08. Permintaan Maaf?

9 2 0
                                    

◖mellowfly◗  

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

◖mellowfly◗  

Karena sekolah tak mengadakan aksi belajar mengajar beberapa hari ini, jadi semua siswa bebas melakukan apapun yang mereka mau. Karena para guru sibuk rapat dan mereka belum juga diliburkan.

Hari ini Cindy berniat membeli makanan di kantin paling dekat, tapi nahasnya kantin itu sudah sangat penuh. Jadi pilihan satu-satunya adalah di kantin belakang, yang di mana Cindy harus melewati kelas IPS 3 jika ingin sampai di sana.

Karena sudah tak ada pilihan lagi, koperasi sekolah tidak menjual nasi, hanya cemilan ringan yang tidak akan bisa mengganjal kelaparan di perutnya.

Di sepanjang perjalanan ia terus berdoa, agar tak berpapasan dengan Yudinata. Saat ia melewati kelas IPS 3, memang tak ada tanda-tanda keberadaan laki-laki itu. Tapi saat sampai di kantin, beda lagi ceritanya.

Yap, Cindy bertemu dengan Yudinata, setelah beberapa hari berhasil menghindar. Ingin rasanya Cindy mengurungkan niat membeli makanan, tapi jika seperti itu, perutnya akan marah padanya dan berakhir di rumah sakit.

"Oke, nggak boleh nervous, calm Cin,, " ia mengatur napasnya, karena jaraknya dengan Yudinata semakin dekat.

"Eh, Cindy!!" teriak seseorang memanggil dirinya.

"Dog." Cindy tahu siapa pemilik suara tersebut, ia terpaksa mendongak, dan tersenyum paksa pada Asep yang cengengesan tak jelas.

"Uh, Asep,," sebenarnya tak ada masalah dengan Asep sendiri, tapi kenapa harus bersama Yudinata, sih? Mana setelah diperhatikan baik-baik laki-laki itu semakin tampan.

"Mau belanja, ya? Beli nasi kan lo?" tanya Asep, basa-basi di saat yang tidak tepat.

"Nggak, beli padi," balas Cindy dengan suara yang susah payah ia pelan kan. Tapi ya namanya Asep pasti dengar.

"Anjirr, lo mau makan padi? Kenyang begitu?"

Ingin rasanya Cindy mencabik-cabik wajah Asep. Ia kesal, sungguh.

"Enggak lah, Asep. Iya, gue mau beli nasi, kenapa emangnya? Mau traktir gue? Hayu lah," susah payah ia menahan agar tak marah di depan Yudinata.

"Enggak lah, gila kali. Gue cuma mau ngasih tau, makanan berat di sini udah pada lenyap, di makan monyet," beru tahu Asep membuat bahu Cindy merosot seketika.

"Ini aja nasi terakhir, untung aja gue sama Yudinata datengnya tepat waktu," sombongnya, merangkul pundak temannya itu dengan bangga.

Yudinata hanya diam, memperhatikan reaksi selanjutnya gadis itu. Bisa ia lihat dengan jelas raut wajah penuh kecewa itu, juga bibir yang mulai memucat.

"Terus gue mau ke mana lagi? Di tempat lain juga udah pada habis," lirihnya lemas.

Asep menaik-turunkan kedua bahunya. Sedangkan Yudinata malah mengulurkan tangannya pada Cindy, memberikan nasi bungkus yang ia beli dengan Asep.

Datanglah Lain HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang