[8] Perasaan terlarang

870 177 8
                                    


Renjun terbangun saat merasakan pening di kepalanya juga kicau burung yang meramaikan hari. Ketika Renjun membuka matanya ternyata hari sudah pagi. Kicau burung terdengar bersahutan dan sinar matahari mulai muncul memancarkan sinar hangat nya. Padahal semalam habis hujan deras tapi pagi ini terlihat sangat cerah.

"Injun, kau sudah bangun?" Tegur seseorang dari dapur.

Renjun menoleh hanya untuk melihat si pemilik suara. Mark menghampiri nya dengan semangkuk sup panas berisi sayuran.

"Merasa lebih baik?" Tanya mark sambil mendudukkan diri sampingnya.

"Aku kenapa?" Renjun balik bertanya bingung saat mark melontarkan pertanyaan yang seolah-olah renjun baru saja kenapa-kenapa.

"Kau pingsan."

"Pingsan? Kenapa bisa??" Jujur, Renjun memang tidak mengingat apapun, atau lebih tepatnya belum teringat apapun. Kepalanya juga terasa sakit.

"Kau tidak ingat?"

Renjun hanya menggelengkan kepalanya bingung saat melihat raut gugup mark. Seperti, malu atau canggung.

"Aku juga tidak tau kenapa kau tiba-tiba pingsan. Tapi itu terjadi saat kau dan aku.. Eumm.. Berciuman."

"Berciuman?!" Renjun sontak berteriak kaget dengan mata melebar sempurna. Tubuhnya mundur perlahan seakan menghindari mark dan pikirannya melayang kemana-mana. Lagipula, kenapa mereka berciuman?!

Melihat respon itu mark segera melambaikan tangan nya panik berusaha menyangkal pikiran-pikiran kotor renjun.

"Tidak, tidak. Tidak ada yang terjadi diantara kita selain hanya berciuman. Aku bersumpah!" Sangkal mark.

Renjun sedikit tenang, namun masih bingung. "K-kenapa kita bisa berciuman?" tanya Renjun sambil menahan malu melontarkan pertanyaan ambigu tersebut.

"Eum.. Entahlah. Kau kedinginan, aku memelukmu, dan yah.. Aku menciummu." Tutur mark terlampau jujur. Nyaris Renjun mencabik-cabik mark dengan kuku tangannya jika tidak ingat mark sudah menolongnya selama ini. Meskipun begitu Renjun tetap berusaha mengingat ingat kembali apa yang terjadi semalam sehingga Renjun pingsan.

"Makanlah dulu supaya kau cepat pulih. Kau terlihat pucat." Ucapan mark membuat Renjun berpikir sambil menyentuh bibirnya.

Berciuman dengan mark?

Tiba-tiba jantungnya berdebar kencang, merasa gugup dan senang kala mengingat kejadian semalam bersama mark. Namun disaat yang sama Renjun pun merasakan nyeri yang kembali menyerang kepalanya.

"Akh!!"

Renjun menggertakan giginya sambil meremas kepala kuat-kuat mencoba mengusir denyutan sakit dikepalanya. Matanya kembali bersinar merah. Renjun menggeram layaknya seekor rubah. Ekornya dan telinganya bergerak liar seiring debaran jantungnya yang semakin berantakan. Perlahan wujudnya berubah menjadi seekor rubah.

Tidak.

Kumohon jangan.

Ini tidak benar.

"Injun, kau baik-baik saja?" Mark kembali dan mendapati renjun telah berubah wujud menjadi seekor rubah.

Tidak menyadari kondisi si rubah yang sedang tidak beres, mark justru tertawa sambil mengajak bicara si rubah.

"Kenapa merubah wujudmu, hm?" Tanya mark kemudian. Namun renjun justru menggeram galak lalu berlari keluar rumahnya menuju hutan.

"Injun!"

Mark yang terkejut segera berdiri dan berlari ke pintu untuk melihat rubah Renjun perginya kemana. Dan sosok rubah itu pun lenyap tak terlihat.

Kenapa Renjun pergi?

"Apa yang terjadi." Gumam mark.

***


Sementara itu Renjun yang terus berlari entah kemana di dalam hutan rimba itu kini menghentikan langkah nya tepat dibawah pohon yang sangat rindang. Ia duduk di bawahnya dimana akar-akar pohon besar itu menjulur keluar menembus tanah.

Renjun terengah-engah sambil terus mengerang.

Tidak boleh. Ini salah.

Aku, tidak boleh mencintai mu, mark. Tidak boleh.

Renjun terdiam mencoba merasakan debaran jantungnya yang masih belum reda. Semakin ia mengingat mark justru semakin renjun merasakan sakit. Matanya terus memancarkan sinar merah yang sulit sekali redup sebab Renjun terus kepikiran mark

Renjun senang ketika memikirkan mark, namun juga tersiksa akan dampaknya yang menyerang kepalanya.

Kumohon, hilangkan rasa ini.

Mata sang rubah terlihat berkaca-kaca. Renjun menangis, meratapi perasaan nya salah terlarang.

Kenapa.

Kenapa Renjun tidak boleh menyukai mark padahal ia sudah jatuh hati pada pemuda itu.

Tapi, sekali lagi, perasaan itu terlarang.

Maafkan aku, mark.

Bersambung..

Pemburu dan Manusia Rubah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang