Dua Puluh Empat - Minggu Pagi

3 1 0
                                    

Satu bulan berlalu, usai menyelesaikan ujian akhir semester, seluruh warga sekolah Prestasi Gemilang akhirnya diadakan libur akhir semester. Selama itu Byan dan Kale sudah melewati cukup banyak hal, keduanya sudah semakin dekat, mungkin lebih dari sekedar teman.

Di hari Minggu pagi ini, Kale dan Byan sudah merencanakan untuk pergi joging pagi di stadion gbk. Setelahnya mereka akan mencoba jajanan yang ada di car free day dekat sana.

"Semangat Kale!" ucap Byan yang melihat Kale di belakangnya berusaha untuk berlari.

"Hah Byan, berhenti dulu dong," katanya dengan napas terengah-engah.

Byan tertawa, lalu menghampiri wanita itu, "hahaha okee ayo cari tempat buat istirahat. Kita udah lari jauh juga, mau sampai sini aja? Atau mau lanjut lagi?"

"Sampai sini aja ya? Terus cari sarapan, oke?" mata Kale membulat mencoba membujuk pria yang mengenakan kaos hitamnya.

"Iya ayo!"

Akhirnya mereka memilih untuk menepi, beristirahat sejenak mengatur napas dan mendinginkan badan. Kale membawa botol minum, begitu juga dengan Byan.

"Minggu depan udah berangkat sekolah lagi, satu minggu ini mau habisin waktu liburan bareng gue gak? Itupun kalau lo belum ada acara,"Byan mengajak di sela-sela mereka istirahat.

"Kayaknya ayah sama bunda lagi sibuk-sibuknya, mereka sering bolak-balik luar kota. Padahal anak bungsunya lagi liburan, boleh deh Byan gue belum ada rencana apapun kok," balasnya, awalnya memasang wajah tidak suka tapi di akhir wajahnya kembali sumringah.

"Hahaha oke, tenang liburannya bareng gue. Ibun punya florist loh, mau coba ke sana sekalian belajar bikin buket bunga gak?" ajak Byan, raut wajahnya sangat bahagia.

Mendengar hal itu, Kale merasa tertarik. Ia mengangguk semangat, "boleh! Baru tau gue. Oh iya gimana kabar ibun?"

"Baik kok, dan perceraian ibun sama ayah tinggal nunggu sidang," kali ini wajah Byan tersenyum sangat tipis.

"Gue bersyukur akhirnya ibun bisa bebas dari laki-laki itu," lanjutnya lagi.

"Semoga ibun bahagia selalu ya. Begitupun sama Byan, gak boleh sedih lagi,"

"Iya Kale, ayo cari sarapan! Gue jadi pengen soto betawi, tapi yang gak pake kuah susu ada gak ya?"

"Ayo coba cari dulu, pasti ada deh."

Mereka bangkit dari duduknya, untuk mencari sarapan usai berolahraga. Kale lebih dulu bangun, tanpa sengaja ada seseorang yang menabraknya dari belakang. Badan Kale terhuyung dan Byab tidak sempat menahannya.

"Awh!" ucapnya refleks. Lututnya membentur jalan.

"Kale! Woy ati-ati dong kalau jalan! Gak bertanggung jawab lagi, laki apa bukan lo?!" emosi Byan memuncak, dengan cepat Kale membenarkan posisi berdirinya. Ia menahan lengan Byan yang tengah memuncakkan emosinya.

"Udah, gue gapapa. Byan, tenang gak boleh emosi, tenang,"  Kale mengusap lengan Byan perlahan, menenangkan laki-laki di sampingnya.

Merasa sudah tenang ia meminta maaf oleh orang-orang di sekitarnya karena hampir membuat keributan.

"Ayo cari makan, gue udah laper nih," ucapnya sembari berlagak mengusap-usap perutnya.

"Kakinya beneran gapapa?" Byan mengeceknya lagi, tapi Kale menahan laki-laki itu.

"Gapapa kesenggol dikit doang, aman,"

"Bener ya? Kalau ada yang sakit kasih tau," Kale hanya mengangguk sebagai balasannya, "yaudah ayo cari sarapan." Lanjut Byan, lalu keduanya mencoba mencari sarapan lebih tepatnya soto Betawi yang bisa Byan makan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KaleandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang