TOM 25 [Ketakutan Gina] ☑️

1.9K 109 0
                                    

Aku menggenggam erat secarik surat dari Kanaya, luruh airmataku seketika di buatnya.
Betapa tersiksanya Kanaya selama ini, bahkan seseorang yang seharusnya menjaga, memberikan ketenangan, dan memberikan masa depan cerah pada anaknya malah merusak mental, fisik dan batin Kanaya, dengan penderitaan yang di berikan oleh ayahnya sendiri.

Seorang ayah yang bejat, tidak punya perasaan dan hati nurani sama sekali, sampai akhirnya hidup Kanaya harus berakhir memilukan seperti ini.

Ku simpan surat terakhir dari Kanaya ke dalam saku baju gamisku, kemudian aku langsung beranjak keluar.
Ada rasa takut di hati, jika tiba-tiba ki Jono datang dan tahu aku ada disini, pasti dia tidak akan segan-segan mem b u n u h ku.

#KRIETTTTTTT

Baru saja hendak melangkahkan kaki keluar, pintu perlahan tertutup dengan sendirinya.
Terdengar suara langkah kaki seseorang mendekat, saat itu juga aku tidak bisa berkutik. Aku hapal siapa di balik pemilik suara itu. Ki Jono!

"Aku tau kamu di dalam, Gina!" Ucap suara ki Jono pelan, namun sangat menekan.

Seluruh badanku langsung gemetar, keringat dingin bercucuran, jantungku berdegup sangat kencang.

"Dimana kamu? K e l u a r! Jangan main-main sama aku!"

"Kamu sudah berani mencampuri urusanku, tapi kamu tidak berani bertemu denganku, Gina?!" Serunya dengan penuh amarah.

"Keluar kamu! Semakin banyak kamu tau tentangku, akan ku pastikan kamu akan m a t i di tanganku, seperti istri dan anakku!!" Kerasnya.

Aku tidak bisa berbuat banyak selain berdoa, ki Jono semakin mendekat.

"Cuihhhhh! Ternyata benar ya, anak sialan itu pernah mengajak kamu kemari? Apa yang dia katakan,??"

Aku mundur beberapa langkah, mentok di sudut dinding setelah melihat sepasang mata tajam itu seperti sudah siap menerkam mangsanya.

Kedua tangan ki Jono mengepal kuat, amarahnya memuncak hingga jelas wajahnya, sudah merah padam.

"Kamu tak bisa lolos dariku!" Ucapnya lantang.

Aku menjauhi pintu, hingga menabrak kursi kayu yang sudah sangat berdebu.

"Aku tau, janin mu berhasil lolos dari mertuamu yang bodoh itu, karena Hari lah yang menggagalkan nya.
Aku juga sudah tau, kamu masih hidup, meskipun sudah di incar, menjadi tvmbal-nya si Yanti dan suaminya, yang sudah menghidupkan arwah Andra kembali.
Tapi jangan harap kamu bisa lolos dari cengkeramanku. Anak ingusan sepertimu, gampang sekali ku habisi.
Lihatlah sekarang, sekali dayung saja, aku dapat 2 orang sekaligus, dan itu sudah ada di depan mata."

"Percuma bersembunyi dan mengindar, karena kamu sudah masuk ke kandang singa sendiri, dan aku sudah menemukan mu sekarang!"

Ki Jono tertawa puas melihat wajahku kian memucat karena ketakutan.
Bibirku bergetar hebat, doa tak berhenti ku ucapkan, berharap ada keajaiban dari Tuhan.

Saat hendak menangkapku, tiba-tiba ki Jono menghentikan langkahnya dan terdiam sesaat, tatapan nya kosong.
Saat itulah ada kesempatan aku untuk lari, namun sayangnya ki Jono menutup pintu kamar dengan segera dan menghalangiku.

"Aku di larang membunvhmu, katanya." Ki Jono menunjuk ke arah dinding.

"Dia ingin, aku memenuhi rahim mu dengan benihku terlebih dahulu.
Kamu sangat menggoda sekali, aku suka dengan wanita yang sedang hamil besar seperti kamu. Terkesan seksi dan yang jelas sensasinya sangat berbeda." Ucap ki Jono lirih dengan senyum menyeringai.

Aku terdiam, rasa takut beradu. Lebih baik aku di b u n u h secara langsung daripada di lecehk4n manusia set a n itu terlebih dahulu.

"Jangan melamun begitu, kamu nanti akan mati kok, tenang saja, sabar dulu sebentar.
Sebelum kamu m4ti, kita main dulu ya, nikmati surga dunia dariku.
Aku akan menikm4t1 seluruh tubuhmu sampai pu4s, setelah itu baru ku lenyapkan, sama seperti istri kurang ajar dan anak sialanku, itu. Kamu ingin bertemu Kanaya, kan? Akan ku kabulkan  nanti." Ki Jono semakin mendekat, ia hendak menangkapku kembali.

Aku berlari, menghindar sekuatku, namun salah satu kakiku di tarik kuat oleh ki Jono, sehingga membuatku jatuh dengan posisi telungkap.

#BUGGGGGGGG AAAA-AA

Perut besarku tertimpa beban berat tubuhku sendiri dengan sangat keras, hingga membentur ke lantai berulang kali.
Sakit dan nyeri hebat di perut sampai terasa ke seluruh badan, tendangan yang sedari tadi kurasakan mendadak diam.
Namun aku masih bisa memaksakan diri untuk berontak dan menendang ki Jono dengan kedua kaki, tapi sayangnya aku terlalu lemah, tenaga ki Jono lebih kuat dariku sehingga ki Jono berhasil membuat tubuhku benar-benar terkunci.

Aku tidak bisa bergerak sama sekali, aku aku tidak mampu lagi melawan ki Jono karena sakit perutku semakin dahsyat, luar biasa.
Darah mengalir deras dari jalan lahirku, saat itu juga aku merintih kesakitan, aku meminta ki Jono agar melepaskanku, namun tidak ada sedikitpun belas kasihan darinya.

Ki Jono malah semakin senang melihatku menderita, merintih kesakitan.

"D a r ah?"

Ki Jono mencolek darah yang jatuh ke lantai itu dengan jari telunjuknya.

"Kamu mau melahirkan, ya?"

Mulut dengan aroma tembakau itu nyaris menyentuh bibirku, aku langsung membuang wajah, sungguh aku tak sudi!

"Kamu tau? Bercinta dengan wanita yang sedang kontraksi begini itu nikmat, loh!" Ki jono tersenyum menyeringai kembali.

"Apalagi, kalau sudah banjir darah begitu,i. Aku senang di suguhkan ken1kmat4n seperti ini, akan ku lakukan dengan senang hati,"

Kini mulutku di bekap oleh ki Jono, aku tak bisa bersuara dan seolah mulutku langsung terkunci. Ki jono dengan cepat membuka kancing bajunya dan seluruh pakaian yang ia kenakan, kemudian ki Jono segera menaikan baju gamisku dengan sorot mata tajam, mulutnya tersenyum lebar.

Aku histeris tanpa bisa mengeluarkan suara, merasakan sakit yang tak tertahankan, namun ki Jono terus saja melanjutkan aksi brvt4lnya.

"Siap-siap. Pedangku akan masuk sekarang juga! Kamu merintih menahan sakit begitu, malah membuatku semakin bersemangat.
Hapus air matamu sekarang, karena sebentar lagi air yang lain akan keluar dari jalan yang lain.
Aku tak mau berbasa-basi lagi, aku tidak bisa menahan gejolak, kita akan mulai sekarang!"

Tinggal beberapa (cm) lagi, tiba-tiba seseorang masuk dengan amarah yang menggebu-gebu.
Seseorang itu langsung melayangkan tinjunya sekuat tenaga ke wajah ki Jono, kemudian di susul oleh seseorang lagi, dia berhasil menendang area kelemahan ki Jono, dengan sangat keras hingga membuat ki Jono terhuyung, berteriak kesakitan dalam posisi tanpa sehelai benangpun.

Entahlah, aku tidak tau siapa mereka yang datang menolongku.
Saat itu pandanganku sudah buram, tidak jelas, rasa sakit ini membuatku tak sadarkan diri.
Semuanya gelap gulita, aku tak bisa mendengar apapun, hening.

🍁

BERSAMBUNG

TAKUT ORANG MATI? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang