"Kok hari ini sunyi banget ya."
Jaemin bersenandung sembari melipat handuk-handuk bergambar wajahnya. Jangan tanya dapat dari mana, jelas Jaemin buat sendiri. Jumlahnya hampir sepuluh, dan sekarang semua handuk itu dibawa oleh Jaemin. Heran, tujuannya apa cobam
Ya beginilah orang narsis. Haechan sampai kadang heran sendiri, bagaimana bisa ada orang sepede Jaemin di dunia ini?
"Mending lo tidur. Udah hampir subuh," peringat Haechan yang mulai mengantuk.
"Iya, nanti. Oh ya, ngomong-ngomong besok kita sarapan apa? Kayaknya di sini gak ada orang," ucap Jaemin.
"Ada orang, gue sempet lihat sedikit nahkoda kapal ini sama beberapa pelayan. Walau gak jelas mukanya."
"Terus orang-orang itu gak lo ajak bicara?" tanya Jaemin lagi. Haechan menggeleng. "Keburu takut gue lihat wajahnya yang pucat, mana gak ada senyum sama sekali."
"Hah, pucat?!" Jaemin mendadak panik. "Mereka bukan hantu kan?!"
"Kalau hantu pun bodo amat lah, yang penting mereka bisa kerja," balas Haechan sekenanya. Makhlum, ia sudah lelah.
"Oh, Jaem. Gak ada pesan lagi kah dari orang anonim itu?" tanya Haechan kemudian.
"Gak ada."
Haechan menghela napasnya pasrah, ia kemudian rebahan. Menatap langit-langit kamar dengan penuh arti.
"Gue mau keluar dulu lah─"
"JANGAN!"
"EH PITIK BABI!" Jaemin yang hendak membuka kenop pintu terperanjat kaget oleh suara melengking Haechan. Pemuda itu bangun dari rebahannya dengan tak santai.
"Lo santai aja dong! Gue kan jadi kaget, gimana kalau gue mati karena jantungan?!" omel Jaemin. Haechan tak mempedulikan ucapan Jaemin, pemuda itu malah mengecak jendela dan setelahnya menutup tirai-tirai.
"Lo kenapa sih?" bingung Jaemin.
"Sebenernya gue lihat sesuatu pas awal banget kita menginjakkan kaki di kapal ini," ucap Haechan serius, ia duduk di atas kasur diikuti oleh Jaemin.
"Apa? Lo gak usah bikin gue takut!"
"Ada peraturan di sini." Haechan melirik ke kanan kiri dengan cemas, takut-takut ada yang terdengar. Pemuda itu kemudian memelankan ucapannya.
"Katanya dilarang keluar kamar lebih dari jam 12 malam, kita disuruh menjauhi air dan segala jenisnya," ujar Haechan memberi tahu, ia berbisik. Jaemin yang mendengar malah tertawa.
"Heh, lo percaya begituan?"
"Itu aturan Jaemin."
"Ya aturan ada untuk dilanggar, lagipula mungkin aturan itu ditulis supaya gak menganggu ketenangan. Yang penting kan kita gak berisik, toh yang ada di kapal ini cuman kita."
"Tap─"
"Dah, gue keluar dulu." Jaemin melambaikan tangannya sembari terkikik geli, pemuda itu lalu keluar kamar dengan santainya.
Haechan menghela napasnya, Jaemin ini keras kepala sekali sih. Kalau terjadi sesuatu pada pemuda itu, jangan salahkan Haechan.
Haechan kan sudah memberi tahu.
Akhirnya, Haechan memilih tidur lebih dulu meninggalkan Jaemin yang entah sekarang ke mana.