35. Dia Yang Aku Mau

3 1 0
                                    

lagunya cocok untuk perasaan kesepian Yudinata, kecintaan Cindy   ⁠ꈍ⁠ᴗ⁠ꈍ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

lagunya cocok untuk perasaan kesepian Yudinata, kecintaan Cindy ⁠ꈍ⁠ᴗ⁠ꈍ

◖mellowfly◗

Yudinata menatap lekat ujung ke ujung kamarnya. Terdapat banyak kanvas yang sudah di coret-coret dengan berbagai macam warna. Kursi kayu tempat biasa ia mengistirahatkan diri jika sedang butuh istirahat. Kuas dan cat yang selalu ia gunakan untuk melampiaskan kekesalannya.

"Kenapa, ya, dari sekian banyaknya pilihan orang tua, gue harus lahir dari rahim orang tua yang egois? Di besarkan oleh manusia yang hanya tau soal minum dan judi?"

Dia menyenderkan punggungnya ada kasur yang empuk berukuran cukup besar. Mendongakkan kepalanya hingga hanya dapat melihat langit-langit. Tanpa melepas seragam sekolahnya lebih dulu.

Menghembuskan napas panjang dan terkekeh miris. "Kocak banget. Di saat udah pisah, mereka bahu membahu menolak impian gue. Dapat hak dari mana?"

Selama beberapa menit, Yudinata memejamkan matanya tanpa berniat tuk di buka. Menikmati sedikit cahaya yang masuk dari celah jendela ke dalam kamar. Juga mendengar suara angin yang berembus menggerakkan tirai jendela.

Cukup tenang, tapi juga membosankan. Jadi ia segera membuka mata dan bangkit kembali. Berjalan pelan menuju pintu, membuka kenop dan keluar untuk mencari sesuatu yang bisa menghasilkan bosannya.

Dia melirik setiap sudut rumah. Sepi dan seperti tak ada kehidupan. Sungguh pemandangan yang membosankan setiap hari. Dan sangat menyedihkan menyadari bahwa setiap hari dia harus merasakan dan melihat pemandangan ini.

Dari bangun tidur hingga melakukan segala aktivitas sendiri, seperti sebatang kara yang beruntung. Memiliki rumah dan fasilitas yang cukup. Sejak kecil dia terbiasa dengan uang yang terus mengalir, namun tak dengan keharmonisan yang menjamin.

Jauh berbeda dengan dunia luar yang dia lihat, rumah ini nyaris sebagaimana kuburan.

"Pemandangan yang membosankan."

Dia lekas mengambil beberapa buah yang di belinya kemarin. Dan tak sengaja melihat macaron yang dia buat sendirian di malam hari. Persetan dengan sepupu jauh yang hanya memanfaatkan dirinya.

"Udah basi nggak sih?" Dia meraih macaron di dalam kulkas, mengamatinya sebentar. "Sok ngide banget anjir bikin macaron, padahal sendirinya juga nggak suka."

Soal macaron yang dia buat untuk Cindy, itu ide yang tiba-tiba muncul saat dia membuka sosmed dan mencari kesukaan kebanyakan perempuan. Dari sekian banyaknya, dia memilih macaron, karena terlihat lucu saja untuk Cindy.

Karena kesal, dia pun membuang makanan yang terlampau lama bertahan di kulkasnya. Lihatlah, kulkasnya pun tampak sepi. "Kayaknya di rumah ini nggak ada tempat yang nggak sepi."

Yudinata kembali ke kamarnya. Duduk di kursi. Melihat beberapa foto yang dia pajang di meja belajar. Salah satunya terdapat hasil foto dirinya dengan Lula. "Dia ramai, begitu juga dengan hatinya."

Datanglah Lain HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang