O 3

52 9 0
                                    

"Kan udah gue bilang, makanya gak usah aneh-aneh!" dumel Jisung sebab ketakutan setengah mati. Jangan salah, selain Jaemin, Jisung itu juga bersebelahan dengan sosok Renjun palsu tadi itu.

Renjun pun tak kalah syok, bayangkan bagaimana ada setan yang menyamar jadi dirinya saja sudah buat merinding.

"Heh, emangnya gue tahu kalau di sini banyak setannya?!" balas Mark tak terima disalahkan.

"Bukannya begitu, lo harus tahu di kondisi penginapan begini dekat pelabuhan itu banyak─"

"Benar, banyak orang mati pasti di sini," potong Haechan menganggukkan kepalanya sok. Jisung mendengus.

"Lah, kan ini penginapan. Kok bisa?"

"Ya bisa aja dong, lo gak pernah denger ya rumor-rumor yang beredar di sekitar pelabuhan? Banyak orang yang tenggelam gak selamat itu ke sini, minta pertanggung jawaban," jelas Jisung pelan, maklum ia masih takut.

"Hoi, bisa gak usah bahas kayak begituan gak sih? Gue horror!" seru Jaemin yang masih takut, matanya kemudian melirik Jeno yang dari tadi diam saja. "Heh, lo jangan diem doang Jeno! Gue jadi parno!"

"Lah, gue kan emang orangnya begini," bingung Jeno.

"Udah deh, kayaknya kita mending tidur," saran Renjun akhirnya. Ia sudah mengantuk juga.

"Gak mau! Gue masih takut, kalau gue takut gue gak bisa tidur," ucap Jaemin mengusak rambutnya frustasi. Agaknya ia kena mental.

"Lebay banget dah," komentar Chenle dan kepalanya segera ditoyor oleh Jisung. "Lo gak lihat Renjun jadi-jadian tadi, hah?!"

"Plis, ngomong aja setan jangan Renjun jadi-jadian! Gue gak terima!" seru Renjun mencebikkan bibirnya sebal.

"Gue belum mau kembali ke kamar, apalagi sekamar sama Jisung yang sama-sama penakut. Bisa mati kita berdua," ujar Jaemin kekeuh. Jisung mengangguk mengiyakan.

"Ya udah lo sama gue," sahut Chenle santai.

"Gak mau! Lo itu bau kaki, udah gitu ngoroknya kenceng pula," hina Jaemin sadis. Chenle melotot tak terima. "Heh, sejak kapan kaki orang kaya bau?! Lo kali yang bau!"

"Kurang ajar."

"Gais, kita harus tidur. Besok kita berangkat jam 6 pagi," ucap Mark akhirnya.

"Gue sama Jeno aja!" seru Jisung kemudian. "Sumpah, gue gak kuat, takut."

"Gue sama Mark kalau begitu," imbuh Jaemin. Jeno mengernyit. "Gak apa-apa nih? Asal lo tahu ya, Mark itu juga penakut. Lihat tuh, kayaknya dia udah ngompol di celana."

""E-eh serius?!"

"G-gak woi! Heh Jeno, lo kalau ngomong jangan sembarangan!" kesal Mark malah panik. Renjun mengernyit, pemuda itu kemudian memindahkan lentera di tangannya dan diarahkan pada Mark.

Dan benar saja.

Celana pemuda itu basah..

"ANJIR LAH!" jerit Jaemin frustasi, ia menendang-nendang kasur meluapkan emosinya.

"Makanya, udah dibilangin gak usah main aneh-aneh masih aja dilakuin," cibir Jisung.

"Mohon maap nih ya, kita aja bahkan belum main ya!" bantah Mark kesal. "Itu terus yang dibahas."

"Jadinya lo mau sama siapa, Jaem?" tanya Renjun kemudian. Jaemin melirik Chenle dan Renjun bolak-balik.

Hmm, sepertinya dibandingkan Renjun.. Chenle lebih pemberani.

"Sama Chenle─"

"Gue sama Mark aja lah." Chenle memotong ucapan Jaemin dengan santainya. "Kasihan."

"Hmm, berarti Renjun, Jaemin, Haechan sekamar ya?"

"Iya."

"Chan?"

Tak ada jawaban. Haechan hanya diam, memandang kosong jendela yang mengarah pemandangan laut. Mark mengulum bibirnya menahan tangis, yang bener aja.. tadi Renjun, sekarang Haechan?

"Chan, sumpah gak lucu lo!" ucap Mark sebal dan meninju lengan pemuda itu. Tapi... tembus.

"H-hah?"

"Woi, sumpah udah napa sih!" Jaemin jadi emosi sendiri.

"Kembalikan Haechan!" tangis Jisung. Renjun sendiri sudah ancang-ancang mundur, takut dia tuh. Sementara Jeno sih wajahnya lempeng aja.

"Jen, coba toel si Haechan," suruh Chenle kemudian. Jeno mendelik. "Kok gue?"

"Lo kan berani."

"Lo juga berani."

"Lo lebih berani ah, No."

"Lo, Le."

"Udah diem napa sih!" seru Jaemin sebal. "Gue bisa-bisa ikutan ngompol nih!"

"Chan, sumpah.. ini gak lucu. Mending lo─"

"Kalian kenapa sih?" Haechan itu justru tertawa kecil, tak lama ia justru mengernyit. "Ada masalah kah?"

"Chan.."

"Oh iya, main ke laut hayuk."

"Gila lo? Udah malam gini," sambar Chenle.

"Oh gak mau ya?" Sosok Haechan itu berubah sedih dan lesu. Ia menatap laut. "Padahal mau aku ajak main sama temen-temen aku."

"Ap.."

Mark keburu pingsan. Chenle yang ada di sebelahnya berdecak kemudian menabok pipi Mark keras-keras, supaya bangun. Sumpah, ini menyusahkan.

"Mark, yang bener aja lo! Masak pingsan sih!" keluh Chenle tak habis pikir.

"Paling tua tapi paling cupu," heran Jeno menggelengkan kepalanya.

"Gais, kalau itu Haechan.. ini siapa?" Jaemin menunjuk-nunjuk tubuh Haechan yang sedang terbaring di lantai dengan rambut yang menutupi wajahnya.

Biar kalian tahu, faktanya, Haechan sudah pingsan sejak awal. Ia pingsan saat melihat sosok Renjun palsu berubah.

"Anjay, ya kali─"

"Ah, gak seru banget sih.. tapi karena kalian udah tahu ya mau gimana lagi? Hehehehe~"

Sosok Haechan itu tiba-tiba memutar kepalanya tiga ratus delapan puluh derajat. Semuanya menahan napas, kemudian sosok itu tiba-tiba terkekeh menyeramkan. Ia menunjuk ponsel Jaemin.

"Ada pesan lagi tuh, coba dicek ya~ Hihi, bye-bye~"

Setelah itu sosok Haechan palsu menghilang dalam sekejab.

Jaemin mengatur napasnya dengan susah payah, yang terlihat santai hanya Chenle dan Jeno. Renjun, Jaemin, bahkan Jisung sudah bergetar hebat di tempatnya.

"J-Jaem, coba periksa ponsel lo deh," suruh Renjun takut-takut. Jaemin mengangguk kaku.
















unknown
| Selamat, sebentar lagi permainan akan dimulai!














































Setelah Haechan dan Mark, sekarang giliran Jaemin yang pingsan.

Into the Unknown ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang