TOM 08 [Syirik] ☑️

2.1K 130 1
                                    

"Ada mahluk yang mengganggu Ifa di rumah ini!" Ucap pria tua berbaju hitam.

#Uhukk-uhukk!

Aku sampai batuk-batuk menghirup asap rokok lintingan tembakau orang itu.
Terpaksa aku keluar karena di minta ibu mertuaku untuk membuatkan kopi dan meletakannya di atas meja.

"Jadi kami harus bagaimana. Apa ki Jono punya solusi?" Jawab ibu mertuaku cemas.

Begitupun Dini dan kak Rara tak kalah panik.

"Setiap hari lahirnya, buat sesaji weton. Lalu Bakar kemenyan ini di belakang rumah dan kamarnya, setiap menjelang maghrib!"

Orang yang di sebut ki Jono itu memberikan beberapa kemenyan yang sudah di beri mantra, kepada ibu mertuaku.

"Astaghfirullah!" Aku terkejut dan spontan beristighfar dengan suara keras, sehingga membuat mereka semua menoleh ke arahku.

"Lalu bagaimana lagi?" Ucap Dini melanjutkan, tanpa menghiraukan istighfar yang keluar dari mulutku yang begitu saja.

"Ada air? Minta satu botol!" Pintanya lagi.

Tanpa basa-basi mbak Rara mengambil air di dalam botol dan di serahkan kepada ki Jono.

"Bawa anaknya kesini!" Perintahnya.

Lalu kali ini, Dini yang menggendong Ifa ke depan dengan tergesa-gesa.

Entah sedang apa ki Jonoo itu. Mulutnya berkomat-kamit layaknya sedang membaca mantra.
Lalu setelah selesai, di tiup lah beberapa kali ke ubun-ubun Ifa dan tiupan terakhirnya itu ke dalam air tersebut, bahkan sedikit ludahnya masuk ke dalam botol tersebut.

"Ya Allah, ya Tuhan!"

Setelah itu ki Jono menyentuh Ifa, dia mengeluarkan benda yang di keluarkan di saku bajunya.
Pebuah benda yang mirip dengan pipa rokok, warnanya putih, bentuknya pipih.

Apa itu?

Lalu benda itu di usapkan ke bagian kepala dan ke seluruh tubuhnya yang terlihat sembari berkomat-kamit.

•~~~•

✳️ BAHAYAKAH DOSA SYIRIK?

Apabila engkau berbuat syirik (syirik akbar) maka akan gugurlah seluruh amalanmu, dan sungguh engkau akan menjadi orang yang merugi (di neraka Jahanam)" (QS. Az-Zumar: 65).

"Kalau seandainya mereka berbuat kesyirikan maka akan gugur seluruh amalan yang telah mereka lakukan" (QS. Al An'am: 88).

✳️ AKIBAT DOSA SYIRIK

Pelaku syirik akan kehilangan sifat kemuliaannya, karena syirik membuat jiwa mereka tunduk dan patuh kepada sesuatu selain Allah yang rendah dan hina. Sesungguhnya kemuliaan itu hanyalah milik Allah, Rasul-Nya, dan hamba Allah yang beriman. 5. Terhapusnya amal kebaikan.

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), dan Dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa mempersekutukan Allah, maka sungguh, dia telah berbuat dosa yang besar."

•~~~•

🍁

"Nggak mau! Ifa nggak mau makan!" Ifa menolak suapan dari ibunya.

Bukan hanya ibunya, Ifa juga mrnolak suapan Mbak Rara dan Ibu, mereka juga tidak bisa membujuk Ifa untuk makan.

"Makan dulu ya, sedikit aja gak apa-apa yang penting perut kamu terisi." Ucapnya mulai kewalahan.

Tetapi tetap saja, Ifa menolak suapan Dini dengan menutup seluruh badannya dengan selimut.

"Gina, Gin!" Panggil ibu mertuaku keluar dari kamar.

"Iya, Bu." Jawabku menghampiri.

"Tolong, coba kamu bujuk Ifa. Siapa tau kalo kamu yang suapin, Ifa mau makan."

Setelah itu, ku letakan sapu dan mencuci tangan terlebih dahulu sebelum masuk ke kamar Ifa.
Aku berusaha membujuk Ifa agar dia mau makan sedikit demi sedikit.

"Anak pintar, makan ya.
Katanya Ifa mau sembuh? Kan sebentar lagi Ifa mau daftar sekolah." Bujukku.

"Tapi sedikit aja ya, Tante!" Jawabnya tanpa banyak drama, ia membuka wajah yang ditutup selimut perlahan.

"Iya, sedikit nggak apa-apa. Yang penting Ifa makan. Nanti bisa main lagi sama tante Gina. Yuk duduk dulu, Sayang."

Beberapa suap sudah masuk ke dalam perutnya.
Ibu mertuaku sudah keluar dari kamar, mungkin dia sedang menyelesaikan mencuci piring.

Dini juga belum selesai menjemur pakaian.

"Tante, Ifa mau sembuh," Ifa memegang tanganku, matanya berkaca-kaca seperti meminta pertolongan.

"Iya, Ifa nanti juga sembuh kok," Jawabku.

"Badan Ifa sakit semua, kepala Ifa sakit, rasanya panas, nggak enak!" Ucapnya lagi.

"Ifa udah bilang sama Ibu belum? Atau enggak, sama Nenek?" Tanyaku.

Ifa menggeleng.

"Nggak mau, kalo Ifa bilang pasti mama manggil orang itu lagi! Ifa takut." Jawabnya dengan polos.

Mungkin yang di maksudnya adalah, Ki Jono.

Aku yang mendengar pengakuan bocah kecil itu, merasa Iba.

Kenapa mereka tidak mau membawa Ifa berobat?

Bahkan saat akan ku berikan obat saja, mereka murka dan membuang obat dari tanganku ke tong sampah.

"Tante," Panggilnya.

Aku menoleh, "I y a,"

"Ifa mau minum obat," Ucapnya dengan suara lirih, berbisik ke telingaku.

Aku terkejut dan langsung menempelkan tanganku ke dahinya, "Demamnya masih sangat tinggi!"

Sebenarnya Ifa sudah harus di ajak berobat ke dokter sejak kemarin karena demam sudah lebih dari tiga hari.
Tapi apa boleh buat, aku tidak bisa membawanya ke dokter, apalagi kalau ibu mertuaku tau.
Aku pasti akan di marahi habis-habisan.

"Begini saja, karena tante nggak bisa ajak Ifa berobat, tante akan belikan obat lagi buat Ifa, ya. Kan obat kemarin udah di buang sama tante Rara?
Tapi Ifa harus janji sama tante Gina, jangan bilang-bilang sama mama, nenek atau yang lainnya. Ifa bisa kan jaga rahasia?"

Ifa mengangguk. "Janji, Ifa janji,"

Sebenarnya tidak baik mengajarkan anak kecil berbohong, tapi ini semua demi kebaikannya sendiri. Apa salahnya berusaha dengan cara yang sehat setelah berdoa?

Obat yang kemarin ku beli, sudah tidak ada lagi di tempat sampah. Mungkin sudah mereka buang jauh-jauh dari rumah.
Lagipula kalaupun masih ada, aku juga tidak mungkin mengambilnya kembali.

Setelah kejadian itu, aku lah yang selalu menyuapi Ifa agar dia mau makan. Setelah semuanya keluar, aku berikan paracetamol drops kepada Ifa diam-diam.

Setelah 2 hari, demamnya turun dan mulai stabil, suhu tubuh sudah normal, Ifa mulai sehat dan nafsu makannya lahap kembali.

"Tante, terimakasih ya! Badan Ifa udah nggak sakit lagi, kepalanya juga udah sembuh," Senyumnya merekah.

"Allhamdulillah, berterimakasih sama Allah sayang, dia yang menyembuhkan Ifa." Jawabku.

Ifa mengangguk dan mengucapkan alhamdulilah. Aku tersenyum ke arahnya.

"Anak yang pintar!"

Semoga Ifa tumbuh menjadi anak yang sholeha. Semoga kelak dia menjadi penerang di tengah kegelapan keluarganya.

Tugasku berusaha membuang pemikiran salah di otaknya.
Semoga seiring berjalannya waktu, mas Hari akan sadar dan mendapatkan hidayah dari Allah.

Note: Hidayah itu bukan ditunggu, melainkan harus di cari.

Semoga Gina menjadi perantara hidayah suaminya juga nanti.

🍁

Bersambung.

TAKUT ORANG MATI? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang