Sembilan - Another Day with Kak Angkasa

10 5 2
                                    

Hari pertandingan bulutangkis dimulai.Sementara itu, beberapa hari yang lalu, Kale pun masih gencar untuk mendekati Byan, dia sesekali memberi laki-laki itu pesan singkat, tapi hanya beberapa saja yang Byan balas. Kembali pada Zeni yang mengikuti lomba dengan kategori ganda campuran. Pasangan dia adalah Jeano, mereka satu club bulutangkis.

Di bangku penonton, sudah ada Kale, Arash dan Angkasa yang ikut mendukung Zeni. Posisinya Angkasa berada di tengah di antara Kale dan Arash.

"Kal, nih susu buat lo, diminum ya! Gak boleh nolak," ucapnya memberikan sekotak susu yang kemudian mengusap rambut lurus Kale.

"Eh! Iya kak, terima kasih."
Arash yang melihat interaksi keduanya, memasang ekspresi wajah anehnya.

"Tenang, buat lo juga ada, nih!" Angkasa memberikannya juga pada Arash. Arash tersenyum seraya mengucapkan terima kasih.

Pertandingan dimulai, Zeni dan Jeano sudah sangat siap. Pasalnya latihan mereka juga sangat kuat. Mereka yakin, bahwa kali ini akan membawakan kemenangan.

Tim mereka sangat unggul, gerakan cekatan dari Jeano dan mata tajam Zeni membuat poin mereka lebih unggul dari tim lawan. Di bangku penonton juga sangat begitu semangat mendukung keduanya. Apalagi para sahabat Zeni, yang dengan meriahnya meneriakkan nama atlet wanita itu.

"Go Zeni! Go Zeni! Go!" yel-yelnya dengan penuh semangat.

Angkasa tersenyum manis melihat Kale yang meneriaki Zeni dengan keras. Tanpa mau kehilangan momen, dia mengambil gambar Kale yang berada di sampingnya. Sontak hal itu membuat atensi Kale berpindah padanya.

"Gue simpen foto ini, boleh?" izinnya terlebih dahulu.

"Iya Kak gak papa, asal gak aneh-aneh aja," candanya yang memang memiliki maksud serius.

***

Pertandingan masih berlanjut. Namun keadaan hati Kale sebenarnya tidak baik-baik saja. Ia masih merasakan sedih karena Byan.
Sesekali ia mengecek ponselnya, berharap pesannya telah dibalas oleh pemuda yang membuat dirinya sangat galau.

Angkasa yang melihat perubahan Kale, dia ikut khawatir.

"Hei, what's wrong?"

Kale menggeleng dengan cepat, menutupi kesedihannya, "gak ada Kak, gue gak kenapa-kenapa." ucapnya meyakinkan laki-laki di sampingnya.

Kembali fokus dengan pertandingan, ke dua babak sudah Zeni dan Jeano selesaikan dengan mencetak poin lebih tinggi dari lawannya. Itu berarti, mereka membawakan kemenangan untuk pertandingan tersebut.

Kale, Angkasa dan juga Arash mengucapkan selamat kepada kedua atlet yang terlihat sudah lelah. Usai berbincang dengan pelatih dan sesi pemberian medali juga foto-foto, mereka mengobrol di dekat ruangan atletnya.

"Selamat ya Zeniiii, u're the best! I'm so proud of you! Lo juga Jean, lo keren banget. Selamat kalian!" Kale mengucapkan selamat kepada keduanya seraya bertepuk tangan, ia berlagak seperti sudah mengenal Jeano lama. Namun itulah Kale, yang cepat akrab dengan siapapun.

Perbincangan itu berakhir dengan Kale yang akhirnya pulang bersama Angkasa. Zeni dengan Jeano, dan Arash membawa sendiri motornya.
Sebenarnya Kale sudah menolak, tapi karena bujukan Angkasa, ia memilih untuk mengikutinya. Angkasa sudah meminta izin kepada Kale, bahwa ia akan mengajaknya makan sebagai ganti traktiran Kale, kala itu.

***

Sesampainya di tempat makan, lebih tepatnya Angkasa mengajak Kale ke tempat mie ayam kesukaannya.

"Gak apa-apa kan gue ajak ke sini?" tanya Angkasa terlebih dahulu, takut Kale tidak menyukainya.

"Gak apa-apa Kak, gue suka semua makanan. Haha," Kale melepas helm-nya dengan dibantu Angkasa.
Mereka duduk sebelahan usai memesan pada penjual mie ayam tersebut. 2 gelas es teh manis, dan 2 mangkok mie ayam, sudah terhidang di hadapan keduanya. Tanpa basa-basi mereka memilih untuk makan dahulu.

Tak lama dari itu, kegiatan makan mereka selesai. Angkasa yang melihat bekas saus di bibir Kale langsung mengambil tisu dan mengusapnya perlahan.

Kale yang diperlakukan seperti itu, merasa terkejut, di lain sisi ada Byan yang melihat kegiatan mereka berdua. Dia berencana untuk membeli mie ayam juga. Namun urung karena melihat dua orang yang dalam pandangannya sedang bermesraan.

***

"Kenapa balik lagi? Gak jadi beli?" Ibun bertanya pada anak satu-satunya yang datang dengan tangan kosong.

"Gak jadi Bun, tutup mang Asep-nya. Gak usah beli mie ayam lagi deh, nanti Byan beli lewat online aja." Byan memasang muka sedikit tidak suka.

Ibun yang mendengar penjelasan Byan hanya mengangguk dan kembali melakukan pekerjaannya yang sedikit tertunda. Sementara Byan, kembali memasuki kamarnya.

"Cih, sebenernya lo suka gue gak sih? Malah tiba-tiba berduaan sama mantan ketos," ucapnya sembari menutup pintu sedikit kasar.

Matanya membulat, tangannya menggaruk kepala yang tidak gatal, ia menyadari sesuatu, "kenapa gue jadi mikirin dia, aneh." monolognya lagi.

Lalu ia mulai membuka ponsel pintarnya untuk memesan makanan yang akan ia makan bersama Ibun tercinta.

***

Bekasi, 14 Mei 2024

KaleandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang