moonlight | 09. Gigitan Ringan

38 6 2
                                        

Matanya terpejam, membiarkan wajahnya basah oleh tetes-tetes air yang mengalir dari atas kepalanya, turun membasahi seluruh tubuhnya. Sementara tangannya mengusap bagian-bagin tubuhnya, membersihkannya dari busa-busa sabun mandi.

Claire mematikan shower, menghentikan air membasahi tubuhnya lebih lama. Sejenak, Claire tertengun saat dia melihat sesuatu yang ganji. Pada lengannya yang putih bersih dimana seharusnya ada bekas jahitan luka disana, luka yang dia dapatkan ketika pertama kali Claire tiba di Beacon Hill.

Keningnya berkerut, merasa aneh. Sama sekali tidak ada bekas luka, bahkan goresan kecil, meski Claire telah menarik tangannya lebih dekat agar dia bisa melihat lebih jelas, dia tetap tidak menemukan apa pun. Luka itu menghilang, seolah-olah Claire tidak pernah mendapatkannya.

Meski merasa ganjil, Claire mengabaikannya. Berpikir, mungkin lukanya tidak separah yang dia pikirkan. Lagi pula, luka itu sudah berbulan-bulan yang lalu.

Claire bergegas menyelesaikan mandinya. Segera berpakaian dan keluar dari kamar untuk ikut sarapan bersama Scott dan Melissa, sebelum dia mendengar bunyi klakson mobil berasal dari depan rumah.

Bukan hanya perhatian Claire yang diambil alih, tapi juga Scott dan Melissa.

Penasaran, Melissa menatap Scott dan Claire bergantian, dengan alis terangkat bertanya. Mengira bahwa seseorang datang untuk salah satu anaknya. Melihat Scott menggeleng, tatapan Melissa sepenuhnya tertuju pada Claire.

"Itu mungkin Theo," kata Claire.

"Kau dan Theo..." dengan sengaja menggantung kata-katanya, Scott menatap Claire, menanti jawaban atas dugaannya.

Mengangguk sekali, senyum kecil menghiasi wajah Claire. Secara otomatis membenarkan dugaan Scott tanpa dia perlu mengungkapkannya dengan kata-kata.

"Siapa?" Tanya Melissa. "Theo yang kalian maksud, apa itu Theo Raeken?" Dia memastikan. Segera dijawab oleh Scott dengan anggukan singkat.

"Aku pergi duluan, sampai jumpa di sekolah, Scott!" pamit Claire, buru-buru pergi.

Melissa yang melihat sekilas wajah merona Claire hanya bisa tersenyum. Merasa senang atas kebahagiaan Claire, begitu pula Scott. Kelihatannya tidak keberatan bahwa Claire telah menjalin hubungan dengan Theo.

Sementara itu di luar, Claire langsung masuk ke dalam mobil Theo, menempati kursi samping kemudi. Dengan gerakan halus, mendaratkan ciuman di sebelah pipi Theo, lalu membisikan selamat pagi padanya.

Theo tersenyum dan membalasnya, mengucapkan, "selamat pagi." sebelum kemudian mulai mengemudikan mobilnya menuju sekolah.

"Apa yang akan kau lakukan hari ini?" Tanya Claire.

Theo melirik Claire dan menjawab ringan, "membantu Scott, mungkin."

"Kau terlalu berusaha keras," komentar Claire. Theo terkekeh.

Laki-laki itu balik bertanya, mengalihkan pandangan dari jalanan di depan, melirik Claire sekilas. "Bagaimana denganmu?"

Claire berpikir sejenak sebelum memberitahu Theo. "Tidak ada rencana apa pun setelah sekolah."

Melirik lagi, Theo meletakan tangannya dipunggung tangan Claire, memberikan elusan ringan. "Mungkin aku bisa datang nanti malam," katanya.

Claire memutar bola mata. "Berharap saja tidak ada masalah apa pun hari ini."

Mobil Theo berhenti di parkiran sekolah. Claire segera turun, dia mengatakan sesuatu pada Theo sebelum berlalu masuk ke dalam sekolah lebih dulu. "Cari aku di tempat biasa jika kau benar-benar datang malam ini."

Theo menatap kepergian Claire dengan seringgaian yang tersungging diwajahnya. Dia kemudian mengambil tasnya dari bangku belakang kemudi sebelum menyusul Claire masuk ke dalam sekolah.

Tempat biasa yang dimaksud Claire adalah klub. Gadis itu mengatakan dia selalu suka tempat yang ramai, dimana ada banyak orang mengelilinginya. Suara bisingnya pesta membuat kepalanya ringan dan dia akan mudah melupakan permasalahannya, berbanding terbalik jika dia hanya sendirian.

Theo mengira, Claire akan datang ke Klub lagi malam ini seperti yang dia katakan padanya tadi siang. Tapi Theo tidak menemukan gadis itu, ketidak hadiran Claire dipertegas oleh Hayden yang bekerja di sana, memberitahu Theo bahwa Claire sama sekali tidak datang. Jadi Theo pergi ke rumahnya, dimana dia akhirnya menemukan Claire.

"Aku mencarimu ke klub." Theo bersandar pada bingkai pintu di sampingnya menggunakan bahu. Bersedekap dada mengawasi Claire yang tengah duduk sambil menyandarkan punggung pada kepala ranjang, kaki putih bersihnya dibiarkan selonjoran. Gadis itu sedang membaca buku. Buku sekolah. Sama sekali tidak terduga.

Tanpa sedikitpun melepaskan pandangan dari buku yang tengah dibacanya, Claire menyahut, "aku berniat pergi, tapi tiba-tiba ingat aku punya tugas bacaan..." Dia berhenti ditengah kalimat saat dia merasakan seseorang baru saja duduk di tepi ranjangnya, tepat di ujung kakinya. Claire mengintip dari balik bukunya, dia melihat Theo tersenyum.

Menyipitkan matanya, Claire menuding "apa kau berpikir aku akan mengabaikan tugas ku dan meladenimu?"

"Terbakanku. Ya."

Claire merotasikan bola mata. Dia menutup bukunya dan meletakannya ke atas nakas. Senyum Theo melebar dan dia segera mendorong Claire untuk berbaring, sementara Theo memposisikan tubuhnya di atas Claire dan mulai memberinya ciuman.

Tidak ada siapa pun di rumah. Melissa memiliki sif malam di Rumah Sakit, sementara Scott mungkin sedang melakukan apa pun itu terkait masalah tentang The Dread Doctors dan Chimera.

Ciuman Theo semakin dalam dan keras. Ketika dia turun untuk mencium pangkal leher Claire, gadis itu segera mengeluh karena merasakan sesuatu yang tajam baru saja menusuk lehernya. Claire menghentikan Theo, menjadi kesal saat melihat mata laki-laki itu bercahaya kuning sesaat.

"Kau berniat menjadikanku Werewolf?"

"Maaf, aku terlalu terbawa suasana," kata Theo, menampilkan ekspresi menyesal.

Claire berdecak jengkel. "Singkirkan taringmu." Dia segera pergi ke kamar mandi dan melihat kondisi lehernya. Claire menemukan tanda gigitan Theo, Claire akan mulai protes kalau saja dia tidak melihat lebih lama ke cermin, dimana dia menyaksikan langsung tanda gigitan itu perlahan-lahan sembuh sampai tidak meninggalkan sedikitpun bekas.

"Kau baik-baik saja?" Pertanyaan Theo mengejutkan Claire, membuatnya segera berbalik, masih menutupi bagian pangkal lehernya yang di gigit Theo. "Aku tidak melukaimu kan?" Theo bertanya, terlihat sangat menyesal.

Claire mengejrap. "Tdak," sangkalnya, menurunkan tangannya sehingga Theo dapat melihat bahwa tidak lecet di leher Claire. "Ini baik-baik saja." Claire meyakinkan.

Embusan napas legah Theo terdengar, Claire masih tersenyum, hampir seperti dibuat-buat.

"Theo, maaf. Tapi aku harus mengerjakan tugas. Jadi, sampai jumpa besok?"

Seolah-olah kecewa, Theo mengangguk pasrah. Dia memberikan ciuman singkat di dahi Claire dan segera pamit pulang.

Kini, satu-satunya yang berada di kamarnya hanyalah Claire sendiri. Dia berbalik untuk melihat cermin lagi, memastikan bekas gigitan itu. "Bagaimana..." Claire hampir tidak bisa berkata-kata. Keterkejutannya berubah menjadi gusar, sementara wajahnya perlahan-lahan memucat. "Tidak mungkin...apa aku adalah salah satu Chimera?"

To Be Continued

ᴍᴏᴏɴʟɪɢʜᴛ ➼ ᴛʜᴇᴏ ʀᴀᴇᴋᴇɴTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang