Dierga berlari mencari bangsal dimana Aria dirawat. Sampai akhirnya, ia bertemu dengan Ares di depan bangsal Aria. Dierga menyapa Ares dengan sopan, tentu saja Ares malas melihat wajah Dierga untuk menemui Aria."Tolong pergi" pinta Ares membuat Dierga tak ingin bergerak sedikit pun.
"Sebentar aja kak" pinta Diega menunduk takut menatap Ares yang udah kayak mau bunuh orang.
"Aria masuk RS gara-gara dia liat barang-barang masa SMA. Tolong jangan bikin dia tambah sakit" ujar Ares.
"Gue tau ini salah gue semua kak. Gue mau ngomong sama Aria bentar"
"Besok aja kalo dia udah mendingan"
Dierga mengepalkan tangannya, "Gak bisa." jawabnya menatap Ares sedih. "Gue gak bisa lagi"
Ares mengernyitkan alisnya, "Kenapa?"
"Gak pa-pa. Gue perlu ngomong sebentar aja"
"Heh!" sahut Aria membuka pintu karena mendengar keributan dari dalam. "Tiduran!" seru Ares terkejut melihat Aria keluar.
"Lo berdua berisik sih. Jangan bentak Dierga kayak gitu lagi Res... Ayo masuk" perintah Aria menyuruh Dierga masuk.
"Aria! Lo tau sendiri penyebab lo kayak gini kenapa!"
"Iya! Gak usah khawatir." ujar Aria menutup pintu membiarkan dirinya berduaan dengan Dierga.
"Kenapa lo kepo sama barang-barang SMA?" tanya Dierga menaruh buah-buahan di meja.
"Gak pa-pa. Lo gak mau cerita, makanya gue tau cari sendiri aja"
Ia menghembuskan napas kasarnya, "Liat kan akibatnya? Jangan cari tau lebih dalem lagi Ya. Masa lalu kita emang terlalu menyakitkan buat diinget. Gue aja pengin amnesia biar bisa lupain semua masalah ini, kenapa lo lebih pengin inget? Padahal lo sendiri dulu yang paling pengin amnesia" ujar Dierga membuat Aria melotot.
"D-dulu gue ngomong kayak gitu? Kapan?"
"Pas di rumah sakit—" Dierga keceplosan. Aria melotot, Julian tidak menceritakan bagian ini. Kenapa?
"Di rumah sakit?"
"Ah gak pa-pa" ujar Dierga.
"Tau dari siapa gue disini?" tanya Aria memakan buah darinya. "Fafa"
Aria hanya menghembuskan napasnya, sialan gadis itu. "Tolong jangan maksain lagi buat inget masa lalu lo Ya. Jangan bikin gue khawatir"
"Gue suka sama lo" ujar Aria menatap Dierga yang gugup. "Lo bercanda kan? Gak usah kayak gini, gue confess biar lega aja"
"Gue suka sama lo Ga" ujarnya lagi membuat Dierga mengedipkan matanya berkali-kali.
"Gue suka sama lo dulu" tolak Dierga membuat Aria menyeringai. Jadi seperti ini dulu dia menolak Dierga.
"Lo nolak gue sekarang?" tanya Aria membuat Dierga tidak bisa menatap kedua mata Aria.
"Bukan gitu. Lagian kita udah dewasa, lo paling juga udah punya pacar. Kita saling suka pun juga udah dulu"
"Kata siapa gue ada pacar. Gak ada tuh" bantah Aria semakin ingin menggoda Dierga.
Maaf, gue gak bisa. Apa gue boleh terima Aria, Than?
-batin DiergaAria merasa bersalah bahwa Dierga menatapnya dengan serius. "Woy! Gue bercanda" ucapnya membuat Dierga menghela napasnya lega.
"Yaudah cepet sembuh" ujar Dierga pamit.
Maaf gue egois, gue emang suka banget sama lo, tapi gue sadar diri karena gue gak boleh suka sama lo karena penderitaan kita ke Nathan.
-batin Dierga
KAMU SEDANG MEMBACA
A Chance
FantasySeorang gadis mahasiswa UJM dari Jurusan Hukum. Di hari itu ia terlambat memasuki kelas. Lalu, mereka berdua bertemu. Laki-laki misterius itu tidak sengaja menabrak Aria yang sedang terburu-buru menyeberang. Aria merasa baru-baru ini ia diikuti oleh...