Dua - Confession

14 7 2
                                    

Esok hari telah tiba, kicauan burung yang merdu terdengar di halaman rumah Kale, dirinya sedang menalikan sepatu hitamnya. Sesaat setelah selesai mengikat tali sepatu, ayahnya datang dengan pakaian rapi juga.

"Sudah siap?" tanya ayahnya.

"Sudah Yah!"

'Ting' sebuah notifikasi ponsel terdengar dari HP Kale, dilihatnya siapa yang memberinya pesan di pagi hari.

"Hi Kale,gue Angkasa, inget gue kan? Gue harap begitu. Oh ya boleh minta waktunya sebentar nanti jam istirahat? Kalau bisa temuin gue di aula sekolah ya, have a nice day!"

Begitulah isi pesan yang Kale terima dari nomor yang tidak dirinya simpan tapi seseorang itu mengaku sebagai Angksa. Ia berencana membalasnya nanti, pikirnya minta persetujuan dari sahabatnya dulu.

Tak lama dari itu Kaleandra langsung menduduki dirinya di kursi penumpang sebelah ayahnya. Mobil ayahnya melaju meninggalkan area rumah.

***

"Zeni liat deh, tiba-tiba ada yang chat gue, ngakunya sih Kak Angkasa, lo tau nomer dia kan. Bener dia bukan?" tanya Kale yang baru saja sampai di kelas, ia menunjukkan pesan ia dapat tadi pagi.

"Ah iya, sorry Kal, itu kak Angkasa, tadi malem dia minta nomer lo. Maaf karena ga bilang lo dulu," Zeni merasa bersalah karena tanpa izin memberi nomer Kale pada orang lain.

"Gapapa, lain kali jangan gitu. Ini gue harus temuin dia ngga nanti di aula?"

"Temuin aja dulu, siapa tau penting."

Percakapan singkat itu tak berlangsung lama, keduanya kemudian membuka buku bahasa Inggris untuk dipelajari dikarenakan ada ulangan harian dadakan.

***

Usai dari ruang BK untuk mengembalikan formulir yang telah diisi, Kale langsung bergegas menuju aula untuk menemui Angkasa ­– mantan ketua osis tahun lalu – dikarenakan kakak kelasnya itu sudah menunggu dari 10 menit yang lalu.

Dilihatnya laki-laki yang sedang duduk di antara kursi baris kedua, ia mendekati pria itu sembari terengah-engah.

"Kak Angkasa?" panggilnya.

"Eh Kale, duduk dulu, ini gue bawa minum. Lari-lari ya lo?"

"Hehe, iya kak makasih. Oh iya ada perlu apa ya?" tanya Kale to the point setelah mendudukan dirinya di samping Angkasa dan mulai meminum pemberian mantan ketua osis tersebut.

"Kale, gue suka lo," ucap Angkasa membuat Kale tersedak, dengan cepat Angkasa menepuk punggung Kale pelan.

"Maaf-maaf, pelan-pelan Kale minumnya,"

"Kak, serius?" Tanya Kale setelah dirinya jauh lebih baik. Dia terkejut, pasalnya baru pertama kali ada yang mengungkapkan perasaan padanya secara langsung seperti ini. Memang banyak orang yang kagum bahkan suka dengannya, tapi tidak ada yang seberani Angkasa.

Angkasa mengangguk membuat Kale menggeser duduknya menjadi berhadapan dengan pria terssebut, "Kak, maaf gue ga bisa bales perasaan lo,"

"That's ok, tapi izinin gue buat perjuangin ya?" Angkasa menatap netra Kale tulus.

"I like someone else Kak, gue tak-"

"Gapapa Kale, izinin gue berjuang sampe gue capek, syukur-syukur sampe lo jadi milik gue, ya?"

"Ok then." Final Kale.

Angkasa Deandra, mantan ketua osis tahun lalu, bisa dibilang dia teman dari sahabat Kale, Zeni. Karena tahun lalu Zeni termasuk ke dalam kepengurusan osis, kemudian di tahun selanjutnya dia tidak melanjutkannya karena fokus untuk hobinya, yaitu bulu tangkis. Sebenarnya Kale juga sudah mengenal laki-laki ini dari lama, karena kedekatan Angkasa dan Zeni juga yang membuat mereka saling kenal.

"Ayo gue anterin ke kelas, btw jangan lupa simpan nomer gue,"

"Iya Kak,"

Kale bangkit dari duduknya diikuti oleh Angkasa, mereka mulai berjalan ke arah kelas sambil sesekali mengobrol.

"Kak Angkasa ko' bisa suka gue? Alasannya apa?" Angkasa menatap wajah Kale sekilas lalu ia kembali fokus pada langkahnya.

"Karena itu lo, Kaleandra Nayanika, hehe. Gatau juga si, awalnya mungkin gue kagum sama kepintaran lo, tapi lambat-laun ngeliat sifat lo yang aktif, ceria bikin gue suka," jelasnya sembari menatap Kale dengan senyuman yang bisa dibilang tampan.

"Aaa gitu ya, maaf ya Kak, gue ga bisa bales perasaan lo,"

"Gak apa-apa Kale." Obrolan singkat itu berakhir di sini, mereka kembali fokus pada jalan menuju kelas Kale.

Usai sampai di depan kelas Kale, yang mana masih belum ramai anak kelas karena jam istirahat masih cukup lama, Kale berterimakasih kembali pada kakak kelasnya yang sudah mengantarnya.

"Makasih ya Kak,"

"Iya sama-sama, oh iya nih dimakan, jam istirahat lo gue ganggu maaf ya,"

"Eh gak apa-apa, gue bawa bekel ko',"

"Gak apa-apa, diterima aja," Angkasa menarik tangan Kale pelan, kemudian memberi kantung plastik yang berisikan roti dan susu coklat.

"Yaudah gue balik dulu ya!" lanjut Angkasa sembari mengusap rambut Kale.

"Iya hati-hati ya Kak! Makasih rotinya," Kale tersenyum hingga akhirnya Angkasa hilang dari pandangannya. Ia mengusap kepala yang tadi Angkasa sentuh, sebagai orang yang belum pernah mengenal cinta ia sudah pasti akan salah tingkah diperlakukan seperti itu. Dasar Kale tidak punya pendirian.

"Cailah! Senyum-senyum sendiri tuh, kenapa nih?" Zeni menyenggol bahu Kale pelan, yang disenggol hanya melirik tak suka, lalu langsung melanggang pergi menuju tempat duduknya.

Ia membuka kotak bekalnya yang belum ia sentuh, kemudian mulai memakanya perlahan. Ia berencana untuk memakan pemberian Angkasa di istirahat ke dua nanti.

***

Hai, akhirnya bisa up buat chapter tiga. Hehe maaf ya masih sedikit dulu, aku belum nemu waktu yang pas buat kasih yang lebih panjang.

okay, see you on next chapter. Jangan lupa tekan bintangnya sebagai bentuk support kalian, terimakasih!

Bekasi, 7 Mei 2024

KaleandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang