12. Kerja Sama

9 2 0
                                    


"Lo ada berkas kasus ortu gue gak? Soalnya mereka berkaitan sama Abraham" pinta Nathan mulai menulis di papan dengan spidol untuk membahas rencana balas dendam, di rumah Nathan.

"Kayaknya ada, walaupun bukan gue yang ngurus waktu itu. Gue bisa akses, tapi pasti ada alarm-nya Than" gerutu Rachel membuat Nathan mengernyitkan dahinya.

"Maksud lo kalo lo buka berkas ntar ada peringatan nyambung ke komputer atau HP Abraham?" tanya Nathan memegang dagu. "Iya"

"Anjing. Hati-hati juga ya dia" ujarnya memikirkan strategi lainnya. "Oke gue ada plan baru." lanjutnya tersenyum lebar.

"Apa?"

Nathan berdiri menggantikan Rachel yang sudah selesai menulis di papan. "Gimana kalo kita buat masalah baru, nanti si Abraham bakal marah terus nyuruh lo sebagai Legal Officer dia cari penyelesaian masalah dari itu" ujar Nathan membuat Rachel mengangguk.

"Masalahnya apa dulu? Kalo masalah yang kayak Frans si Abraham juga gak bakal nyuruh gue buat akses berkas-berkas"

"Ya sesama perusahaan aja..." kata Nathan. Mereka berdua saling memandang, memikirkan ide yang sama di benak mereka.

"TIDAK BISA!" tolak Arterus begitu mereka meminta hal konyol, menyamar? Dewan malaikat maut ingin menyamar?

"Sekali saja Tuan." mohon Rachel dengan wajah imutnya. "Benar Tuan! Ini rencana yang bagus. Saya tidak tahu meminta siapa lagi kalau bukan anda"

"Coba Sigma dulu, atau siapa, masa aku" gerutu Arterus.

"Kamu memang tampan Arterus. Lagipula pasti manusia itu akan percaya bahwa kamu direktur di sebuah perusahaan" sahut Delta terkekeh. "Diam kau Delta!" decih Arterus tidak ingin diledek oleh rekannya.

"Anda boleh meminta apapun!" pekik Rachel membuat Sigma melotot. "Kalau begitu aku juga ingin Rachel" sahutnya iri dengan Arterus.

"Turuti saja permintaannya" sahut Sirius datang membuat mereka langsung membungkuk hormat.

"Apakah tidak apa-apa jika dewan malaikat maut mencampuri urusan manusia?"

Sirius tersenyum, "Lagipula rekanmu sudah pernah melanggar" ujarnya melirik Gamma yang pura-pura tidak mendengar perkataan Sirius.

"Hanya menyamar saja Tuan" kata Nathan mengangguk untuk meyakinkan Arterus untuk setuju.

"Baiklah" decih Arterus membuat Rachel dan Nathan bersorak gembira. "Kamu harus dirombak" ujar Detrias.

"Sudah gila kalian semua!" pekik Arterus mengaca karena penampilannya sangat berbeda.

"Wah... Anda sangat tampan" puji Rachel. "Aku bagaimana Rachel?" tanya Sigma membuat raut wajah sedih.

***

Semua karyawan berkumpul di ruang meeting PT. Braham untuk membahas sesuatu yang penting. Manajer dari Strategi Pemasaran maju ke depan mempersiapkan bahan presentasi. Sedangkan Abraham dan Hugo berada di barisan tengah.

"Itu bagus, tapi kita tidak memiliki kerja sama dengan bank luar negeri" ucap Nathan mengacungkan dirinya.

"Menurut saya apa harusnya kita memulai langkah baru?" tanya staf dari Strategi Pemasaran.

"Resikonya sangat tinggi. Apa tidak ingin bekerja sama dengan bank dalam negeri dulu?" tanya Rachel menatap macbook-nya.

"Perusahaan kita sudah bekerja sama dengan Bank BCA, kurang apalagi?"

"Kita pabrik pakaian. Setidaknya masih membutuhkan franchise dan tidak hanya bergantung pada 1 merek terkenal seperti Dior." ucap Rachel menyampaikan pendapatnya.

A ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang