TOM 15 [50 juta] ☑️

1.8K 97 0
                                    

"Dek, mas pulang sekarang. Tunggu di rumah ya," Tulis pesan dari mas Hari.

Entah kenapa setelah mendengar pembicaraan mereka via telepon yang lupa mas Hari matikan, aku jadi malas membalasnya.
Aku kecewa dengan mas Hari, kenapa ada rahasia yang suamiku tutupi dengan keluarganya. Padahal aku ini adalah istrinya! Meskipun aku hanya keluarga baru mereka yang sangat asing.

Jangankan rahasia besar yang lain, soal pekerjaannya saja, mas Hari tidak bisa jujur padaku.

"Bukan hanya perhatian yang ku mau dari sosok suami, melainkan kejujuran juga darimu, Mas!"

•••

"Yeeey, Om Hari sudah pulang!" Girang anak-anak, menyambut kedatangan om nya.

Senyum merekah keduanya memeluk Mas Hari, kemudian mereka berlari ke dalam kamarnya setelah mendapatkan sesuatu yang di bawa oleh mas Hari, tak lupa ia memberikan makanan untukku dan anak-anak.

Setelah itu mas Hari beranjak mandi, kemudian mengajakku berbicara empat mata di dalam kamar.
Sebelum Mas Hari bicara, aku lebih dulu mengawali pembicaraan.

"Mas, aku mau ngomong sesu,----"

Mas Hari malah memotong perkataanku.

"Dek, mas dulu!"

Aku terdiam pasrah.

"Mas mau minta tolong sama kamu, Dek." Ucapnya tanpa keraguan.

"Apa?"

"Mas pinjam uang kamu dulu ya, lima puluh juta!" Kata mas Hari begitu enteng, aku yang mendengarnya hampir tak percaya. Uang sebanyak itu, mas Hari lontarkan tanpa bas-basi.

Mataku terbelalak mendengar nominal yang tak sedikit itu, "Lima puluh juta katamu, Mas?"

"Iya, Dek. Mas butuh banget uang itu segera! Nanti mas akan ganti kok uang itu, percayalah!" Mas Hari memohon.

"Tapi aku nggak punya uang sebanyak itu. Kamu kan tahu sendiri,  Mas?
Aku nggak pernah menyembunyikan uang dari kamu, sampai saat ini pun kamu tau berapa sisa uang di ATM ku. Uang cash pun nggak seberapa, itu juga buat makan sehari-hari selama aku ada di sini, supaya tidak terlalu merepotkan Ibu," Jelasku.

"Iya Dek, Mas tau. tapi tolong usahakan cari pinjaman sama ibu, pasti Ibu mau bantu aku.
Ini semua demi Ibuku, biar Ibuku bisa sembuh dan sehat lagi seperti sediakala,"

Dari awal aku menikah dengannya, Mas Hari tidak pernah sekalipun memintaku untuk meminjam uang pada ibu, yang jelas-jelas Ibuku itu hanyalah seorang janda yang harus menghidupi kehidupannya sendiri.
Ibu memulai usaha dari nol sampai akhirnya warung baksonya laris manis dan di kenal banyak orang.

Tapi kali ini, mas Hari memintaku untuk meminjam uang dengan nominal besar kepada Ibu.

Apakah suamiku benar-benar tidak mampu mendapatkan uang tersebut sendiri?

Jadi, yang ku dengar di telepon itu benar? Kalau proyek yang di kerjakan itu gagal total?

Apakah keadaan ibu mertuaku separah itu sehingga membutuhkan biaya sebanyak itu?

Buat apa uang tersebut?

Aku tak mau meminjam uang pada Ibu sebelum tahu, buat apa uang lima puluh juta itu.
Aku yakin, Ibu pasti mau meminjamkan uangnya untuk menantunya.
Tapi aku tidak mau gegabah, aku harus tahu dulu sebenarnya, untuk apa uang tersebut pada mas Hari.

"Jawab aku dulu, Mas. Buat apa uang sebanyak itu?!" Tegasku.

"Buat kesembuhan Ibuku, Dek. Hanya ada padamu kesembuhan Ibu, Mas mohon." Rintihnya.

TAKUT ORANG MATI? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang