O 6

37 5 0
                                    

"Kita coba dulu, siapa tahu setelah ini kita dibebasin kan?"

Jaemin mengernyit tak suka.

"Lo gila ya?! Lo pikir dia bakalan bebasin kita?! Heh, lo harusnya sadar, di sini dia cuman mau mainin kita doang!" cerca Jaemin marah, ia benar-benar tak setuju.

"Gue rasa bener kata Jaemin, kita bakalan tambah diremehin kalau cuman nurut-nurut aja," ungkap Jeno setelah terdiam cukup lama.

"Sebenernya dia ini siapa sih?" kesal Renjun lama-lama, pemuda itu kemudian melirik Chenle yang tetap hanya diam saja dan tersenyum menyaksikan keributan.

"Heh, Chenle! Lo yang neror kita kah?!" tanya Renjun kemudian.

"BUAHAHAHAHAHAHAHAHAHA!" Chenle justru tertawa terbahak-bahak. Pemuda itu bahkan memegangi perutnya yang sakit akibat banyak tertawa.

"Huh.. gini ya teman-temanku tercinta. Gue kasih petunjuk deh," ujar Chenle setelah berhasil mengatur napasnya. Pemuda itu tersenyum sejenak.

"Dia ini selalu memperhatikan kita, dia selalu tahu semuanya tentang kita, dan dia.. selalu ada sama-sama kita. Jadi.. pikir sendiri ya, hahaha."

Setelah mengatakan hal tersebut, Chenle dengan santainya bangkit berdiri, menaruh kedua tangannya disaku dan melenggang pergi.

"Maksudnya.. apa? Lagian dia tahu darimana coba?" gumam Haechan bingung, pemuda itu menyentuh tengkuknya yang merinding.

"Chenle jadi aneh gak sih?" ucap Mark tiba-tiba. "Sejak pagi udah jadi aneh."

"Tapi dia napak, jadi gak mungkin setan," balas Jeno menyahut.

"Siapa yang tahu dia bukan setan?"

"Jangan-jangan dia dirasukin lagi?" tebak Jisung kemudian.

"Ah, udahlah jangan bahas hal kayak gini! Bikin takut tahu gak?!" omel Haechan mengelus dadanya, jantungnya berdegup kencang.

"Ya terus sekarang gimana?! Lo gak lihat ancamannya?" decak Mark sebal.

"Gak usah diambil pusing, itu bisa aja cuman mainan." Renjun membalas seadanya. Mark mengernyit tak suka. "Gila, lo pikir setelah semua yang dia lakuin, dia cuman mainan?"

"Bisa aj─"

"Kalau ternyata beneran?" tanya Mark memotong cepat, Renjun terdiam. Ah, sial sekali..

"Lo boleh main, gue out." Setelah mengatakan hal itu Jaemin melenggang pergi begitu saja, kemudian disusul Haechan dan Jisung. Orang-orang penakut itu..

"Mark, coba kita tidur aja malam ini. Serius.. gue rasa nurutin omongan orang itu bukan ide yang bagus." Renjun menepuk bahu Mark pelan sebelum akhirnya ikut beranjak dari sana.

Mark melirik Jeno yang masih senantiasa duduk di tempatnya. "Menurut lo gimana, No?"

Jeno tak menjawab, pemuda itu hanya menatap Mark penuh arti. Tangannya kemudian mengarah pada kertas yang sudah Mark siapkan sedari awal. Kertas dengan tinta bergoreskan yes or no.

"I-itu.. gimana bisa.." Napas Mark tercekat.

"Gue rasa dia sudah menjawab bahkan sebelum kita bertanya."

Tatapan Mark terpaku pada tinta merah yang melingkari tulisan yes. Merah itu agak kental, namun tak nampak seperti darah.




































































Into the Unknown ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang