[18]

114 17 3
                                    

"Injun, ini benar-benar kau?" Mark memastikan. Entah mengapa rasanya seperti mimpi melihat renjun kembali. Mark menangkup wajah mungil renjun, memastikan bahwa renjun nyata.

Renjun pun tertawa kecil sambil mengangguk angguk. "Ini injun, tuan. Tuan Mark," ucap renjun.

Mark kembali memeluk renjun, seakan tak ingin rubah manis itu pergi lagi. Entah sadar atau tidak, tetapi respon tindakan Mark sepertinya berlebihan, seperti melihat seorang kekasih yang baru saja kembali. Perasaannya sangat bahagia. Saking antusiasnya, Mark sampai tak bisa mengontrol suaranya yang cukup nyaring sehingga bisa saja didengar oleh pemburu lain yang berkeliaran di hutan tersebut.

"Tuan.. hei.. ssstttt!" Renjun terpaksa melepaskan pelukan Mark kemudian memperingatkan Mark agar tidak berisik.

"Tuan, jangan berisik, kita berada di dalam hutan, bisa saja salah satu pemburu atau temanmu melihat kita. Dan.. lihat wujudku!" Ucap renjun mengingatkan.

Seketika Mark langsung melihat wujud renjun yang berwujud manusia setengah rubah. Telinga lancip itu.. ah, Mark kembali dibuat gemas. Tetapi sekarang bukan saatnya untuk gemas gemas melihat renjun.

"Ah maaf.. aku lupa." Mark segera mengecek tasnya untuk mencari sesuatu, tetapi kemudian sadar ia tidak membawa apa yang dicarinya.

Mark menatap renjun. "Aku tidak membawa jubahnya," kata Mark.

Renjun terkekeh kecil. "Injun tau, tapi itu tak perlu untuk sekarang. Aku akan berubah menjadi rubah dulu tuan," jawab renjun.

"Apa tuan sudah selesai berburu? Aku tidak melihat ada hewan hasil buruan mu?" Renjun memperhatikan Mark yang masih tampak kosong tanpa membawa apapun kecuali alat berburu.

"Aku belum mendapatkannya karena tidak bersemangat," ujar Mark lesu.

"Kenapa?"

"Karena terus memikirkan rubah manisku yang beberapa lama ini hilang."

Renjun reflek memukul lengan Mark diikuti rasa malu dan rona merah di pipinya. Renjun tersipu.

"Bukan saatnya menggombal tuan,!"

Mark tertawa gemas sambil mencubit hidung Renjun. "Masih tsundere ternyata," goda Mark.

"Ish!" Renjun menangkis tangan Mark kesal. "Sudahlah, ayo injun bantu berburu. Injun tidak mau kelaparan ya nanti. Injun sudah lapar!" Ucap renjun.

Mark terlalu gemas akan tingkah renjun, tapi benar sekarang bukan waktunya untuk itu. Ia pun dengan semangat melanjutkan berburunya bersama Renjun.

~∆∆∆∆∆~

Seperti biasa, Renjun tidak pernah mengecewakan jika dalam hal berburu. Hanya dalam watu setengah hari, Mark yang tadinya tidak mendapat apa-apa pun akhirnya pulang dengan membawa banyak hewan buruan.

Dikarenakan hari mulai gelap Mark pun memutuskan untuk menjual hewan buruannya esok hari. Renjun sempat memaksa untuk pergi ke pasar hari ini juga karena ia sangat menyukai pasar, tetapi Mark menolak dan memutuskan dengan tegas bahwa pergi ke pasar nya besok saja karena lelah.

Usai makan malam renjun dan Mark duduk di bangku kayu yang biasa mereka duduk dulu. Rasanya masih seperti mimpi Mark bisa melihat renjun lagi. Ia memperhatikan satu sama lain hingga terjadilah situasi canggung.

Renjun mengalihkan pandangannya lebih dulu, menghindari tatapan Mark yang aneh.

"Kenapa tuan menatapku seperti itu," ujar Renjun lirih. Sudah beberapa lama, kini Renjun kembali merasakan debaran jantung yang hanya dirasakan ketika bersama Mark.

Pemburu dan Manusia Rubah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang