13. Perpustakaan

4 1 0
                                    

◖mellowfly◗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

◖mellowfly◗

Dretttt...

Bel berbunyi dua kali, menandakan bahwa waktu istirahat telah tiba. Kantin seketika ramai oleh para murid yang kelaparan. Kelas perlahan sepi dan sunyi, hanya menyisakan Cindy.

Gadis dengan rambut yang sengaja di urai itu mengambil napas dalam-dalam, sebelum akhirnya memilih berdiri dan memeluk buku tebal dengan sampul berwarna ungu muda bertuliskan Time Plan Record.

Itu buku harian milik Cindy, yang dibelikan oleh sang Ayah dulu, tapi jarang ia pakai. Kini ia membawanya ke sekolah karena merasa ada banyak hal yang ingin ia tulis di buku itu.

Ia berjalan keluar kelas, menatap kiri kanan dan sekelebat melihat Yudinata yang berjalan ke arahnya, ralat, ke arah kantin maksudnya. Tanpa memedulikan keberadaan laki-laki itu, ia berjalan lagi, kini tujuannya adalah perpustakaan.

Ia tak ingin berlama-lama di tempat itu, karena bisa jadi nanti matanya melihat sesuatu yang tak ingin Ia lihat.

Dan tak lama kemudian, gadis itu sampai di depan pintu perpustakaan yang tertutup rapat.

Perlahan tangan itu menggenggam ganggang pintu, lalu ia buka dengan hati-hati, berharap di dalam sepi seperti apa yang ia inginkan sebelumnya. Dan benar saja, ruangan itu tampak sepi, hanya ada beberapa murid yang duduk di meja depan, ditambah oleh penjaga yang duduk di tempatnya.

Hatinya lega, tanpa berpikir panjang lagi ia berjalan menuju meja dekat penjaga, dan menulis namanya daftar kehadiran. Setelahnya ia mengambil duduk di meja paling ujung sana, dekat lemari kaca.

Namun sebelum itu, ia mengambil satu buku untuk dibaca.

Benar dugaannya, perpustakaan adalah pilihan paling tepat. Tak ada keributan, yang ada hanya kesunyian, dingin, dan yang lebih penting adalah, tak ada Yudinata. Jadi jauh dari rasa sesak.

Ia lega, senang juga karena berhasil menemukan tempat baru yang lebih baik. Walaupun harus mengambil waktu istirahat dan kebersamaannya dengan teman-teman.

"Tapi setidaknya sendiri lebih baik, dan lebih tenang. "

Namun sepertinya, ketenangannya itu tak bertahan lama. Karena belum beberapa menit bergumam seperti itu, pintu perpustakaan kembali terbuka, dan terdapat tubuh Yudinata yang berdiri di sana beberapa detik, karena setelahnya dia benar-benar masuk dan menulis namanya di tempat yang seperti Cindy tadi.

Tubuh Cindy membeku, terkejut. Ia bertanya-tanya untuk apa laki-laki itu kemari? Seorang diri?

"Lo bener-bener nggak mau gue tenang, Ta?"

"Coba satu hari aja buat gue ngerasa tenang saat ada di deket lo, karena setelah di pikir-pikir, sejak hari itu, gue nggak pernah tenang setiap ketemu atau deket lo. "

Sejak hari di mana pertama kali ia merasa terluka, dan hujan membuatnya semakin mengguyur lukanya yang terasa perih, hati Cindy tak pernah tenang setiap dihadapkan oleh Yudinata, ataupun orang-orang terdekat Yudinata.

Datanglah Lain HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang