Chapter II: The Kind of Death

220 25 20
                                    

Kesedihan terbesar seorang Ayah adalah gagal mendidik, membahagiakan, dan melindungi buah cintanya. Dan hal yang paling mengerikan adalah ketika ia kehilangan sosok itu-

.
.
Kuharap, kalian tak akan kecewa!
.
.

⚠️

Tarik nafas, Bismillah dulu okey?

Baca dengan hati-hati dan bijak.
Banyak kalimat kasar yang mungkin membuat Anda tidak nyaman.
⚠️

.

Langit yang legam,Penuh awan dan bintang,Menemani kesendirian rembulan, Apa yang ia nanti?Mengapa membawa sendu dalam hati?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langit yang legam,
Penuh awan dan bintang,
Menemani kesendirian rembulan,
Apa yang ia nanti?
Mengapa membawa sendu dalam hati?




Deva menunduk ketika teman sekelasnya memanggil. "Anjir jadi bisu ni anak,"

Benar. Sekalipun orang yang paling menyiksanya pergi, akan ada orang lain yang menggantikan peran itu. Entahlah, memang seperti itulah kehidupan orang-orang. Mereka terkadang iri hingga berakhir melakukan hal keji, atau hanya sekedar mencari kesenangan tak bermutu.

"Udah diemin aja, ikut dikeluarin mampus lo" seru yang lain. Mereka pun pergi setelah mengamati pemuda yang hanya menatap kosong ke arahnya, membuat mereka terkekeh geli padanya.

Orang-orang menatap pemuda yang berjalan dengan bantuan krug itu, sudah tidak ada gips keras itu lagi karena diganti dengan perban cokelat yang melilit tebal.

Merinding, bulu kuduknya sampai berdiri merasakan rasa tidak nyaman. Rasanya tatapan mata semua orang dapat melubangi tubuhnya, dia tidak tahu betul tatapan macam apa yang mereka berikan. Rasanya hanya risih, dan rasa risih itu perlahan berubah menjadi rasa ketakutan dan gelisah.

Perasaan kacau macam apa ini?! Dia takut?! Sialan!! Sial!! Takut!! Dia takut!

Otaknya berputar, memikirkan sebuah hal yang bisa ia pikirkan saat ini.

Bukankah mereka harusnya bersyukur karena para perundung itu keluar dari sekolah? Kenapa sekarang malah seperti dia yang menjadi tersangka?

Seseorang tiba-tiba saja datang dan membantunya berjalan, rasanya canggung. "Diem, gue bantu!!" Kata pemuda itu ketika Deva menolak sentuhan darinya. Dan sekali lagi Deva hanya pasrah.

Hati dan pikirannya tak sejalan, bisa ia perkirakan akan menjadi gila jika tidak segera beranjak dari koridor sana.

Ia terkejut ketika anak tadi justru duduk di sebelahnya begitu sampai di kelas. Lihat, orang-orang sudah menatapnya denga aneh. Menyadari tatapan penuh tanya itu, siswa tadi mulai membuka suara,

po⅁ o⊥ ɥsıMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang