Epiloug Seoson 1

146 19 1
                                    

Liburan keluarga...

Kaki putih jenjang, menampaki lantai dingin sebuah ruangan. Mengguyur basah rambut hingga kepalanya dengan sesekali bersenandung. Entah sudah sejak kapan, tapi rasanya cukup tenang. Kepalanya tak lagi berisik seperti setahun lalu.

"Dev, mandinya buruan!" suara keras melengking memasuki rungungya.

"Iya, sebentar...." Teriak bungsu keluarga itu.

Pagi yang begitu cerah, sangat cocok untuk piknik keluarga. Semua orang sudah sangat menantikan hari ini, termasuk keluarga ini. "Mbak, bisa minta tolong panggilin Deva?" Ucap Gracie pada Nana sementara dirinya sedang membuat dua gelas susu dan kopi hitam dengan takaran 2 sdm kopi + 1,5 sdm gula pasir.

"Nggah usah, Bunda!" baru saja Nana akan pergi ternyata yang dicari sudah turun gunung duluan. Setelah apa yang terjadi, Marco sedikit merenovasi rumahnya dengan memasang transparan lift. Biasa, orang yang suka seni pasti selalu memikirkan keselarasan tiap sudut rumahnya dengan hal-hal artistik.

"Lama banget, mandi apa ngapain lo?" si Sulung sudah sibuk mengoleskan selai cokelat ke rotinya dan mengangguk sebentar saat sang Ibu meletakkan segelas susu vanila.

"Ya maaf," mereka berempat selalu duduk di meja makan dan memulai aktivitas mereka di sana.

Sarapan pagi bersama, sudah seperti kebiasaan dan memang dibiasakan begitu. Tapi belum lengkap karena kepala keluarga ini masih berkutat dengan kamar mandi.

"Nih, selai Nanas dicampur sama selai pear!" Gracie memberikan roti isi selai yang Deva suka. Setelah itu dia pindah ke dapur untuk membuat kopi yang tentu saja diperuntukkan untuk sang suami tercinta. "Mas? Buruan sarapannya, nanti buru-buru!" Ujarnya begitu melihat suaminya turun dari tangga. Bapak satu ini masih sangat bugar tentu saja karena dia sendiri lebih suka naik turu tangga.

"Iya, sayangku...

....Bisa tolong nanti ambilin obatnya Deva, Mbak?" Ucap Marco bergantian pada istrinya dan Nana.

"Iya, pak. Di tempat biasa kan?"

"Betul,"

Hari ini mereka akan pergi ke bandara dan menuju ke pulau dewata, Bali.




☘️

Bandara internasional Soekarno-Hatta
10.27 AM

Desember 23, 2023
Jakarta

"Hahhhh.... seneng banget akhirnya bisa liburan bareng lo lagi, udah lama banget, iya kan?" Deva terlihat merenung. Iya, sudah lama sekali. Mungkin sekian tahun lamanya mereka tak berliburan bersama saat hubungan orang tua kandung mereka renggang. Karena keadaan dan posisi yang tak memungkinkan. Tapi, memang kenapa? Mereka sudah bahagia sekarang.

"Sorry, dek. Lo gapapa?" Tanya sang kakak melihat adiknya yang diam merenung.

"Hmm? I'm fine, gue lagi mikir aja kok. Kayaknya sepuluh tahun lalu ya? Ke malang?" Evan tak lagi memasang ekspresi senang. Dia sadar ucapannya sedikit menyinggung adiknya.

"Udah yuk, dipanggil Ayah. Nggak lucu ketinggalan pesawat gara-gara nostalgia," tangan putih itu memutar roda. Marco tak memberinya izin untuk berjalan jauh-jauh, jadi lebih baik menggunakan kursi roda apa lagi di Bali nanti mereka pasti akan berkeliling dan itu pasti melelahkan.

Raut wajahnya begitu bahagia, tapi tak seperti yang terlihat dia tak pernah merasa bahagia tadinya. Bahagia terlalu mahal untuk Devano yang dulu, terlalu mewah. Banyak penyesalan dan duka yang ia serta keluarganya rasakan.

Wajah berseri itu hanya seperti tipuan, walau keadaan membaik tapi tak pernah sedikit pun masa lalu menyakitkan itu hilang dari kepalanya. Trauma yang membuat semua orang berjuang untuk menyelamatkan hidup pemuda itu.

Marco, sebagai kepala keluarga merasa harus memberikan segala hal yang hilang untuk anak bungsunya itu.

Meski bukan dengan wanita yang melahirkan putranya, dia tetap akan melakukan apa pun karena Gracie pun adalah seorang wanita yang bertanggung jawab dan penuh kasih.

Masa lalu tak perlu ikut campur,

Ia hanya harus menjadi bagian penting yang mengisi pikiran agar menjadi pengingat.

Ia tak perlu menjadi patokan, apa lagi ketakutan untuk melangkah ke depan. Karena sejatinya, apa yang terjadi di masa lalu tak akan pernah kembali.

Karena sejatinya segala hal yang ada di dunia ini saling berkaitan,

Tak akan dia ijinkan masa lalu merenggut bahagianya sekarang. Senyum-senyum itu akan ia pertahankan tetap ada dalam genggamannya meski harus ia pertaruhkan hidupnya. Sungguh, akan ia lakukan apa pun demi itu semua.

Pemandangan langit dan bumi nyatanya begitu indah ia lihat. Semoga, semoga semua ini bertahan untuk waktu yang lama. Karena ia mulai nyaman, dan melupakan sebagian besar masa lalu pahit itu.













Thanks buat semua yang udah baca sampai sini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Thanks buat semua yang udah baca sampai sini. I hope you enjoy this cheerful book.

Cukup banyak hal yang kurang kan? I see, and I'm sorry for that. But guys Kalian semua harus tahu bawah aku pun sudah berusaha keras. Terlepas dari banyaknya keraguan aku merasa berterima kasih karena kalian yang selalu mendukung sampai sejauh ini.

 Terlepas dari banyaknya keraguan aku merasa berterima kasih karena kalian yang selalu mendukung sampai sejauh ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terima kasih juga ucapannya, Aamiin ya... doa terbaik juga untuk kalian semua. Semoga diberi sehat dan bahagia selalu.

Dan ini belum ending ya, masih ada banyak hal yang harus kalian tahu tentang dia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dan ini belum ending ya, masih ada banyak hal yang harus kalian tahu tentang dia. Ya, tentang dia...

po⅁ o⊥ ɥsıMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang