Tiga Belas - Meet at Perpusnas

7 5 0
                                    

Byan memasuki rumahnya setelah memarkirkan sepeda motor miliknya di tempat yang biasa ia gunakan. Ia melangkahkan kakinya sembari membawa paperbag berisi soto mie dan baju basah miliknya. Dilihatnya di ruang tamu ada seorang pria dengan ponsel di tangannya, matanya masih fokus menatap layar datar tersebut. Byan melewatinya, pria tersebut menatap dirinya dengan tatapan mengintimidasi.

"Dari mana aja kamu? Jam segini baru pulang?" katanya mematikan layar ponselnya.

Byan berhenti, dan menatap pria itu dengan sedikit rasa tak suka, "urusannya sama Ayah apa? Haha tumben banget Ayah peduli gini," balasnya yang kemudian melanjutkan langkahnya menuju kamarnya.

"Hei yang sopan kamu kalau ngomong sama orang tua!" sang ayah berteriak. Namun Byan tidak memerdulikan ucapan Ayahnya.

Usai menaruh pakaian kotornya, ia menuju ke dapur untuk menemui ibun dan memindahkan soto mie buatan bunda Kale.

"Ibun, belum masak kan? Byan dibawain soto mie tadi. Habis anterin temen yang kehujanan juga tadi, terus disuruh bawa soto mie sama bundanya." Jelasnya sembari memberi paperbag di tangannnya.

Ibun menerimanya, kemudian memindahkan soto mie itu ke mangkuk, "Ibun baru mau masak, sampein makasih ya Byan. Nanti kapan-kapan bawain juga buat temenmu itu ya, eh tapi beneran temen kan?"

Byan sedikit salah tingkah dengan pertanyaan ibun, "Yaiya lah Bun, emang maunya siapa?"

"Barangkali pacar," celetuk sang ibun. "Hah, mana ada. Byan gak punya pacar Bun, udah ah bahas yang lain aja," Ibun tersenyum, tangannya mengusap lembut bahu sang anak, "panggilin ayah kamu gih, suruh makan,"

"Aduh kayaknya Byan lupa sesuatu deh, bentar Bun ada tugas yang belum Byan kerjain. Ibun makan duluan aja ya!" alibi laki-laki itu yang mencoba menghindar dari ayahnya. Sementara Ibun hanya menatap anak semata wayangnya sembari menghela napas pelan.

Byan melenggang pergi kembali ke kamarnya, dia memilih untuk tidur dan tidak benar-benar mengerjakan tugas, hanya saja dia malas untuk bertemu ayahnya. Hubungan keduanya tidak baik semenjak Byan memasuki bangku SMA.

***

Di sebuah ruangan yang memiliki ribuan buku di dalamnya. Di ruangan itu juga ada peraturan untuk dilarang berisik. Di ujung bangku ada seorang wanita yang tengah fokus pada buku-bukunya. Dia Kaleandra, sedang belajar di perpusnas untuk olimpiadenya nanti.

Di hari libur yang seharusnya ia pakai untuk santai kali ia gunakan waktunya sebagai latihan olimpiadenya. Di olimpiade kali ini ia sangat bersungguh-sungguh, tidak ingin mengecewakan siapapun.

Di tengah kefokusannya, ponsel Kale bergetar. Diliriknya sekilas benda pipih tersebut, terpampang nama Byan di sana, fokusnya teralihkan. Tangannya menyentuh ponsel pintarnya dan membuka pesan dari laki-laki yang ia suka.

Byan

"Kale sorry, gue mau balikin baju abang lo, kira-kira lo ada di rumah gak?"

"Halo Byan! Maaf banget nih karena gue gak lagi di rumah, gue lagi di perpusnas. Sorean aja gimana?"

"Gue nyusul ke sana aja gimana?"

"Gimana Byan? Byan nanti ke sini?"

"Iya, kira-kira ganggu lo gak?"

"Oh nggak kok, ke sini aja gapapa,"

"Ok gue ke sana Kal,"

"Hati-hati Byan!"

Usai membalas pesan dari crush-nya ia kembali melanjutkan edisi belajarnya. Moodnya semakin membaik setelah membalas beberapa pesan itu.

Sekitar 30 menit berlalu, Kale kembali mendapatkan pesan dari Byan yang katanya dia sudah sampai. Dengan segera Kale memberikan detail dimana dirinya berada.

Kale berdiri seraya melambaikan tangannya setelah melihat pemuda dengan menggunakan kaos hitam dan celana jeans panjangnya. Di mata Kale ketampanan pria itu bertambah ketika mengenakan pakaian dengan gaya yang seperti ini.

"Lo sendirian?" tanya Byan saat dirinya sudah berada di dekat Kale. Wanita dengan rambut diikat cepolnya itu mengangguk seraya menarik kursi untuk Byan duduki.

"Thanks, oh iya ini baju abang lo, sampein makasih juga ya?" Byan memberikan paperbag yang berisi baju abang Kale.

"Iya, sama-sama Byan. Nanti gue sampein," Kale tersenyum sangat manis, tidak ada dalam pikirannya Byan akan menemuinya di luar sekolah seperti ini.

"Gue boleh ikut di sini kan? Gue bingung juga mau ngapain makanya nemuin lo," dang! Pipi Kale bersemu merah, walaupun Byan menemui dirinya karena bisa dibilang bosen, itu berarti Kale sudah menjadi pilihan bagi Byan, tinggal bagaimana Kale lebih berusaha lagi sampai Byan benar-benar perasaanya sama seperti Kale.

"Ah? Oh iya boleh dong, tapi gue tinggal belajar bentar ya, bentar lagi beres ko',"

"Iya santai aja Kal." Percakapan itu berhenti. Kale yang fokus dengan bukunya sementara Byan sesekali melihat ponselnya tidak jarang juga dia memandangi sekilas gadis di sampingnya.

Tak lama dari itu, kale menyelesaikan proses belajarnya, "Byan habis dari sini ada rencana mau kemana gak?" Byan menggeleng, "uhm, Byan naik motor ke sini?"

"Iya, kenapa?"

"Mau anterin gue gak?"

"Boleh, kemana?"

"Eum nanti gue kasih tau sekalian pas jalan aja, mau sekarang? Gue udah beres ni,"

"Boleh ayo."

Mereka beranjak dari area perpusnas dan mulai melanjutkan perjalanannya menuju ke tempat yang Kale mau. Entah mengapa tidak ada penolakan dari Byan. Byan yang kemarin sedingin es sekarang perlahan menghangat. 

***

Bekasi, 18 Mei 2024

KaleandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang