tidak begitu bagus. Hujan diserati angin badai yang sanggup menumbangkan pohon. Perawat berlalu-lalang sepanjang lorong, menangani setiap pasien yang tiba dengan luka parah maupun ringan.

Claire memegangi lengannya yang terluka, menahan rasa sakit saat dia dibimbing oleh perawat menuju UGD untuk segera di obati.

"Sudah selesai," kata perawat begitu wanita itu selesai menangani luka dilengan Claire, lantas tersenyum ramah padanya. "Kukamu mungkin tidak parah, tapi berusahalah untuk tidak membuatnya menyentuh air sampai lukanya cukup kering,"

Claire mengangguk dan tersenyum kecil dengan tulus. "Terima kasih."

Si perawat membalasnya dengan senyum hangat keibuan. Sejenak, Claire terpaku karena dia kembali merasakan kerinduan yang mendalam pada orang tuanya.

Dia segera tersadar oleh keributan yang mengisi rumah sakit. Dia kemudian berbicara lagi dengan sedikit keraguan "emm...ngomong-ngomong, apakah aku boleh menanyakan sesuatu?"

Perawat itu mengangguk. "Tentu." Dia memperbaiki posisi duduknya, memandang Claire, menunggu pertanyaannya.

Claire meronggah saku jaketnya, mengambil secarik kertas. Dia siap melontarkan pertanyaannya, tapi sebuah panggilan panik yang datang dari seorang pria berseragam Sheriff mengambil alih perhatian perawat yang tengah bersama Claire.

Sheriff itu memapah seorang pria yang lebih muda, juga berseragam, seorang Deputy yang tampaknya terluka cukup parah.

"Melissa, aku butuh bantuanmu. Sekarang." Sheriff itu terengah-engah, memandang perawat yang bernama Melissa dengan tatapan serius.

Tanpa membuang waktu, Melissa langsung bangkit berdiri dan membantu Sheriff membawa Deputy yang terluka meninggalkan lorong UGD yang sibuk. Menuju ruangan yang lebih privasi, juga meninggalkan Claire yang hanya terduduk diam.

"Sepertinya lukanya cukup parah," gumam Claire, dia meringis, tidak bisa membayangkan rasa sakit yang diderita oleh Deputy itu.

Perhatiannya kemudian kembali pada secarik kertas ditangannya. Kertas yang berisi alamat tempat kerabatnya tinggal. Kerena ketidak tahuannya tentang Beacon Hills, Claire butuh bantuan untuk menemukan alamat yang ditujunya, tapi situasi rumah sakit yang tidak cukup kondusif membuatnya sulit untuk menarik orang untuk dimintai tolong. Dia hampir putus asa untuk melukai dirinya sendiri untuk menarik perawat lain yang bisa diajak ngobrol sementara lukanya ditangani. Tapi itu pemikiran bodoh.

Cuaca diluar juga masih tidak bagus. Hujan deras yang datang bersama badai membuat Claire dan banyak orang lagi terjebak di rumah sakit. Dia harus menunggu lebih lama untuk bisa melanjutkan rencananya.

"Bisa gawat kalau sampai hujan semalaman." Claire mendesah pelan, sembari memandang pintu dengan dengan ekspresi keruh.

Claire berdiri dari duduknya, hendak pergi ke meja resepsionis, merasa dapat kesempatan untuk bertanya pada seseorang yang sedang berdiri di sana. Tapi, dia ditabrak oleh seseorang yang berlari terburu-buru, menyenggoal Claire dengan agak keras dan membuatnya jatuh kebelakang dengan bokong yang lebih dulu mendarat ke lantai.

"Hei!" Claire menegur keras. Merasa sangat kesal. "Nasibku sudah cukup buruk hari ini."

"Oh astaga, maafkan aku. Aku terbu--"

"Walaupun begitu, tetap perhatikan sekitarmu!" Claire menyela dengan marah. Mood nya benar-benar tidak bagus seperti cuaca di luar sana.

Orang itu terdiam karena suara tinggi Claire yang memarahinya, tapi kemudian dia segera mengulurkan tangannya. "Biarku kubantu." Dia menarik Claire dari lantai, membantunya kembali berdiri tegap. "Apa kau baik-baik saja? maaf karena menabrak--"

"Pergi saja," Claire menyela lagi. Seperti mengusir. Tapi orang itu tampaknya tidak ambil pusing dan justru mengikuti perkataan Claire untuk segera pergi.

Claire mengawasinya saat orang itu keluar dari rumah sakit, berlari menerobos hujan dengan terburu-buru. Membuat Claire berpikir, hal mendesak apa yang menyebabkan orang itu bahkan sampai menerobos hujan badai.

"Siapa perduli." Claire menggelengkan kepalanya. Membuang pikiran tidak berguna dari kepalanya. Dia lantas melanjutkan ke meja resepsionis untuk bertanya. Tapi orang yang ditargetkannya sudah pergi, dan sekarang ada perawat lain yang berjaga. Claire memutuskan untuk mengajukan pertanyaan pada si perawat saja.

"Permisi."

"Ya? Ada yang bisa dibantu?"

Claire meletakan secarik kertas ke atas meja. "Apakah kau bisa memberitaku dimana tepatnya alamat ini?" Dia mendorong kertas itu lebih dekat pada si perawat dan siperawat mengambilnya, terlihat mengamati sejenak, sementara Claire menunggu dengan penuh harap.

Hanya beberapa menit sampai si perawat mengembalikan kertas itu pada Claire. Lantas memberitahunya "orang yang tinggal di alamat itu ada di sini" katanya. Claire mengangkat alis. Perawat itu kemudian menoleh ke arah lain "itu dia" menuding ke arah seseorang, membuat Claire turut melihat ke arah yang sama dan dia melihat perawat wanita yang menangani lukanya beberapa saat lalu.

"Melissa, anak ini Sepertinya mencari alamat rumahmu."

To Be Continued

A/n

Hai akhirnya ada kesempatan buat up chapter pertama. Tolong berikan vote dan komentarnya~

ᴍᴏᴏɴʟɪɢʜᴛ ➼ ᴛʜᴇᴏ ʀᴀᴇᴋᴇɴTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang