O 2

58 9 0
                                    

"Wow! Emejing!"

"Amazing.."

"Gila, gud banget dah!"

"Good.."

"Woah, this is rili kul!"

"This is really cool!"

"Lo bisa diem gak?" tanya Haechan menatap datar Jeno. Yang ditatap wajahnya lempeng.

"Lo yang diem, gue risih denger lo berbicara bahasa inggris."

"Sok lo mentang-mentang bule."

"Yang bule Mark bukan gue," dengus Jeno, sedangkan Haechan melirik sinis. "Ya pokoknya lo sama Mark sama aja!"

"Wajah kita beda banget loh."

"Diem!"

Jeno terkikik geli begitu wajah Haechan berubah menjadi kesel. Pemuda itu asik mengitari pelabuhan dengan wajah yang terlampau menganga takjub.

"Lo baru pertama kali ke pelabuhan?" tanya Jeno.

"Iya, kenapa?! Gak terima lo?!" Haechan menjawab sewot.

"Santai aja sih, sama aja kayak Renjun lo."

"Wajah kita beda!"

"Maksud gue sifatnya bodoh!" seru Jeno lama-lama ikutan kesal. Pemuda itu akhirnya memilih melenggang pergi, dibanding lama-lama bersama Haechan, bikin darahnya mendidih saja.

"Fotoin gue dong!" pinta Haechan narsis kepada Jisung yang tak sengaja lewat di depannya.

"Ngapain lo foto di pelabuhan?" bingung Jisung.

"Suka-suka gue, udah buruan! Mumpung gue lagi ganteng nih!"

Jisung merotasi bola matanya malas lalu menurut. Ia mengambil foto Haechan dengan asal, sampai-sampai jepretannya tidak sesuai. Badan Haechan bahkan ada yang mencong ke kanan, ada juga yang kepala Haechan kepotong setengah.

Hadeh..

"Terima kasih," senyum Haechan tanpa tahu hasilnya. Jisung setelah itu ngacir pergi, takut diamuk.

"Hoi, diem bae," sapa Jisung pada Renjun yang asik memandangi laut dan kapal-kapal di tepian laut.

"Sung."

"Ji aja biar lebih enak."

"Ung."

Jisung tersenyum aja, dalam hati sudah mengumpat. "Apa?"

"Gue kok punya firasat buruk ya."

"Waduh, liburan gak boleh begitu tahu, Kak."

"Ya gue tahu, cuman firasat buruk itu tiba-tiba aja hinggap di gue."

"Lo dah pakai obat nyamuk?" tanya Jisung kemudian. Renjun mengernyit. "Buat apa, tong?"

"Supaya gak hinggap."

Sekarang gantian Renjun yang tersenyum, sudut bibirnya berkedut, serasa ingin melemparkan berbagai umpatan pada Jisung.

"Malam ini kita tidur di penginapan dekat sini dulu, katanya Mark mau ngajak main. Hayuk."

"Main apa?"

"Ada deh."

Jisung tersenyum aneh.










































"Main yes or no, mau gak?" tawar Mark riang membawa pensil dan kertas di tangannya. Mereka semua sekarang sedang berkumpul di kamar Mark dan Jeno. Katanya sih Mark ingin mengajak main. Mana di luar sedang hujan deras, petir menyambar, haduh.

Into the Unknown ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang