gk penting tapi penting

148 11 5
                                    

Assalamu'alaikum my dear reader yang berbahagia di hari jumat ini. Aku sih gabut ya gara-gara libur semester genap ke ganjil.

Asli, gue heran sih kok bisa ya ngasih libur 2 bulan lebih. Apa nggak bahagia tu para dosen? Jadi pengen deh, apa besok bablas S2 aja sekalian biar bisa jadi dosen ya? Ah ngga deh, kasian nanti mahasiswanya tekanan batin.

Ah, forget it!

Ok, sebelum saya update mau bacot dulu ya guys seperti biasa.

Jujur kemarin tuh sempet down banget, tapi ya udah sekarang karena saya sudah yakin apa lagi benih2 Karma udah mulai kelihatan di isriwil sana. Terus entah dapet pencerahan dr mana la gt gue mau lanjut cerita ini.

Sebenarnya kan ya selain gara-gara perboikotan ini. Gue (gk suka aku kamu maaf Yah, kek... apa sih) tuh agak kena mental gara-gara baca ulang terus ceritanya. Kenapa? Salah satunya karena ini...

Anjir emang, sama cerita sendiri kok jadi depresot

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Anjir emang, sama cerita sendiri kok jadi depresot. But, guys. Gue serius, itu baru di awal-awal. Gue niatnya baca ulang dulu biar bisa lanjut sama edit karena itu cuma mentahan kan ya, tapi malah ikut stress gue tuh hehe. Aneh kan?

Terus kemarin tuh temen gue tiba-tiba banget ngirim banyak link lomba cerpen gitu. Ya sebagai temen yang baik gue ikut lah satu, mayan buat nambah pengalaman.

****

(Secuil naskah cerpen saya)
Pemandangan yang menyesakkan. Ruangan yang dihuni delapan orang itu kini porak poranda. Keadaan begitu kacau, beberapa kanvas berserakan di lantai, gitar yang mungkin tak lagi berfungsi, vas yang tak lagi berbentuk, beberapa lembar kertas, bantal, majalah, semua yang ada dalam ruangan itu berantakan. Termasuk, sebuah ikatan yang menghubungkan beberapa disana.

Saling menatap, deru nafas yang mereka dengar begitu memekikkan. Seseorang tengah menangis, matanya menatap seorang lelaki yang lebih tua dirinya. Tak percaya dengan tuduhan yang mengarah padanya hingga membuat semua orang menatap buruk dirinya. “Ris, kita obati luka lo dulu ya?” Seseorang menarik tangannya, membuat matanya tertuju pada pergelangan tangannya yang berdarah. Namun, ia tarik paksa tangannya itu dan melenggang pergi meninggalkan kebingungan bagi sebagian orang. Tak ada yang mengejar, hanya tatapan bingung harus berbuat apa.

“Lo kelewatan Bang!” Ucap yang paling muda. Johan.

“Iya, Haris bukan orang yang kayak gitu dan nggak seharusnya lo berlebihan gini, dia teman lo!” Reza menatap sahabatnya yang paling tua.

“Lo ngerti apa, Chris?” Semuanya menatap kedua orang yang paling tua di antara mereka semua.

****

Nah intinya mah gitu aja gue mah, oh sama satu lagi. Kan kemaren gabut yak gara-gara sempet gk mau lanjut si Deva nih. Nah gue bikin cerita lagi klo lo pada mau tau wkwkw.

Ini ceritanya cukup ringan kok, tertarik nggak? Klo nggak gapapa sih (tertarik kan? Kan kan?)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ini ceritanya cukup ringan kok, tertarik nggak? Klo nggak gapapa sih (tertarik kan? Kan kan?)

(ceilah pake aku juga lu biji sirsak)
Seringan-ringannya ni cerita endingnya gk bakal ringan😭 gk tau deh pokoknya gitu ya genggsss.

>>>>>>>>>>>

po⅁ o⊥ ɥsıMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang