[3] Ketahuan?

1.2K 264 34
                                    

Kukuruyuk~~~~~~~

Pagi menjelang, mark terbangun ketika mendengarkan suara ayam juga rasa sakit pada badannya. Saat terjaga, barulah ia tersadar bahwa dia tidur di kursi dan dalam posisi duduk. Sementara itu si rubah masih setia tidur dipangkuannya bahkan mendusel ke perutnya seakan mencari kehangatan, sebab semalam udara lumayan dingin.

Mark menguap sesaat. Matanya tertuju pada tangan yang terbalut perban berupa kain. Mark mengernyit bingung.

"Kapan aku melakukan nya?" Gumam mark. Yang diingat mark tidak pernah mengobati lukanya, ia bahkan mengabaikan tangannya yang terluka dan memilih merawat luka si rubah. Lalu... Siapa yang melakukannya?

Kini pandangannya teralih pada sosok yang berada di pangkuannya. Seakan melupakan rasa penasarannya akan luka yang tiba-tiba terbalut perban, mark justru tersenyum melihat lucunya si rubah tidur. Ia elus si rubah yang terlihat masih pulas dalam dekapannya itu.

"Kedinginan, ya?" kekeh mark sambil memeluk rubah itu. Namun tindakannya justru membangunkan si rubah karena merasa terganggu. Mata bulat itu terbuka, menampakkan bola mata rubah yang amat lucu.

"Selamat pagi...." Mark menjeda ucapannya saat terpikirkan akan nama rubah yang baru dia temukan kemarin. "Sepertinya aku harus memberikan mu nama agar aku bisa memanggilmu?"

Si rubah menatapnya diam melihat mark tampak bepikir.

"Miho? Bagus tidak?"

Namaku Renjun!

Batin Renjun kesal.

"Miho. Ya, namamu sekarang adalah Miho. Mengerti, Miho?" mark usap pucuk kepala rubah manis itu yang justru mendapatkan respon berupa geraman garang.

Mark mengernyit heran. "Kenapa? Kau tidak suka dengan nama itu? Apa seekor rubah juga bisa protes karena diberikan nama yang tidak disukainya?" tutur mark.

Si rubah kembali menggeram. "Tentu saja, karena namaku Renjun! Lebih manis daripada Miho, tau!"

Mark tertawa melihat geraman si rubah. "Kalau begitu aku panggil rubah manis saja. Suka, hm?"

Kali ini Renjun beranjak, lalu menduselkan bulunya di perpotongan leher mark sambil sesekali memberikan jilatan pada kulit leher mark sebagai respon baik.

"Hahahah.. Hei geli. Kau menyukai dipanggil manis ternyata." Mark peluk rubah itu dengan gemas lalu kembali menurunkan si rubah.

"Sudah siang, aku harus pergi berburu." ujar mark sebelum bersiap untuk memulai aktivitas harinya seperti biasa yaitu berburu.

Beberapa menit mark selesai bersiap, lengkap dengan alat panah di punggungnya, lalu berjongkok berniat berpamitan dengan teman barunya.

"Aku pergi dulu. Jangan kemana-mana ya, dirumah saja. Aku tidak mau penduduk menemukanmu, nanti mereka menangkap mu." ujar mark.

Sejujurnya mark tidak ingin meninggalkan renjun sendirian di rumahnya, tapi membawa renjun ikut berburu juga tidak mungkin karena renjun masih sakit. Akhirnya ia memutuskan untuk bicara baik-baik pada rubah manis itu agar tetap berada didalam rumah dan tidak keluar.

"Jangan tinggalkan aku di rumah sendirian." Si rubah menggeram pelan sambil menggesek-gesekkan badannya di kaki mark seakan tak ingin ditinggal.

"Aku harus berburu, mencari makanan untukku juga untuk mu. Kau tentu lapar, kan?" ucap mark mengelus si rubah.

"Aku pergi." Mark melangkah keluar untuk pergi berburu. Namun lagi lagi Rubah itu kembali mengikutinya di belakang sambil mengibaskan ekornya.

"Hei, kau benar-benar tidak ingin ditinggal?" Mark kembali berjongkok menghadap renjun, menatap mata si rubah yang menyorot kesedihan tidak ingin ditinggal.

Pemburu dan Manusia Rubah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang