11. Jangan Menaruh Perasaan.

1 1 0
                                    

◖mellowfly◗  

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

◖mellowfly◗  

Sepulang sekolah tadi, Cindy langsung ke dalam kamar mandi untuk bersih-bersih. Sore ini rumahnya sepi, karena Ayah masih bekerja dan Ibu masih di rumah nenek untuk menjemput Alfa.

Gadis itu keluar dari kamar mandi dengan menggunakan handuk selutut saja, kemudian masuk ke dalam kamarnya untuk menggunakan pakaian biasa.

Setelah selesai dengan dirinya, Cindy berniat membersihkan rumah yang sedikit kotor. Meletakkan mainan Alfa ke tempatnya semula, dan menaruh baju yang sudah di lipat ke dalam lemari.

"Ah~ hari ini berat banget rasanya, kenapa ya? Ck, males banget kalau nginget kejadian hari ini di sekolah," keluhnya menyelonjorkan kakinya saat duduk di tepi kasur.

"Gimana caranya gue berjuang, sedangkan di sesuka itu sama Lula, gitu juga sebaliknya. Ah, pusing, "

"Sesaknya lebih ke rasa sekarang. Besok gue ke mana ya biar nggak liat mereka berduaan?"

Tak lama setelah itu barulah Ibu dan Alfa sampai di rumah. Adik laki-lakinya itu langsung berlari ke dapur untuk menaruh makanan yang sepertinya dari sang nenek.

"Kakak! Nenek bikinin kue buat kakak! " ujar Alfa melihat Kakaknya yang duduk di atas kasur sambil memainkan ponselnya.

Seketika Cindy beranjak dari tempat tidur dan langsung membuka kantung berwarna hitam tersebut. Dia terlihat gembira saat mengetahui isi di dalamnya.

Ada kue pukis kesukaannya. Wah, neneknya itu memang pengertian sekali, tahu saja Cindy sedang ingin sekali memakan kue itu.

"Wahh, masih anget lagi. Baru selesai di buat, ya, Bu?" tanya Ibu yang kini sudah bergulat dengan piring kotor sisa tadi siang.

"Iya, makanya Ibu lama di sana. Kata nenek, beliau buatin kamu kue itu karena kakek kangen, pengen ketemu kamu, " beri tahu Ibu.

Cindy ber-oh ria, sambil memasukkan kue pukis pertama ke dalam mulutnya. "Ohh, besok deh Adya ke sana di anterin Bang Jid. Oh iya, biar aku aja yang jemput Alfa besok, Buk, sekalian mampir. "

Ibu mengangguk setuju dengan senang hati. "Eh, kasih juga ke Bang Zidan kuenya, nenek tadi ada nitip buat dia, Nak, " titahnya baru ingat dengan pesan nenek.

"Eh, yang mana aja? Untung belum Adya buka semua. "

"Kasih yang mana aja, jangan yang bekas kamu pegang, " balas Ibu. Beliau sudah selesai mencuci piring, kini ikut bergabung dengan kedua anaknya di meja makan.

Cindy mengangguk-angguk pelan. "Sekarang aja Adya anterinnya, takut kemaleman nanti Bang Jid pergi parkir, " gumamnya seraya berdiri.

Memegang satu kantung lagi yang berisi sama seperti kantung yang telah ia buka. "Adya pamit, Bu, assalamu'alaikum. "

"Waalaikumsalam."

Cindy melangkahkan kakinya menuju rumah Zidan yang tak jauh dari rumahnya. Hanya berjarak beberapa rumah saja.

Datanglah Lain HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang