Mark sampai di rumahnya, sebuah rumah sederhana di tengah perkampungan yang jauh dari kota. Mark tinggal seorang diri, tidak memiliki anggota keluarga selain kerabat dekat seorang paman.
Ia memasuki rumahnya, meletakkan peralatan berburunya lalu meletakkan rubah yang ditemukannya tadi ke kursi kayu dengan hati-hati karena takut menyakiti rubah lucu tersebut. Begitu turun dari gendongan mark, sang rubah langsung menggeram galak sambil memundurkan tubuhnya seolah menghindari mark. Bulunya langsung mengembang sempurna menandakan amarah dari si rubah.
"Hei, jangan takut. Aku tidak akan menyakitimu," ucap Mark kembali mendekat hendak meraih rubah tersebut, namun tangannya justru dicakar ganas oleh si rubah, membuat mark terkejut.
"Aw~ ternyata kau cukup galak, rubah, padahal kau terlihat lucu." Kata mark. Meski begitu mark tidak marah, ia justru gemas. Lagipula lecet akibat cakaran rubah tadi tidak begitu serius.
"Aku pikir seekor rubah sedikit mengerti bahasa manusia, kan? Karena rubah termasuk hewan peliharaan manusia." ujar Mark lagi. Dengan hati-hati mark kembali mencoba membujuk si rubah agar mau diraih sebab mark harus mengobati luka akibat kayu yang menimpa tadi.
"Sungguh, kemarilah aku akan merawat lukamu." katanya lembut sambil meraih si rubah. Dan benar saja, rubah tersebut langsung menurut, tidak menghindar atau menggeram lagi seperti tadi.
"Rubah pintar." puji mark mengelus bulu si rubah.
"Tunggu disini, jangan kabur, aku akan mengambil obat." Mark masuk ke dalam kamarnya untuk mengambil obat dari tabib yang dulu pernah ia miliki saat mengobati seekor kucing hutan yang terluka. Mark memang seorang pemburu, tapi dia juga seseorang yang penyayang binatang.
Sekembalinya dari kamar dengan sebuah obat, mark mulai mengobati luka rubah tadi dengan hati-hati. Si rubah merintih kesakitan saat merasakan lukanya diberi obat. Mark dengan lembut dan telaten mengobati luka si rubah sambil ditiup tiup agar tidak begitu perih bagi si rubah. Setelah selesai mark membiarkan rubah tersebut di tempatnya.
"Aku yakin itu pasti perih. Tapi mohon tahan ya, mungkin besok sudah kering dan tidak sakit lagi." kata mark seolah rubah tersebut mengerti ucapannya.
"Sekarang istirahatlah, aku akan mandi dulu."
Mark pun beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya setelah seharian berkelana didalam hutan untuk berburu.
***
"Kenapa dia sangat baik? Atau dia hanya akan merawat lukaku hingga sembuh lalu aku akan dijual?" gumam renjun setelah tidak ada mark disana.
"Ugh.. Perih. Ayah, injun mau pulang.," rengek renjun. Ia ingin kabur dan pulang, tapi luka di tubuhnya membuat renjun tidak bisa bergerak.
"Tapi... Sepertinya dia memang orang baik, terlihat dari sorot matanya yang begitu lembut dan tulus saat mengobati lukaku." kata renjun. Namun hanya sesaat ia lalu menggelengkan kepalanya mengusir pikiran positif barusan. Renjun tidak boleh mudah percaya pada manusia, kan . Apalagi seorang pemburu.
"Kau harus kabur, injun." tekad renjun pada dirinya sendiri. Namun belum sempat renjun mencoba menggerakkan tubuhnya, si pemburu sudah kembali dari acara mandinya.
Renjun terbengong sesaat ketika melihat wajah bersih nan fresh milik si pemburu. Tampan, pikir Renjun. Sangat berbeda dari si pemburu yang tadi berpenampilan lusuh nan dekil saat berburu.
Tanpa ia sadari mark sudah mengangkat tubuhnya ke dalam pangkuannya, dibelai begitu lembut hingga membuat renjun nyaman.
"Tubuhmu kotor, mau ku mandikan tapi masih ada luka basah di tubuhmu, nanti perih. Nanti setelah luka mu sembuh aku akan membersihkan mu dan memandikan mu." ujar mark.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pemburu dan Manusia Rubah
De Todomark x renjun semua bermula dari saat Mark menyelamatkan seekor rubah malang yang tertimpa kayu ditengah hutan, hidupnya jadi berubah. [bxb] [fantasi] mungkin... original story by @lionhuang 2021