Chapter 1 : 1.3

263 29 1
                                    

Berhari-hari berlalu hingga akhirnya waktu ketika masuk sekolah pun tiba. Selama beberapa hari itu Dara masih melakukan hal yang sama, mengurung Deva. Dari luar anak itu terlihat baik-baik saja, tapi mentalnya benar-benar hancur karena terus dipaksa melakukan hal yang sebenarnya ia tak mampu.

Dan jika kalian pikir masuk sekolah adalah waktu yang Deva tunggu, sungguh... tidak sama sekali.

Keadaan kelasnya masih cukup sepi pagi itu, tentu saja ini masih pukul 06.21 WIB.

“Woi Dev, gue denger lo masuk RS. Sakit apa?!”

“Itu..."

“Bengek lah, apa lagi kalau bukan itu, tolol!!”

“Oh, iya ya... lupa gue sat haha”  sebut dia Mahendra Bagaskara dan yang tadi adalah Satria Magenta.

“Bagi duit dong, Dev?” Ucap anak bernama Mahen.

“E-Enggak...”

“Mama nggak ngasih? Kasian, nanti nggak bisa beli makan, kalau pingsan gimana?”

Baru saja naik kelas dua, kebiasaan mereka rupanya tidak hilang juga menindas yang lemah sejak kelas satu.  Masalahnya, mereka semua tahu jika seorang Devano memiliki riwayat Asma. Anak itu terkadang juga datang dengan lebam di wajah atau bagian lainnya.

Entah bagaimana, Asma itu sering datang disekolah. Dan itu membuat teman-temannya risih, apa lagi jika ada acara dan tiba-tiba saja mereka harus berhenti karena ada keadaan darurat.

“Padahal kemarin gue udah berdoa, semoga ni curut nggak masuk lagi. Lo sadar nggak sih kalau lo itu nyusahin orang? Kenapa lo harus masuk sih, homeschooling atau...







mati aja nggak sih, Dev? Penyakitan ini kan?!” sungguh lancang sekali mulutnya.


“Eh iya gue lupa, gimana mau homeschooling nyokapnya kan nggak peduli. Mana galak lagi, kayak nenek lampir!” hampir habis rasanya kesabarannya.

“Inget nggak, yang ambil rapor kemarin pembokatnya. Jangan-jangan lo anak pungut deh Dev,” seru Satria.

“Oh, atau anak haram palingan. Buktinya bapaknya ceraiin nyokapnya kan, pelacur mungkin?”

“Jaga omongan kalian ya!!”

Air mata sudah benar-benar membuat wajah pemuda itu basah. Sakit sekali mendengar ucapan mereka. Tidak masalah jika dia dihina, tapi ini orang tuanya. Mamanya. “Nyokap gue nggak kayak gitu, dan gue... gue itu anak kandung papa!”

“Iya, anak haram hahahaha...!!”

PLAK.

Tangan kecil itu kini gemetar, rasanya tidak percaya bahwa dia baru saja menampar seseorang.

Satria tidak terima dan berakhir mendorong Deva. Deva pun menarik kerah bajunya, dan akhirnya mereka pun berkelahi. Atau lebih tepatnya Satria memukuli Deva dan Deva berusaha melepaskan diri darinya.


Tak apa,

Dia selalu berkata tak apa jika ditanya apakah baik-baik saja.

po⅁ o⊥ ɥsıMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang