16. Diterima

4 1 0
                                    

◖mellowfly◗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

◖mellowfly◗

Hari ini, adalah hari paling menegangkan bagi Cindy, karena hadiah yang ia belikan untuk Yudinata kemarin akan diberikan saat ini. Sebelumnya, ia sudah menyiapkan surat untuk diberikan pada laki-laki itu, ia taruh di dalam kotak kado ukuran kecil berwarna hitam. Yang ia beli kemarin.

Untung saja kemarin malam ia berhasil mengambil kembali hadiah untuk Yudinata dari Alfa, walau ia harus mengorbankan uang dan rela di cakar-cakar olehnya.

Kini, gadis itu sudah berada di perpustakaan, duduk di tempat biasanya ia duduk. Yaitu di depan lemari kaca yang di sisi-sisinya terdapat banyaknya rak buku. Memegang erat-erat kotak hitam di atas pahanya.

Gugup. Jantungnya berdebar dua kali lipat dari sebelum ia tiba di perpustakaan atau bahkan sekolah. Karena sejujurnya, ia takut akan kenyataan yang tidak akan berjalan sesuai ekspektasinya. Takut Yudinata menolak pemberiannya.

Walau sebenarnya, mustahil akan di tolak mentah-mentah di hadapannya langsung. Semua tak akan berjalan buruk seperti yang dia bayangkan. Karena Yudinata tak sejahat itu.

Waktu terus saja berlalu, manik mata milik gadis itu sesekali melirik ke arah jam dinding, jarum jam itu terus berjalan. Sudah pukul sepuluh, menandakan sebentar lagi bel istirahat yang sebenarnya akan berbunyi.

Yap, Cindy ke perpustakaan sebelum jam istirahat tiba, karena kelasnya mendapat jam kosong, jadi ia bisa keluar kelas untuk ke perpustakaan ini.

Sekali lagi, Cindy melirik jam dinding itu, dan tepat saat itu juga, bek istirahat berbunyi. Itu berarti, sebentar lagi Yudinata akan datang.

"Semoga dia suka. Ah, nyali gue mendadak menciut. Kalau ini nggak berjalan baik, gue bakalan bener-bener malu. Jadi tolong.. Berjalan sesuai ekspektasi gue.. " ujarnya dalam hati, kedua matanya ia tutup, tak kuasa melihat ambang pintu sana.

Cekrek..

Deg

Akhirnya, setelah lama menunggu, sosok yang ia tunggu pun datang. Yudinata mengambil satu buku sebelum benar-benar duduk di seberang Cindy, gadis itu masih juga menutup matanya, cengkeramannya pada kotak hitam itu semakin kuat.

"Eh anjir, gue kesel banget, itu cewek ngikutin Yudinata mulu, apa sih tujuannya? Heran gue, " celetukan salah satu teman Yudinata membuat mata Cindy yang tadinya tertutup, terbuka lebar.

Saat membuka matanya lebar-lebar, dan mendapati sosok Yudinata di depannya, seketika seluruh tubuh Cindy melemas. Apakah ini saatnya ia menanggung malu?

Terlihat Yudinata hanya terkekeh mendengar celetukan temannya. Ia yang tadinya terfokus pada buku, kini malah melirik ke arah Cindy yang terlihat tegang di depannya. Ia menatap lekat gadis itu, kemudian kembali terkekeh kecil.

"Kalian jadi main basketnya? " tanyanya tiba-tiba.

"Eh, masa dia mau pergi, sih? Kan udah janji... "

Datanglah Lain HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang