"Cita-cita saya ingin menjadi anak Presiden, tapi karena sudah tidak mungkin lagi sebab Ayah saya meninggal. Akhirnya cita-cita saya sekarang menjadi pembantu Presiden."
Chenle tersenyum lebar menatap teman-temannya yang sudah menatapnya dengan lempeng.
"Nah, saya minta doanya ya teman-teman. Semoga sehabis lulus saya bisa magang di rumah presiden, mantan presiden juga gak apa sih.."
"Baiklah, sekian dari saya, terima kasih banyak."
Chenle membungkukkan badanya berkali-kali, namun tak ada tepuk tangan yang terdengar. Pemuda itu mengernyit, kemudian menatap Bu Rere yang di sebelahnya, menatapnya dengan kedua alis yang terangkat.
"Faedah cita-citamu apa, Chenle?" tanya Bu Rere tampak kesal.
"Gak ada, cuman kepingin aja," cengir Chenle santai.
"Lalu─"
"Udahlah, Bu. Saya itu yatim lho, masa ya cita-cita aja dikoreksi," omel Chenle tidak nyambung. Bu Rere mendelik. "Lah, iya dong! Sebagai Ibu guru yang baik saya harus─"
"Hoamm.."
Ucapan Bu Rere terputus sebab uapan mengantuk dari Jaemin yang tak tahu diri.
"Siapa yang suruh tidur, Jaemin?!" tanya Bu Rere membentak. Jaemin terperanjat dibuatnya, pemuda itu mengelus dadanya sabar.
"Ya ampun gak usah teriak-teriak Ibu Rere cantik, saya belum kekumpul nyawanya. Kalau nyawa saya yang belum kekumpul digondol kucing gimana?"
"Gak peduli! Kamu mau saya hukum?!"
"Eh, Bu Rere hari ini ganti lipstik ya," komentar Jaemin mengerlingkan matanya genit, alhasil Bu Rere segera salah tingkah. Chenle yang menyaksikan kejadian itu merotasi bola matanya malas.
Jaemin dengan tingkahnya.
"Ih, kok kamu tahu Jaemin.. kamu memang perhatian sekali ya dengan Ibu.." Bu Rere menepuk-nepuk pipinya, wajahnya sudah merah kayak kepiting rebus. Sorakan ejekan terdengar memenuhi ruangan.
"Iya dong, Bu. Ya gimana saya gak perhatian, Bu Rere cantik banget," komentar Jaemin. Chenle berdecih.
Cantik dari mananya?! Udah tua begitu, sadar umur dong! Batin Chenle rasanya ingin berteriak.
"Ya sudah, Chenle kamu boleh duduk. Jaemin, ayo giliran kamu."
"Waduh, Bu. Saya gak punya cita-cita."
"Yang bener aja."
"Rugi dong."
Bu Rere menatap tajam Chenle yang malah melanjutkan ucapannya, yang ditatap hanya nyengir aja. Gak begitu takut sebab Bu Rere ini guru yang aneh dan gampang dibujuk.
"Cita-cita itu penting loh, Jaemin," kata Bu Rere mendekat ke arah pemuda itu dengan serius.
"Ya gimana ya Bu, cita-cita saya kan nikahin Ibu," balas Jaemin lagi ngegombal.
"Huuuuuuu!" Sorakan di kelas kembali terdengar. Bu Rere yang digombalin lagi-lagi salting, wanita tua itu bahkan menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga dan tertawa sok anggun.
Hih, rasanya Chenle pingin muntah.
"Heh, ini jadi pelajaran gak sih?!" kesal Chenle lama-lama. "Bu Rere juga sadar umur dong," ceplosnya bar-bar. Bu Rere yang tadinya salting segera mendelik, ia menghampiri Chenle dengan marah.
"Heh, kamu iri ya sama saya Chenle?! Udah tua begini masih cantik?!"
"Iri dari mananya coba, sama Kekeyi juga cakepan Kekeyi," balas Chenle merotasi bola matanya malas. Bu Rere kembali mendelik, ia kemudian dengan tenaga penuh menarik telinga Chenle.
"AKH! YA AMPUN!!! SAKIT BU, SUMPAH GAK BOHONG!"
Jaemin sih bagian ketawa ganteng aja.
Seakan-akan tak mendengar teriakan Chenle, Bu Rere segera menyeret Chenle keluar kelas. Sepertinya Chenle akan menjadi samsak tinju Bu Rere hari ini.
"Jaemin."
Salah satu anak di kelas memanggil.
"Hmm?"
"Lo dipanggil Mark, ketua OSIS. Nanti katanya pas istirahat disuruh ke ruangan OSIS."
Jaemin mengangguk saja.
Drrtt drrttt
Kali ini ponsel Jaemin yang berdering, pemuda itu mengernyit melihat notifikasi yang tampil di layar kunci ponselnya.
unknown
| Selamat, kamu mendapatkan tiket gratis
menaiki kapal mewah ini!
| Wajib datang ya, seseorang akan
menunggumu hihihiApa maksudnya?
°°°
starring with;
°°°
Start : 19 Juli 2024
Finish :kembali lagi dengan
cerita misteri + thriller
milikku ini :)enjoy yaaa