Sepuluh - What Kind of Feeling is this?

7 5 0
                                    

Keesokan harinya.

Di pagi hari Kale berangkat seperti biasanya. Berjalan menuju gerbang sekolah, dengan perasaan yang sedikit aneh, karena baru saja dirinya mengirimkan sedikit pesan sapaan pagi pada Byan. Pikirnya Byan akan membalasnya nanti.

Di tengah perjalanan menuju kelasnya, lebih tepatnya melewati lapangan yang biasa mereka pakai untuk olahraga, dia bertemu dengan Byan sedang berjalan menuju kelasnya juga. Dikarenakan perasaan suka itu sudah mendarah daging, Kale langsung menyapa Byan dengan lambaian tangannya.

"Pagi Byan!"

Namun siapa sangka, bukannya Byan membalas sapaan tersebut ia malah menarik lengan Kale secara perlahan untuk mendekat kepadanya.

"Kebiasaan, ceroboh." celetuknya, tidak terkesan jutek maupun ramah.
Kale menyadarinya, kebiasaan dia yang ceroboh selalu saja ada Byan yang membantunya. Usai mengucapkan itu, sebuah bola hampir saja mengenai tubuh Kale.

"Siapa yang mainan bola pagi-pagi gini?" tanya Byan sembari mencari keberadaan manusia yang bermain bola itu. Pergi tanpa pamit atau sapa kepada Kale.

Walaupun begitu, kejadian tersebut membuat Kale berteriak dalam sunyi. Jantungnya berdegup kencang sekali lagi. Dia makin jatuh hati pada pria yang bisa dibilang cukup dingin.

***

"Good news!" Kale berteriak seraya mendekati Zeni yang sudah ada di bangkunya.

Tangan Zeni diangkat ke atas, menunjukkan bahwa dia tidak ingin mendengar apapun dari Kale.

"Stop! Gue gak menerima cerita tentang Byan. Mending lo bantu gue ngerjain pr fisika ini, gue belum karena kecapean kemarin. Hehe,"  sanggahnya yang kemudian meminta bantuan dari Kale.

Dengan sedikit malas, Kale mengeluarkan bukunya. Ia duduk di samping Zeni, tangannya kirinya sebagai tumpuan kepalanya. Ia memandang Zeni dengan seksama.

"Kalau gue confess ke Byan gimana ya? Sebenernya gue udah lama suka dia,"  hal itu membuat Zeni yang fokus ke dalam buku catatannya, menolehkan kepalanya 90° ke arah Kale.

"Kaleandra, gak usah aneh deh. Mau lo confess atau nembak dia, lo bakal tetep di tolak. Jadi gak usah,"

"Ishif we never try, how will we know?" sanggahnya.

"Terserah deh Kal, kalau galau gak usah cerita ke gue lagi." Ancam Zeni.

***

Pukul 17.00

Keberadaan rumah Byan hanya ada dirinya dan ibun. Mereka sedang menikmati waktu berdua dengan menonton tv, tapi tidak dengan Byan yang asyik dengan dunianya sendiri di layar ponsel.

Sementara ayah Byan, sepertinya dia masih bekerja.

"Abang, Abang lagi suka sama cewe?" Ibun bertanya. Yang ditanya memasang ekspresi wajah paniknya.

"Nggak ko' Bun, Ibun tau dari mana?" Ia menutup layar ponselnya dan memilih menatap wajah sang ibu.

"Semalem Abang ketiduran, hp-nya Ibun taruh di nakas, tapi masih nyala di situ ada nama Kaleandra."

"Nggak Bun, dia cuma temen aja,"

"Kalau Abang suka gak apa-apa, tapi jangan disakitin ya anaknya. Perempuan juga punya perasaan, punya hati," nasehat Ibun dengan senyuman yang penuh arti.

"Iya Ibun. Ibun udah makan?" pertanyaan itu mengalihkan obrolan yang sebelumnya. Wanita yang sudah setengah tua mengangguk seraya tersenyum, "udah Abang, kan tadi makan bareng."

Byan hanya tersenyum sembari menggaruk rambutnya yang tak gatal. Nama wanita itu sudah memenuhi pikirannya.

***

Bekasi, 15 Mei 2024

KaleandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang