42. Perasaan yang Sama

1 0 0
                                    

❛❛ Pada akhirnya, perasaan yang kita punya akan tumpah ruah tanpa bisa dipendam lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❛❛ Pada akhirnya, perasaan yang kita punya akan tumpah ruah tanpa bisa dipendam lagi.❛❛

❛❛Semuanya akan mengalir, seperti yang kita mau. Hanya kamu dan aku.❛❛

◖mellowfly◗

Cindy menyaksikan kerumunan ditengah lapangan yang sedang padat-padatnya. Entah karena apa, Cindy tak tahu jelas. Dia dan Tari hanya melihat dari kejauhan. Tak begitu berniat mencari tahu.

"Ih mau liat," pinta si Tari.

Cindy menggeleng, dia merinding duluan melihat kerumunan itu. "Nggak ah. Palingan orang berantem. Biasa cowok, Tar. Udah ah, jangan terlalu penasaran," kata Cindy menolaknya mentah-mentah.

"Kalu lo nggak mau, biar gue aja. Tunggu di sini!" Dia pergi begitu saja menuju kerumunan, meninggalkan Cindy seorang diri. "Heh! Semprul!"

Terpaksa Cindy menunggu Tari di bawah pohon. Sembari itu, dia membuka aplikasi hijaunya, memastikan apakah ada notifikasi dari Yudinata. Biasanya cowok itu mengabarinya Jika akan keluar istirahat atau tidak.

"Mungkin masih ada kelas," dia bergumam sambil mengambil duduk di kursi bawah pohon itu. Tempat yang sama ketika kepalanya di timpuk mangga.

Jika di ingat-ingat lagi, itu kali pertamanya memilih Yudinata mengeluarkan ekspresi khawatir, apalagi khawatir karena dirinya. "Anak orang kok bikin salting terus sih."

"Cindy!!"

Tari berteriak dan berlari menuju Cindy. Wajahnya panik, membuat Cindy sempat keheranan. "Kenapa lo? Takut liat orang berantem? Makanya jangan sok, Tari ..."

Tari memukul lengan gadis itu sangat keras. "Bodoh. Yang dikerumuni tadi Yudinata, Cindy! Dia pingsan di lapangan!"

Cindy terperanjat, tubuhnya langsung berdiri tegak. Wajahnya kini berubah panik. "Pingsan kenapa? Dia di hukum, kah? Terus sekarang udah di bawa ke UKS??"

Tari mengangguk. "Iya, itu lagi di bawa ke UKS. Lo samperin deh! Mukanya juga keliatan babak belur, gue nggak tau kenapa."

"Astaga ..."

Cindy berlari menyusul beberapa orang yang membopong tubuh Yudinata ke UKS. Tapi di tengah itu ia menemukan sebuah kejanggalan di matanya.

Tak hanya Kalea, dia juga melihat Hanan. Tapi kalau Hanan, Cindy merasa wajar-wajar saja, karena mereka berteman.

Karena ada Kalea, Cindy jadi sungkan untuk bergabung Dia menunggu ruangan itu agak sepi dan Kalea segera keluar. Tapi lama-kelamaan kesal juga melihat gadis itu menyentuh Yudinata yang belum siuman.

Tangan kecilnya yang nakal juga terus menggenggam Yudinata. Dan yang paling membuatnya dongkol, kenapa Hanan tampak membiarkannya?? Dia tidak protes, kah??

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Datanglah Lain HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang