moonlight | 10. Rahasia Claire

16 3 1
                                    

Claire menjadi sangat-sangat gusar. Dia belum memberitahu siapa pun karena belum benar-benar mendapatkan kesempatan. Saat ini Scott sedang kesulitan oleh penyakit asma yang kembali kambuh. Liam mengatakan bahwa hal tersebut terjadi setelah Scott selesai membaca buku The Dread Doctors. Malia telah mengalami kondisi lain, begitu pula Stiles dan Lydia.

Penemuan Chimera lain, Josh membuat McCall Pack lebih sibuk. Belum lagi, tentang teka-teki siapa yang terus mencuri mayat-mayat Chimera. Semakin memperkecil peluang Claire untuk memberitahu mereka tentang apa yang sedang terjadi padanya.

Rasa frustasinya membuat Claire kembali berakhir di Klub. Dia menuangkan stressnya di sana dan kembali ke rumah setelah merasa lebih ringan. Saat hendak menuju kamarnya sendiri, Claire tidak sengaja melihat kamar Scott terbuka, tapi tidak ada seorang pun di sana. Matanya tertuju pada copy-an buku The Dread Doctors yang tergeletak di sudut tempat tidur Scott.

Mendekat dan meraih buku itu, Claire membuka halaman pertama dan mulai membacanya. Buku itu rupanya adalah sebuah novel, dengan karakter utama bernama Judy. Tanpa sadar, Claire membawa copy-an itu ke kamarnya sendiri.

Semakin lama Claire membaca kelanjutan kisah Judy, semakin Claire mengenali kesamaan situasi yang sedang terjadi saat ini. The Dread Doctor, Chimera dan orang-orang yang mati.

Tanpa sadar, Claire jatuh tertidur karena kelelahan membaca. Meski dia belum benar-benar selesai membaca seluruh isi cerita tersebut.

Ketika Claire terbangun, dia merasa sangat pusing dan agak linglung. Matahari belum terbit karena langit masih gelap. Claire lama menyadari situasinya sampai dia benar-benar mengamati sekitar dengan seksama. Sesaat kemudian setelah dia memeriksa dimana dia berada sekarang, Claire syhok mengetahui bahwa dia sedang berada di hutan. Entah bagaimana caranya, mungkin berjalan dalam tidur. Tapi yang lebih mengejutkan, dia tidak mengenakan sehelai benang pun. Benar-benar polos.

Dengan kepayahan, dia bisa merasakan tubuhnya sangat lelah, seolah-olah dia baru saja berolahraga mengelilingi hutan. Dengan sedikit usaha, Claire akhirnya bisa berdiri, lantas mulai berjalan untuk menemukan jalan pulang ke rumah, sembari mengawasi sekitar jika saja seseorang melihatnya dalam kondisinya saat ini.

Berantakan, kotor dan memalukan, tiga kata yang mendeskripsikan kondisi tubuh Claire saat ini.

Langit benar-benar masih gelap, dan tampaknya pagi masih akan lama datang. Itu mengartikan bahwa Claire hanya tidur satu sampai dua jam saja, dan sesuatu terjadi selama dia tidur, apa pun yang telah dia lakukan sehingga berakhir di hutan.

Claire tidak mengingat apa pun, jadi itu pasti berjalan dalam tidur. Dia terengah-engah, berjalan lebih lambat sekarang karena ototnya benar-benar ingin kram.

"Ahhh!" Claire bergema, jatuh kembali ke dedaunan dan kotoran. Matanya membelakak oleh suara yang memanggilnya, tepat sebelum dia menyentuh tanah dan berdiri lagi dalam sekejap. 

"Claire!"

Jantung Claire nyaris merosot jatuh karena panggilan itu. Dia menolehkan kepala, melihat ke balik bahunya. Kelegahan langsung memenuhinya saat yang dia temukan adalah Theo yang kelihatan panik.

Di bawah sinar bulan, Theo bisa melihatnya dengan panik.

Mata Claire berkaca-kaca. Hampir-hampir akan menangis. Theo dengan cekatan segera membuka jaketnya dan menyampirkannya dibahu Claire.

"Bagaimana kau tahu aku ada di sini?" Claire bertanya, menatap Theo penasaran.

"Aku hendak menemuimu, tapi sebelum aku benar-benar masuk ke dalam rumah, kau justru melompat dari jendela dan kemudian mulai berlari memasuki hutan. Karena Khawatir, aku mengikutimu."

Mendengar penjelas Theo, Claire menjadi agak gelisah ketika otaknya mulai memikrikan berbagai dugaan buruk. "Apa kau melihat apa yang mungkin terjadi padaku?"

Ekspresi wajah Theo berubah, kelihatan ragu-ragu memberitahunya. Tindakannya itu, justru mengundang lebih banyak kekhawatiran Claire. Menghembuskan napas panjang, Theo akhirnya memberitahunya, "aku melihatmu berubah, Claire...kau berubah menjadi harimau putih"

Sontak, mata Claire membelakak, tidak bisa menutupi keterkejutannya. "Harimau? Kau yakin?" Dalam pikiran Claire, dia mengira dia adalah Werewolf.

Theo segera mengangguk. Kemudian memberitahu Claire hal lain lagi. "Ada hal lain yang perlu kau khawatirkan, Ada kecelakaan..." Theo ragu-ragu melanjutkan kata-katanya, sembari menatap Claire tepat dimatanya. "Dan seseorang tewas."

Pertahanan Claire melemah dan dia nyaris jatuh ke tanah, tapi Theo segera menompangnya. Dengan gemeter, Claire bergumam sambil menatap tanah dengan tatapan kosong. "Tidak, apakah aku telah membunuh seseorang?" Claire merasa hatinya jatuh oleh rasa takut dan penyesalan. Dan kali ini, bukan hanya mata yang berkaca-kaca, tapi Claire meloloskan tangisan. "Itu tidak mungkin, aku tidak mungkin membunuh seseorang. Theo, kau percaya padaku, kan?" Gadis itu menggeleng, berusaha menyangkal. Dia menangis dan gemetar begitu hebat sehingga tidak heran dia mengalami begitu banyak masalah

Theo menangkup kedua pipi Claire. "Tentu saja. Itu karena kau berada dalam pengaruh Chimera. Mereka selalu agresif bukan. Seperti Tracy? Lucas?" Dia mengusap air mata Claire, lalu menarik gadis itu ke dalam pelukannya.

"Jangan beritahu siapa pun, Theo. Tentang kecelakaan atau pun aku sebagai Chimera." Suara bisikan Claire terdengar lirih dalam pelukan Theo. Dia masih bergetar ketakutan, sesekali isakan yang berhasil lolos, terdengar oleh indra tajam Theo.

Claire merasakan tangan Theo mengelus rambutnya pelan, kemudian dia mendengar laki-laki itu berbisik, "aku tidak akan memberitahu siapa pun. Jangan khawatir." Theo memberikan ciuman lama di puncuk rambut Claire, sebelum dia berbisik lagi, "tidak akan kubiarkan hal buruk apa pun terjadi padamu."

Claire semakin membenamkan kepalanya ke dada bidang Theo, mempererat pelukannya. Dia akhirnya berhenti, cegukan isak tangis keluar saat Claire mendongkak melihat ke arahnya.

"Ayo, kuantar kau pulang."

Setelah Claire benar-benar tenang, Theo mengantar gadis itu pulang. Menemani Claire di kamarnya sampai gadis itu benar-benar jatuh tertidur.

•••

"Ini jelas tanda cakaran," kata Sheriff Stilinski.

Scott mengangguk setuju, masih mengamati kap mobil yang terdapat tanda cakaran. Keningnya mengerut dalam, menyapukan tangannya ke permukaan tanda cakaran itu. "Tapi ini bukan cakaran Werewolf."

"Kau tahu mahluk apa yang menyebabkan tanda cakaran itu?" tanya Sheriff Stilinski, menatap dua anak remaja di hadapannya dengan kerutan di wajahnya.

Scott dan Stiles melemparkan tatapan satu sama lain. Sebelum Stiles menoleh ke arah Ayahnya, dan mengatakan, "tidak. Tapi kami akan mencaritahu."

To Be Continued

A/n

Tolong berikan komentar dan juga vote. Terima kasih~

ᴍᴏᴏɴʟɪɢʜᴛ ➼ ᴛʜᴇᴏ ʀᴀᴇᴋᴇɴTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang