moonlight | 02. Claire Chavez

24 7 0
                                    

"Seharusnya aku tahu. Kau mirip ibumu." Melissa menoleh padanya setelah dia mengambil kunci rumah dari dalam sakunya. Claire membalasnya dengan senyum kecil. Melissa kemudian mempersilahkannya masuk ke dalam rumahnya.

Setelah mengetahui bahwa perawat yang membantu mengobati lukanya ternyata adalah kerabat yang dicarinya, Claire merasa benar-benar legah saat itu juga. Kesannya terhadap Melissa sangat baik dan wanita tersebut juga memperlakukannya dengan hangat.

Mereka duduk di meja makan. Setelah Melissa mengambilkan segelas air untuknya dan Claire mulai merasa lebih nyaman, barulah Melissa mengajaknya bicara.

"Sudah lama aku tidak bertemu Laura. Bagaimana kabarnya?" tanya Melissa, dia menunggu tanggap Claire, tapi yang didapatinya justru gadis itu tiba-tiba murung. Dan dia akhirnya tau apa penyebabnya saat Claire memberitahunya.

"Aku tidak tahu bagaimana keadaan disana. Tapi kuharap itu tempat yang baik dan mereka akan baik-baik saja...aku--"

Melissa yang paham, segera meraih tangan Claire di atas meja, mengenggamnya dalam kehangatan, berusaha membuatnya nyaman. "Aku turut berduka. Claire. Maaf karena aku tidak tahu sama sekali."

Claire menggeleng, berusaha mengulas senyum lagi. Dia memandang Melissa. "Tidak apa-apa. Wanita yang membantuku mengontak orang-orang memberitahu bahwa nomormu yang disimpan Mum sudah tidak aktif lagi. Aku mengerti."

Melissa mengulum bibirnya, merasa sangat prihatin. Claire masih sangat muda untuk kehilangan kedua orang tuanya. Sangat menyedihkan.

Claire kemudian menceritakan tentang kecelakaan, dan bagaimana dia hampir dikirim ke panti asuhan serta perjalanannya hingga dia tiba di Beacon Hills untuk menemui Melissa. Sementara Melissa mendengarkan dengan khidmat, sesekali menguatkan Claire saat dia hampir menangis saat membicarakan tentang orang tuanya.

"Aku bukan hanya datang berkunjung, aku berharap juga bisa tinggal..." Claire ragu-ragu, dia ikut membalas kenggaman tangan hangat Melissa dan memberikan tatapan nyaris putus asa. "Melissa, bisakah aku tinggal?"

Hati Melissa bergetar saat dia melihat keputus asaan dari sorot mata Claire yang memohon, dan karenannya dia tidak bisa menolaknya. Jadi, dia tersenyum, mengangkat satu tangannya untuk membelai wajah gadis di hadapannya dengan sayang. "Tentu. Tentu kau bisa tinggal. Sampai kapanpun yang kau mau. Ini rumahmu sekarang, Claire."

Air mata Claire liruh saat itu juga, dia merasa haru karena senang, dan berterima kasih bahwa Melissa menerimanya dengan hati yang begitu lapang.

•••

"Claire Chavez. Aku dan ibunya, Laura sepupu. Orang tua kami kaka beradik." Melissa mengitari meja, berjalan menuju kulkas dan mengambil bahan makanan dari dalam sana. Masih bercerita. "Mereka tinggal di California selama beberapa tahun sebelum pindah ke Virgina. Aku mulai jarang mengontak Laura sejak dia pindah, dan sepertinya benar-benar putus kontak saat aku mengganti nomor telfonku hampir sepuluh tahun lalu."

"Karena itu, Mum baru mengetahui bahwa orang tuanya meninggal tadi malam?" tanggap Scott. Anak laki-laki itu duduk di salah satu kuris di meja makan, baru saja menyelesaikan sarapannya.

Melissa mengangguk. "Dia akan tinggal dengan kita sekarang, Scott. Kuharap kau juga akan menjaganya." Melissa memberikan tatapan pengertian.

"Tentu saja, Mum," tanggap Scott, sama sekali tidak keberatan. "Lagi pula, bukan hal buruk memiliki seorang adik."

Melissa tersenyum, senang bahwa Scott memahaminya dan mau membantunya menjaga Claire.

"Mum bilang dia berusia 16 tahun bukan?"

"Yah, sekarang. Tapi dia 17 tahun ini. Ulang tahunnya sekitar bulan akhir. Dia akan berada di tahun kedua" Melissa memberitahu.

"Dia seumuran dengan Liam," kata Scott sembari memandang ke arah tangga. Seseorang yang sejak tadi mereka bicarakan baru saja turun dan tampaknya telah bersiap untuk memulai sekolah setelah liburan musim panas yang melelahkan dalam perjalanan.

"Selamat pagi," sapa Claire pada Melissa. Perhatiannya kemudian beralih pada Scott dan dia memberikan senyum kecil sebagai sapaan padanya.

"Selamat pagi juga, Claire," balas Melissa. "Apakah tidurmu nyenyak?"

Claire mengangguk. "Perjalanan jauh pasti membuatku sangat kelelahan. Tidak butuh waktu lama untuk jatuh terlelap."

"Itu bagus." Melissa memberinya senyum hangat keibuan yang Claire sukai. Itu membuatnya merasa nyaman seperti dia benar-benar di rumahnya sendiri.

"Kemarilah, aku membuatkan sandwich untuk sarapan," ajak Melissa.

Claire mengambil tempat duduk di samping Scott. Dia mengatakan terimakasih saat Melissa meletakan sepiring kecil sandwich di hadapannya.

"Jadi, Scott." Claire melirik Scott yang menoleh padanya, lelaki itu mengangkat alis tanya. Claire melanjutkan perkataanya, "aku sudah mengatakan pada Melissa dan dia mengizinkanku tinggal. Tapi aku merasa harus bertanya padamu juga, aku perlu tahu kalau saja keberadaanku membuat tidak nyaman. Kau bisa katakan padaku jika--"

"Tidak apa-apa, Claire." Scott menanggapi dengan suara tenang, senyum kecil terpatri di wajahnya. "Aku setuju dengan Mum. Kau bisa tinggal di sini, dan aku sama sekali tidak keberatan. Lagi pula, Mum sepertinya sangat senang memiliki anak perempuan." Scott mengerling ke Ibunya, yang dibalas Melissa dengan senyuman setuju.

"Buatlah dirimu nyaman, Claire," kata Melissa.

Senyum Claire melebar bahagia. Dia akhirnya meluruhkan kekhawatirannya dan benar-benar merasa diterima sepenuhnya. Dia merasa tidak perlu khawatir lagi tentang dimana dia harus pulang, karena Melissa dan Scott telah menganggapnya sebagai bagian dari keluarga mereka sekarang.

"Jadi? Bersiap untuk memulai sekolah sekarang?"

Claire yang baru saja menyelesaikan sarapannya mengangguk. Merasa sangat antusias.

"Scott," panggil Melissa, menghentikan pergerakan sang anak yang baru saja beranjak dari tempat duduk. "Bisakah kau menemani Claire untuk mengurus kepindahannya di sekolahmu?" tanya Melissa, tapi kemudian teringat sesuatu saat Scott memberikan kode bahwa dia tidak bisa karena dia harus mampir ke klink hewan Daeton untuk mengurus hal yang berkaitan mengenai kejadian semalam. Melissa yang paham segera memberikan respon cepat, "oh benar. Maaf. Kau perlu mampir ke klinik pagi ini bukan?"

Claire memandang interaksi Ibu-Anak itu dengan alis berkerut bingung. Merasa ada sesuatu tapi sungkan untuk bertanya.

"Scott bekerja di klinik hewan," kata Melissa, memberitahu Claire.

Claire mengangguk-angguk paham. Dia kemudian melihat Melissa yang melihat jam ditangannya dan tampak agak gelisah mengenai sesuatu, paham bahwa Melissa tengah bimbang antara menemani Claire ke sekolah atau segera pergi ke rumah sakit.

"Tidak apa-apa Melissa, aku bisa sendiri. Hanya memasukan berkas, tidak rumit," kata Calaire, berharap Melissa tidak lagi khawatir.

"Benarkah?"

Claire mengangguk meyakinkan.

Melissa menghela napas berat. "Baiklah kalau begitu. Tapi, aku akan mengantarmu, hanya sampai depan sekolah. Ayo."

Mereka pun pergi meninggalkan rumah. Claire pergi dengan Melissa menuju sekolah, sementara Scott menempuh jalan lain menuju klinik hewan.

To Be Continued

ᴍᴏᴏɴʟɪɢʜᴛ ➼ ᴛʜᴇᴏ ʀᴀᴇᴋᴇɴTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang