Mark Modus Jung

23.5K 1.5K 10
                                    


Hai-hai Yeorobun
Happy reading all💋


🌻

Mark dengan langkah lebarnya berjalan menyusuri koridor fakultas teknik, ia berjalan kearah sang adik yang terlihat gelisah sembari celingak-celinguk mencari seseorang.

"JUNG JENO!" Jeno menoleh, matanya membulat seketika.

Mampus!.

Kedua tangan Mark sekarang mengepal erat dengan urat urat lengannya terlihat menonjol di sana.

"Ba-bang gue bisa jelasin! Tenang bang!!" Panik Jeno ia berusaha kabur dari sang Abang. Namun kerah kemeja belakangnya sudah ditarik terlebih dahulu oleh Mark.

"Dimana, Chenle?" Jeno menggeleng tak tahu. Sumpah.

"JUNG JENO!" teriakan Mark menggema di seluruh koridor fakultas. Bahkan sekarang ini mereka tengah menjadi pusat perhatian.

"Bang, sumpah gue kagak tau, tadi pas gue lagi telpon Nana dia masih disamping gue, pas gue udah selesai telponan dianya udah ilang gitu aja bang!" Mark memukul kepala sang adik kencang, bagaimana bisa adiknya seceroboh ini?

"KAU IN-"

"Permisi," Mark maupun Jeno mengalihkan perhatian mereka pada sesosok gadis bersurai hitam panjang, dengan mata kucingnya.

"Ehem, Yeji? Ada apa?" Tanya Jeno mengubah nada suaranya, dan sedikit berdehem untuk mengurangi rasa malunya.

"Kalian lagi nyari, anak kecil yang teriakannya kayak lumba-lumba? Tadi aku liat dia ada di kantin fakultas sebelah" bola mata Jeno kembali membulat, bagaimana anak itu bisa sampai ke sana? Jarak dari fakultas teknik ke fakultas sastra bahasa lumayan jauh, tidak jauh tapi jauh.

"Terimakasih," Mark dengan nada datarnya langsung beranjak pergi menuju kantin fakultas Sastra bahasa, sedangkan Jung Jeno mengekor di belakang sang Abang setelah berterimakasih kepada gadis bermata kucing itu.

Beralih pada Haechan dan chenle. Kedua manusia manis berbeda usia itu kini masih berada di kantin fakultas, dengan Chenle yang duduk di pangkuannya sembari memeluknya erat.

"Le udah dong, keram nih paha gue!" Ujar Haechan dengan mempertahankan senyum terpaksanya.

"Nda mau mommy! Butan gue tapi mommy!" Haechan berdecak, ia tak berbohong pasal keran dipahanya, nyatanya anak kecil di pangkuannya ini emang lumayan berat. Lihat saja badan gempal dengan pipi gembulnya itu, ughh.

"Chenle, udah ya? Paha gu-Mommy sakit ini," Haechan bergidik geli saat ia menyebut dirinya sendiri dengan embel-embel mommy.

"Chenle tersenyum senang, "AY-AY KAPTEN!!" Chenle segera turun dari pangkuan sang mommy, sedangkan Haechan langsung memijat paha nya yang sedikit keram.

"Chenle." Chenle maupun Haechan bergidik ngeri saat suara berat nan dingin itu menyapa pendengaran mereka.

Chenle menoleh, "DADDY!!" Chenle melompat dari bangku dan langsung memeluk kaki jenjang lelaki itu.

Mark mengangkat sang putra dan membawanya masuk kedalam gendongannya. "Bagaimana bisa sampai disini, hm?"

"Tadi lele mau ajat uncle onel alan-alan tapi di acangin Ama uncle onel, telus lele alan-alan sendili telus na temu ama Mommy! Telus-telus lele dieliin esklim cama mommy telus dipeluk mommy uga!" Celotehnya dengan nada berseru seru.

"Mommy? Lele tidak punya mommy," chenle merenggut tak suka, sontak saja ia menunjuk Haechan yang masih plangaplongo tidak mengerti.

"Apa?" Tanya Haechan saat chenle, Mark dan jangan lupakan Jeno juga ada di sana menatap nya.

MOMMY? || MarkHyuck | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang